I Choose To Love You (Chapter 8 – END)


Title : I Choose To Love You

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO’s Baekhyun as Byun Baekhyun
o SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
o EXO’s D.O as Do Kyungsoo

Support Cast :
o EXO’s Tao as Huang Zi Tao
o EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol
o SNSD’s Tiffany as Tiffany (Hwang) Jung
o SNSD’s Sunny as Lee Sunkyu
o SNSD’s Hyoyeon as Kim Hyoyeon
o etc

Genre : Romance, Friendship, Angst

Length : Series

i-choose-to-love-you

Poster © bubbletea

***

Jessica masuk ke dalam rumahnya dengan wajah yang merah sekali. Ibunya yang sedang menjahit pun menatapnya penuh tanda tanya.

“Kenapa wajahmu merah seperti itu? Apa kau sakit?” tanya ibunya.

Jessica menggeleng cepat, “T-Tidak, mom. Mungkin hanya kepanasan.” jawabnya.

“Panas sih panas. Tapi, tidak usah sampai membuka kancing bajumu seperti itu. Bagaimana kalau ada pria jahat yang melihat penampilanmu seperti itu?”

“Apa?” Jessica melihat ke arah dadanya dan ia tak percaya ternyata kancing bajunya terbuka hingga memperlihatkan bra yang ia kenakan.

“Ngg—ini—aku—”

“Ya sudah. Lebih baik kau mandi, lalu beristirahat.” ucap ibunya.

“B-Baik, mom.” jawab Jessica lalu masuk ke kamar dengan gerakan yang sangat kaku.

“Ada apa dengan anak itu?” gumam ibu dari Jessica sambil menggelengkan kepalanya.

Jessica masuk ke kamarnya dan menutup pintunya rapat-rapat. Jessica tersandar di pintu kamarnya sambil memegang dadanya.

“Jangan-jangan, ini perbuatan Byun Baekhyun? Dia tadi tidak sempat memperkosaku, kan?” gumam Jessica takut.

“T-Tapi, aku benar-benar tidak sadar dengan apa yang ia lakukan kepadaku tadi. Aku hanya sadar bahwa kami berciuman. J-Jadi, bagaimana kalau dia—” Jessica menggantungkan kalimatnya.

“TIDAK!!!! AKU TIDAK INGIN HAMIL MUDA!!!! BYUN BAEKHYUN, AKU AKAN MEMBUNUHMU!!!!!”

>>>

Baekhyun mengendarai mobilnya dengan senyuman yang tak berhenti sejak Jessica keluar dari mobilnya. Apa yang telah ia lakukan bersama Jessica akan menjadi kenangan terindah di dalam hidupnya dan takkan pernah ia lupakan. Bahkan ia berharap bisa melakukannya lagi bersama Jessica.

“Aish! Pikiranku sudah kacau! Sadarlah, Byun Baekhyun! Sadarlah!” seru Baekhyun sambil memukuli kepalanya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Baekhyun pun menjawab telepon tersebut meski ia tidak tahu siapa yang menelpon.

“Halo?”

“YA! BYUN BAEKHYUN! APA KAU GILA? AKU MENELPONMU SEJAK TADI DAN KAU BARU SAJA MENGANGKATNYA?”

“Aish, Park Chanyeol! Maaf! Aku sedang sibuk.” jawab Baekhyun.

“Sibuk apa? Berdua dengan Jessica kau bilang sibuk, eoh?”

Baekhyun mendadak grogi, “D-Darimana kau tahu?” tanyanya.

“Aku menghubunginya tapi dia juga tak mengangkat. Dapat ku simpulkan kalau kalian sedang berdua.” jawab Chanyeol.

“B-Baik. Jangan paksa aku untuk memberitahu apa yang kami lakukan.” ucap Baekhyun.

“Akan ku tanyakan hal itu nanti. Sekarang ada yang lebih penting.”

“Apa itu?”

“Cepat datang ke Mary Hospital. Tak usah tanyakan ada apa yang penting cepat datang.”

“Kau sedang tidak menipu ku, kan?” tanya Baekhyun.

“Tentu saja tidak. Cepat kemari!”

“Baiklah. Aku kesana sekarang!”

>>>

Baekhyun menghampiri Chanyeol dan Tao yang sedang duduk di kursi di depan ruang ICU. Chanyeol yang menyadari kehadiran Baekhyun pun langsung berdiri.

“Baekhyun-ah!”

“Apa yang terjadi?” tanya Baekhyun panik. Ia kaget karena ternyata Chanyeol tidak berbohong kepadanya.

“Taeyeon sakit berat, Baekhyun-ah!” jawab Chanyeol.

“A-Apa? T-Taeyeon sakit berat?” tanya Baekhyun syok.

Tao mengangguk seraya menghampiri Baekhyun, “Dokter mengatakan Taeyeon mengidap kanker hati stadium empat.” jawabnya.

“Stadium empat? Itu artinya—”

Tao mengangguk, “Sudah lama dia menyembunyikan penyakitnya dari kita.” jawabnya.

Baekhyun mengepalkan kedua tangannya, “Taeyeon-ah, kenapa kau tidak pernah memberitahuku?” gumamnya. Baekhyun tak tahu saat ini ia harus marah atau sedih.

Tiba-tiba, Kim Joonmyun keluar dari ruang ICU dengan mengenakan pakaian berwarna hijau. Baekhyun tersentak saat melihat ayah dari Taeyeon muncul dihadapannya.

“A-Abeoji.” ucap Baekhyun.

“Baekhyun-ah, akhirnya kau datang. Bisa kita bicara berdua?”

Baekhyun mengangguk kaku.

Joonmyun pun mengajak Baekhyun ke kafe kecil di samping rumah sakit. Sambil menikmati kopi, Joonmyun dan Baekhyun mulai berbicara serius.

“Taeyeon sudah lama mengidap kanker hati. Saat aku memisahkan kau dengan Taeyeon dan membawa Taeyeon pergi ke luar negeri, sebenarnya aku tidak menyekolahkan dia. Taeyeon menjalani homeschooling. Alasan sebenarnya kami pindah ke luar negeri adalah karena Taeyeon harus dirawat oleh dokter yang handal. Awalnya keadaan Taeyeon semakin membaik. Tetapi, setelah Taeyeon memaksa untuk kembali ke Seoul, kondisinya kembali memburuk. Aku ingin sekali membawanya pergi dari kota ini. Namun, itu hanya akan membuat Taeyeon semakin sedih. Aku tahu kebahagiaan Taeyeon ada disini. Kebahagiaan Taeyeon adalah kau, Baekhyun-ah. Makanya aku sangat tidak tega memisahkannya lagi denganmu.” ucap Joonmyun.

“A-Abeoji..”

“Baekhyun-ah, aku dengar hubunganmu dengan Taeyeon memburuk. Tapi, yang harus kau ketahui adalah Taeyeon sangat mencintaimu. Aku mohon, cintailah Taeyeon sebagaimana Taeyeon mencintaimu. Bahagiakan dia walau ini adalah saat-saat terakhirnya.”

Baekhyun benar-benar bingung harus berkata apa. Mengapa di saat hatinya berteriak untuk mencintai Jessica, tetapi seseorang yang sangat ia hormati memintanya untuk mencintai Taeyeon?

>>>

Jessica sedang menyuapi Kyungsoo seperti yang ia lakukan setiap harinya. Jessica sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga dan merawat Kyungsoo hingga Kyungsoo sembuh karena Jessica tahu sendiri bahwa dirinya telah menjadi penyebab sakitnya Kyungsoo.

“Say A!” seru Jessica sambil memegang sendok berisikan bubur.

“Cukup, noona. Perutku sudah tidak bisa menerima makanan lembek itu.” tolak Kyungsoo.

“Tapi—”

“Ku mohon. Lagi pula, aku sudah banyak memakannya, kan?”

Jessica menghela napas, “Baiklah. Permintaanmu ku kabulkan.” jawabnya.

Kyungsoo menjerit senang, sedangkan Jessica tertawa melihat kelakuan juniornya di kampus itu.

“Terima kasih, noona.” ucap Kyungsoo.

“Tidak perlu berterimakasih. Aku melakukan ini semua untuk membalas hutang budi ku padamu.”

Senyuman Kyungsoo memudar. Ia tak menyangka Jessica akan menjawabnya dengan jawaban seperti itu. Kyungsoo mengharapkan sesuatu yang lain. Ah, aku memang terlalu berharap. Mana mungkin Jessica noona melakukan ini karena dia mulai mencintaiku, batinnya.

“Kyungsoo-ah, apa kau baik-baik saja?” tanya Jessica.

Kyungsoo mengangguk pelan, “Hm, aku baik-baik saja.”

>>>

Betapa mengejutkannya Tiffany hadir di sebuah rumah kecil yang dihuni oleh Jessica dan ibunya. Sang ibu maupun puterinya sampai ternganga melihat Tiffany dengan penampilan yang modis mau datang ke rumah kecil mereka.

“T-Tiffany-ssi?”

Tiffany membungkuk sopan, “Annyeonghaseyo!” sapanya.

Sekali lagi, Jessica benar-benar tertegun dan tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Jangan menatapku seperti itu. Semua orang bisa berubah, kan?” tanya Tiffany sambil tersenyum tulus.

“T-Tapi, perubahan secepat ini tidak masuk akal.” sanggah Jessica.

Tiffany menunduk dengan raut wajah sedih, “Ibu ku, beliau sakit parah sejak satu minggu yang lalu.”

Jessica dan ibunya tersentak mendengar pernyataan dari Tiffany.

“Awalnya, aku berpikir bahwa beliau sakit tidak akan lama. Tapi, ternyata, dan bahkan sudah mendekati akhir.”

“Ya! Apa maksudmu, Fany-ah?” tanya Jessica tak terima.

“Ini semua salahku. Aku sebagai puterinya selalu menyusahkannya. Tapi, hatiku selalu berkata bahwa ini adalah karma yang ku terima. Aku telah menghancurkanmu dan Taeyeon. Taeyeon tidak salah. Aku yang salah. Aku yang menyuruhnya menguncimu di gudang. Aku yang memajang foto rumahmu di mading. Semua hal buruk yang kau terima berasal dariku. Aku—aku sungguh tidak pantas menjadi saudara tirimu.” Tiffany mulai menangis.

Jessica memeluknya, “Akhirnya kau mau mengaku sebagai saudara tiriku.” ucapnya senang.

“Mau bagaimanapun, ayahmu adalah ayah tiriku. Kita adalah keluarga. Tidak sepantasnya aku berbuat jahat.” ucap Tiffany.

Ibu dari Jessica tersenyum melihat kedua puterinya berpelukan. Ia senang sekali bisa melihat hal yang seperti ini. Perasaan sejuk dan damai mengisi hatinya.

“Ayo, temani aku menemui Taeyeon.” pinta Tiffany.

“Kita ke rumahnya?”

“Kau tidak tahu Taeyeon berada dimana?” tanya Tiffany bingung.

“Eoh? Memangnya dia dimana?” tanya Jessica.

“Dia di rumah sakit.”

“Rumah sa—APA??!!”

>>>

Baekhyun melihat Taeyeon dengan alat-alat yang terpasang di tubuhnya dari jendela kaca di ruang ICU. Melihat detak jantung Taeyeon yang sekejap menghilang dan muncul lagi membuat Baekhyun mengeluarkan keringat dingin. Baekhyun sangat berharap Taeyeon bisa sadar. Ia belum sempat meminta maaf kepada Taeyeon.

“BAEKHYUN-AH!”

Baekhyun menoleh dan mendapati Jessica dan Tiffany menghampirinya.

“Kalian kemari?” kaget Baekhyun.

Jessica mengangguk lalu melihat Taeyeon yang tak sadarkan diri, “Dia masih belum sadar, ya?” gumamnya.

“Untuk apa kau kemari, Tiffany-ssi?” tanya Baekhyun dingin.

“Baekhyun-ssi, aku minta maaf atas segala dosa yang ku perbuat. Selama ini, aku lah yang berada di balik semua. Soal Jessica, soal Taeyeon.”

“Apa? Jadi selama ini kau—”

“Tenanglah, Baekhyun-ah. Tolong maafkan Tiffany.” pinta Jessica.

“Tidak semudah itu, Sica-ah. Dia terlalu jahat!”

“Dia sudah mendapatkan karmanya. Jadi, maafkan lah dia!” bentak Jessica.

Baekhyun terdiam. Ya, ia memang lemah jika dibentak oleh Jessica.

“Aku juga ingin minta maaf pada Taeyeon. Makanya aku kemari.” ucap Tiffany.

Baekhyun tidak menjawab. Ia takut jika salah menjawab lagi. Yang ada, Jessica akan memakannya.

“Taeyeon bergerak!” seru Jessica.

Baekhyun dan Tiffany spontan melihat Taeyeon. Benar kata Jessica. Jari-jemarinya mulai bergerak.

“Baekhyun-ah, cepat panggil dokter!” perintah Jessica.

>>>

Satu minggu telah berlalu. Banyak perubahan yang terjadi disini. Kyungsoo sudah sembuh dan dapat kembali beraktivitas. Kampus sedang libur panjang. Taeyeon sudah baikan dan menginap di ruang rawat VVIP. Taeyeon juga sudah memaafkan Tiffany. Bahkan Tiffany dan kedua temannya—Sunkyu dan Hyoyeon—cukup sering menjenguk Taeyeon.

“Taeyeon-ah, kau harus banyak makan.” ucap Baekhyun.

“Mulutku terasa pahit, Baekhyun-ah.” balas Taeyeon.

“Mau permen?” tawar Baekhyun.

Taeyeon mengangguk senang, “Setidaknya bisa mengurangi rasa pahit di mulutku.” jawabnya.

Baekhyun memberikan sebungkus permen kepada Taeyeon. Taeyeon memakannya dengan senang.

“Mmm.. manis sekali!”

Baekhyun terkekeh pelan, “Kau lebih manis.” ucapnya.

“A-Apa?” wajah Taeyeon seketika memerah.

Baekhyun menggeleng, “Tidak. Bukan apa-apa.” jawabnya.

Taeyeon tersenyum malu. Jelas sekali Taeyeon mendengar Baekhyun menyebutnya lebih manis dari permen yang ia makan. Taeyeon merasa ia sedang berada di awan.

“Baekhyun-ah, temani aku ya?” pinta Taeyeon.

“Temani apa?” tanya Baekhyun.

“Jangan pernah pergi lagi. Aku tidak tahu bagaimana jadinya aku tanpamu.”

Baekhyun mengusap kepala Taeyeon, “Tentu saja. Aku akan selalu di sisimu, peri cantik!”

Dan tanpa mereka sadari, sedari tadi Jessica berada di dekat pintu ruang rawat, mendengar dan menyaksikan kemesraan mereka.

“Baekhyun-ah, jika kau mencintai dia, selama ini kau anggap aku apa?” gumamnya sambil meneteskan air mata.

>>>

Baekhyun benar-benar meninggalkan Jessica. Baekhyun tidak pernah menghubungi Jessica lagi. Mengunjungi rumahnya apa lagi. Jika mereka bertemu pun, Baekhyun tak pernah memandangnya. Jessica tidak mengerti. Memangnya aku salah apa?, batinnya.

Sedangkan Taeyeon semakin parah saja. Taeyeon kembali tak sadarkan diri. Semuanya semakin panik dan cemas akan keadaan Taeyeon.

“Tuan Kim, apakah anda sudah menemukan pendonor hati?” tanya dokter yang menangani Taeyeon.

Joonmyun menggeleng lemah, “Tidak. Saya belum menemukannya.” jawabnya sedih.

“Jika kita tak menemukan pendonor hati, maka nyawa Taeyeon tidak akan lama lagi.” ucap dokter.

BUKK!!

Semuanya kaget melihat Baekhyun tengah meninju dinding rumah sakit.

“Taeyeon-ah, kau harus sembuh!”

Jessica mengerti sekarang. Kebahagiaan Baekhyun adalah Taeyeon. Mungkin kejadian di mobil hanyalah kecelakaan karena keduanya memang merasa memiliki kepenatan terhadap masalah. Tak seharusnya Jessica berharap Baekhyun juga mencintainya.

>>>

Jessica dan Kyungsoo berada di sebuah kedai es krim yang sering mereka kunjungi. Tempat itu sangatlah sepi, sesepi suasana yang mengelilingi Jessica dan Kyungsoo saat ini. Kyungsoo sedari tadi memperhatikan Jessica yang tampak tak bersemangat. Jessica terlihat hanya mengaduk-aduk es krimnya. Bahkan es krimnya sudah mencair karena tak kunjung ia makan.

“Noona..”

“Sudah ku bilang, jangan mengajakku berbicara, Kyungsoo-ah.” ucap Jessica tanpa menghentikan aktivitasnya.

“Kau bisa menceritakan semuanya kepadaku, noona. Kau tak bisa memendamnya sendirian.” ucap Kyungsoo.

Jessica terkekeh meremehkan, “Memangnya kau bisa apa?”

“Setidaknya aku akan berusaha memberikan solusi yang terbaik.” jawab Kyungsoo.

Jessica membanting sendoknya ke atas meja, “Ya! Memangnya apa yang bisa kau lakukan, anak kecil? Memberiku solusi? Solusi semacam apa? Makan es krim atau bermain ke taman bermain? Kau pikir aku anak kecil sepertimu, eoh?” bentaknya.

“S-Sica noona..”

“Argh! Sial! Yang ada aku malah tambah frustasi. Aku pergi dulu.” Jessica pun beranjak pergi meninggalkan Kyungsoo yang masih membantu di tempatnya.

“Sica noona sedang terluka.” gumam Kyungsoo sedih.

>>>

Baekhyun sedang menyuapi Taeyeon bubur di kamar rawat Taeyeon. Mereka hanya berdua di ruangan itu. Saat ini, Joonmyun, Chanyeol, dan Tao sedang keluar untuk makan siang. Baekhyun meminta izin untuk menjaga Taeyeon dan menolak ajakan makan siang dari ayahnya Taeyeon.

“Apakah rasanya enak?” tanya Baekhyun.

Taeyeon mengangguk dan tersenyum, “Mm! Sangat enak!” jawabnya sambil mengacungkan jempol tangan kanannya.

Baekhyun mengacak rambut Taeyeon gemas.

“Tapi, kenapa Jessica jarang datang kemari, ya?” tanya Taeyeon.

Baekhyun terdiam. Mengapa Taeyeon mengungkit tentang Jessica di saat aku berusaha untuk melupakannya?, batinnya.

“Apakah Jessica membenciku?”

Baekhyun menggeleng, “Tidak. Jessica sangat sibuk. Dia membantu ibunya berjualan.” jawabnya mengarang.

“Ah. Ku pikir dia membenciku.” ucap Taeyeon.

“Tentu saja tidak. Jessica itu terlalu baik. Buktinya, dia selalu peduli kepada orang-orang yang sudah mencelakainya.” ucap Baekhyun.

“Kau menyinggungku?”

“Bukan kau. Maksudku Tiffany dan kedua temannya itu.” jawab Baekhyun.

Taeyeon menggenggam tangan Baekhyun, “Kau tidak mencintai Jessica, kan?”

Baekhyun tersentak. Didalam hati yang menggerutu, mengapa Taeyeon menanyakan hal yang tidak bisa ia jawab dengan jujur?

“Tidak lah. Jessica itu sudah seperti sahabatku sendiri. Mana mungkin aku mencintainya. Lagi pula, dari dulu hanya satu orang yang ku cintai.”

Wajah Taeyeon bersemu merah, “Baekhyun-ah, kau ini!” ucapnya malu sambil memukul lengan Baekhyun.

Baekhyun tertawa renyah. Namun, di dalam hatinya, ia sangat menyesal sudah berkata bohong kepada Taeyeon.

>>>

Joonmyun gugup dan takut karena seorang dokter yang menangani Taeyeon memintanya untuk berbicara empat mata di ruangan dokter itu. Mereka sedang duduk berhadapan. Wajah keduanya cukup tegang. Namun, tiba-tiba saja dokter itu tersenyum.

“Selamat!”

“Eoh?” Joonmyun mengernyit bingung.

“Kami berhasil mendapatkan pendonor hati untuk puteri anda.”

Joonmyun membeku. Mulutnya terasa rekat untuk mengeluarkan satu saja kata. Tetapi, saat ini hatinya sedang berteriak gembira.

“Tuan Kim, anda baik-baik saja?” tanya dokter itu.

“A-Anda serius?” tanya Joonmyun tak percaya.

Dokter itu tersenyum dan mengangguk, “Iya, tuan Kim. Selamat!” jawabnya.

Joonmyun akhirnya bisa tersenyum lega, “Terima kasih, Tuhan!” gumamnya sambil melihat ke atas.

“Dokter, dapatkah saya bertemu dengan si pendonor hati?” tanya Joonmyun.

“Maafkan saya, tuan Kim. Si pendonor meminta saya untuk menjaga privasinya. Anda bisa sampaikan terima kasih melalui saya dan akan saya sampaikan kepada si pendonor.” jawab dokter itu.

“Baiklah. Terima kasih banyak. Sampaikan itu kepadanya, dokter!”

>>>

“APA?????!!!!”

Joonmyun mengangguk, “Dokter telah menemukan pendonor hati untuk Taeyeon!”

Chanyeol dan Tao bersorak-ria. Baekhyun menghela napas lega. Sedangkan Taeyeon mengucapkan syukur kepada Tuhan.

“Tapi, siapa pendonor darah itu, abeonim?” tanya Chanyeol.

“Pendonor hati, bukan pendonor darah.” ralat Tao.

“Itu masalahnya. Si pendonor hati tidak ingin menunjukkan identitasnya kepada orang-orang selain dokter.” jawab Joonmyun.

“Mencurigakan sekali.” gumam Tao.

“Yang penting, kita sudah menemukan jalan keluar untuk Taeyeon, kan?” seru Chanyeol.

Tiba-tiba, ponsel Baekhyun berdering. Baekhyun membuka pesan masuk di ponselnya.

From: Jessica Sica Is Mine
Content:
Bisakah kita bertemu?

Baekhyun mengabaikan pesan tersebut. Padahal, ia sangat ingin membalas pesan tersebut dan menyetujuinya. Namun, lagi-lagi ponselnya berdering.

From: Jessica Sica Is Mine
Content:
Ku mohon! Setidaknya ini akan menjadi pertemuan terakhir kita.

DEG!

Baekhyun merasakan atmosfer disekitarnya berubah drastis. Pikiran Baekhyun langsung dipenuhi oleh firasat-firasat buruk. Tapi, Baekhyun berusaha untuk menghilangkannya.

Dengan pelan-pelan, Baekhyun pun membalas pesan tersebut.

To: Jessica Sica Is Mine
Content:
Baiklah. Dimana?

Kurang dari satu menit, balasan pesan dari Jessica langsung masuk ke ponsel Baekhyun.

From: Jessica Sica Is Mine
Content:
Di rumah pohon. Sekarang.

“Siapa yang mengirimimu pesan, Baekhyun-ah? Sedari tadi ponselmu berbunyi.” tanya Taeyeon.

“I-Ibuku. Beliau memintaku untuk pulang sebentar karena ada urusan keluarga.” jawab Baekhyun.

“Baiklah. Kalau begitu, pulanglah dulu.” ucap Joonmyun.

“Apa tidak apa-apa?” tanya Baekhyun.

Taeyeon mengangguk, “Lagi pula, masih ada appa, Chanyeol, dan Tao yang menjagaku.” jawabnya.

“Tenang saja, Baekhyun-ah. Taeyeon akan aman di tangan kami.” ucap Chanyeol.

“Kau pikir ini kasus penculikan?” tanya Tao.

“Kalau begitu, aku pulang dulu. Annyeong!” pamit Baekhyun.

>>>

Baekhyun melangkahkan kakinya dan menginjak lapangan basket yang berada di bawah rumah pohon. Disana banyak sekali hiasan dan balon-balon. Baekhyun tak menyangka Jessica mempersiapkan hal ini. Dan yang paling menarik perhatiannya adalah Jessica sedang duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi satunya dan dihalat oleh meja kecil. Di meja tersebut terdapat bunga, teko, dan dua cangkir berisikan teh herbal.

“Silakan duduk, Baekhyun-ah.”

Baekhyun pun mengikuti perkataan Jessica. Kini mereka duduk berhadapan.

“Kau mempersiapkan semuanya.” ucap Baekhyun.

“Karena ini adalah pertemuan terakhir kita.” jawab Jessica sambil tersenyum.

“Kau ini bicara apa?” tanya Baekhyun tidak suka.

Jessica menggeleng, “Ku dengar, dokter sudah menemukan pendonor untuk Taeyeon.”

Baekhyun tersentak, “K-Kau tahu dari mana?”

“Tao yang memberitahuku melalui pesan tadi.” jawab Jessica.

“O-Oh..”

Suasana tiba-tiba dilanda keheningan. Keduanya hanya saling menyesap teh herbal di cangkir tersebut.

“Kau mencintai Taeyeon, kan?” tanya Jessica.

Baekhyun menunduk, “U-Um,” jawabnya.

“Kalau begitu, kau harus bahagiakan dia. Mengerti?”

“Tanpa kau suruh pun, aku akan melakukannya.” jawab Baekhyun.

“Aku senang mendengarnya.” ucap Jessica. “Tapi..”

Baekhyun mengangkat kepalanya.

“Jika kau mencintai Taeyeon, mengapa kau menciumku?”

DEG!

Baekhyun benar-benar bingung harus menjawab apa. Ia panik, namun berusaha untuk tetap tenang. “Itu kecelakaan. Saat itu, kita berdua sedang dilanda kefrustasian, kan? Makanya, aku kehilangan kendali dan melakukannya. Maafkan aku. Aku benar-benar tidak sengaja dan merasa menyesal.”

Tes!

Air mata Jessica menetes. Baekhyun melihat jelas air mata itu. Baekhyun bahkan mengutuk dirinya karena sudah berkata seperti itu.

“Kau tahu, aku tidak apa-apa saat kau berkata itu kecelakaan. Saat itu, kita berdua sedang dilanda kefrustasian, kan? Makanya, aku kehilangan kendali dan melakukannya. Tetapi, saat kau berkata kalau kau menyesal, entah kenapa rasanya sakit sekali. Aku merasa seperti permen karet yang dibuang seperti sampah.” ucap Jessica.

Sial! Aku salah berkata, batin Baekhyun. “B-Bukan begitu maksudku.”

“Aku mengerti. Mungkin aku yang terlalu berlebihan. Mengapa aku bersikap seperti ini? Karena aku hanya ingin kau mengetahui satu hal yang harus kau ketahui sebelum kita benar-benar berpisah. Aku mencintaimu.”

“Kau—apa?”

“Aku mencintaimu, Byun Baekhyun. Aku sangat mencintaimu. Sejak dulu. Sejak kita kecil. Sejak Taeyeon belum muncul di kehidupan kita. Tapi, sepertinya cintaku bertepuk sebelah tangan. Maka dari itu, aku memutuskan untuk melakukan ini. Agar aku juga bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang darimu.” jawab Jessica dengan berlinangan air mata.

“Melakukan apa?”

Jessica tak menjawab melainkan berlari dari tempat itu. Baekhyun mengejarnya. Namun, ia kehilangan jejak. Jessica terlalu cepat. Baekhyun berteriak kesal sambil menendang pohon di dekatnya.

“Maafkan aku, Sica-ah. Aku tidak pernah berniat sedikit pun membencimu. Dan yang harus kau tahu, cintamu tidak bertepuk sebelah tangan. Aku juga mencintaimu, Sica-ah. Aku juga.”

Dan yang perlu kalian ketahui saat ini adalah Baekhyun juga sedang menangis.

>>>

“Berjanjilah padaku, kau akan memakamkan ku disamping pemakaman nenekku.”

Semua orang berpakaian hitam tengah berkumpul di pemakaman di pusat kota Seoul. Hanya suara tangis yang terdengar disana. Seseorang hari ini telah meninggalkan dunia. Dan sesuai permintaannya, Kyungsoo meminta ibu dan ayah dari orang itu untuk memakamkannya disamping pemakaman neneknya.

“Sica-ah, kenapa kau pergi meninggalkan eomma? Ini terlalu cepat. Ini sungguh terlalu cepat!” seru ibunya sambil menangis.

Yunho menenangkan mantan isterinya itu, “Sudahlah. Biarkan Jessica bahagia di surga.” ucapnya.

“Kenapa kau pergi, Sica-ah? Aku belum sempat membahagiakanmu sebagai saudaraku. Aku selalu menyakitimu. Kau harus kembali, Sica-ah. Seseorang, tolong berikan aku mesin waktu!” seru Tiffany sambil menangis keras.

“Fany-ah, sudahlah.” ucap Sunkyu.

“Tenanglah, Fany-ah.” ucap Hyoyeon.

“Kenapa kau pergi, Sica-ah? Kita belum sempat bersenang-senang.” ucap Chanyeol sambil menangis.

“Kenapa kau rahasiakan ini dari kami, Sica-ah? Seharusnya kau memberitahu kami.” ucap Tao sambil menangis.

Taeyeon mengusap foto wajah Jessica yang berada di dalam figura yang bersandar di nisan makam tersebut, “Kau sangat jahat, Sica-ah. Kau lebih jahat dari yang ku kira. Kau tidak memberitahuku soal ini? Aku berterima kasih karena kau menyelamatkan hidupku. Tapi, jika aku tahu kau pendonornya, lebih baik aku menolak.” ucapnya sambil menangis.

Joonmyun memeluk puterinya, “Jangan bersedih, Taeyeon-ah. Hati Jessica kini berada di dalam tubuhmu. Maka dari itu, mulai saat ini, Jessica akan selalu berada bersamamu.” ucapnya.

Taeyeon mengangguk lalu memegang dadanya, “Kau akan selalu bersamaku, Sica-ah. Aku akan menunjukkan hari-hari yang indah. Aku tidak akan pernah mengecewakanmu.” gumamnya.

Sedangkan Baekhyun berjalan menjauh dari pemakaman itu. Ia keluar dari pemakaman dan duduk dibawah pohon. Sedari tadi ia menahan air matanya, dan saatnya lah ia menumpahkannya.

“Aku mengerti sekarang. Aku mengerti kata-katamu kemarin. Aku mengerti mengapa kemarin menjadi pertemuan terakhir kita.” Baekhyun memukul kepalanya, “Kau sungguh bodoh, Baekhyun-ah! Mengapa kau tidak bisa mengerti hal ini dengan cepat sehingga kau bisa mencegah kepergiannya?”

“Apakah kau menyesal, sunbae?”

Baekhyun menoleh ke sumber suara dan mendapati juniornya—Do Kyungsoo—menghampirinya.

“Kau! Mengapa kau tidak memberitahuku mengenai ini, hah?” bentak Baekhyun.

“Aku tidak bisa membongkar rahasia Sica noona begitu saja. Aku sudah berjanji.” jawab Kyungsoo.

“Dan membiarkan dia mati begitu saja? Apa kau gila?”

“Iya! Aku gila! Aku gila karena aku mencintainya. Dia tak pernah sekalipun mencintaiku. Dia hanya mencintaimu, sunbae. Dan jika ku biarkan dia hidup, aku akan tetap tidak bisa mendapatkan cintanya.”

“Brengsek!” Baekhyun bangkit dan meninju Kyungsoo hingga terjatuh.

“Kau marah, sunbae? Memangnya ini sepenuhnya salahku? Kau yang sudah membunuhnya dari awal. Kau menyakiti hatinya. Tapi, aku selalu datang dan mengobati hatinya meskipun aku tak pernah mendapatkan cintanya. Dia menyayangiku hanya sebagai sahabat dan adiknya. Seharusnya kau bersyukur aku ada dan aku rela mencintai tanpa di cintai. Dan seharusnya kau tidak menyesal dengan hal ini, sunbae. Kau sudah memilih untuk mencintai Taeyeon sunbae dan meninggalkan Sica noona. Itu kesalahanmu. Maka dari itu, jalanilah apa yang telah menjadi keputusanmu!”

“Aku memilih Taeyeon karena aku tidak ingin kehilangan dia. Nyawa dia berada di ujung pisau. Jika aku tak membahagiakannya, itu sama saja—”

“Sama saja dengan kau tidak bertanggung jawab! Seharusnya kau bersikap dewasa, sunbae. Meskipun Sica noona selalu menganggapku anak kecil, tetapi aku tahu apa yang harus aku lakukan. Bukan sepertimu yang membuat hal bodoh menjadi lebih bodoh lagi. Kau tidak bisa memilih keduanya. Kau harus memilih satu. Kau tidak bisa serakah, sunbae.”

“Kau salah.” ucap Baekhyun.

“Eoh?”

“Aku telah memiliki keduanya. Taeyeon dan hati Jessica. Dan terima kasih, Do Kyungsoo. Kau memberiku banyak pelajaran. Aku akan menjaga Taeyeon dan hati Jessica. Aku akan membahagiakan keduanya. Itu adalah janjiku kepada Jessica dan kau.” ucap Baekhyun.

Kyungsoo tersenyum, “Ku pegang janjimu, sunbae.”

Baekhyun mengangguk lalu melihat ke atas, “Terima kasih atas segala cintamu kepadaku, Sica-ah. Aku berjanji akan membahagiakan kalian berdua.”

END

Apa cuma menurut gue ya ceritanya agak gak connect? Maafin yah. Soalnya aku lagi pusing banget dan juga banyak kerjaan. Jadi, maaf kalo endingnya gak memuaskan. Terima kasih buat kalian yang udah ngikutin I Choose To Love You.
Jangan lupa komentarnya, ya~! ^^

4 respons untuk ‘I Choose To Love You (Chapter 8 – END)

  1. Ice Jung berkata:

    Endingnya sedih padahal aku kita bakalan byunsica huhu tapi aku suka kok dan terimakasih udah lanjutin ff ini 🙂

  2. aku nangis benern author aaaaaahhhh >< sediiih sediiiihhhh.. endingnya knp giniiii 😦 kenapa jessica malah meninggal dan sad endong begini:( aduuuhh sedih :((

Tinggalkan komentar