(Request FF) – Amnesia


Title : Amnesia

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
o EXO’s Chen as Kim Jongdae
o SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon

Support Cast :
o Super Junior’s Siwon as Choi Siwon (Dr. Choi)
o f(x)’s Krystal as Jung Soojung
o SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
o SNSD’s Yoona as Im Yoona
o SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun (Seohyun)
o etc

Genre : Romance, Friendship, Angst

Length : Oneshot

A/N : Ini adalah ‘Request FF’ dari salah satu readers saya, Babosica_180489. Maaf sebelumnya kalau FF ini gak sesuai harapan, karena aku remake lagi summary buatan kamu. Menurutku, summary buatan kamu sama dengan FF ‘I Choose To Love You’. Jadi, aku remake. Mudah-mudahan kamu suka

    ***

Dua anak kecil—laki-laki dan perempuan—yang menginjak umur 10 tahun sedang duduk di padang rumput berwarna hijau sambil menikmati sunset yang begitu indah. Hening menyelimuti keduanya yang sedang sibuk memandangi saat-saat matahari tenggelam itu.

“Ah, indahnya,” gumam si anak perempuan.

“Kau selalu berkata begitu,” sahut si anak laki-laki.

“Kau bosan mendengarnya?,”

Anak laki-laki itu menggeleng, “Mana mungkin aku bosan mendengarnya. Justru aku merasa sedih karena kalimat itu akan menjadi kalimat terakhir yang ku dengar,” jawabnya.

“Jongdae-ah,”

Anak laki-laki itu menghela napas berat, “Kenapa kau harus pindah ke Scotland?,” tanyanya.

Anak perempuan itu menunduk, “A-Aku juga tidak tahu. Aku terpaksa,” jawabnya.

“Aku akan merindukan sahabat karibku yang sudah sejak lahir bersamaku,” ucap anak laki-laki itu.

“Aku juga,” sahut si anak perempuan.

Anak laki-laki itu berbalik menghadap anak perempuan yang duduk disampingnya. Sambil memegang tangan mungil anak perempuan itu, si anak laki-laki tersenyum lebar.

“Janji, ya? Jika kita bertemu saat dewasa nanti, kita akan menikah,”

Anak perempuan itu tersentak kaget. Namun, sedikit demi sedikit ia mulai tersenyum dengan pipi yang merona.

“Aku berjanji,”

Seorang gadis berusia 17 tahun tersenyum sambil memandangi figura kecil yang ia pegang. Didalamnya terdapat selembar foto berisikan dua orang anak kecil yang sedang berada di padang rumput. Disentuhnya wajah anak laki-laki dengan jari telunjuknya.

“Jongdae-ah, aku kembali. Apakah kau masih ingat dengan janji kita?,” gumamnya.

“Sooyeon-ah!,”

Gadis itu menoleh ke ambang pintu kamarnya. Seorang wanita setengah paruh lah yang memanggil namanya tadi.

“Ada apa, eomma?,” tanyanya.

“Sudah waktunya berangkat ke sekolah,”

>>>

Jung Sooyeon berjalan menelusuri koridor sekolah barunya. Semua mata tertuju padanya. Hal itu wajar terjadi karena Sooyeon adalah murid baru di sekolah itu. Lagi pula, Sooyeon memiliki paras wajah yang cantik.

“Hei, murid baru!,”

Sooyeon menoleh karena merasa dirinya-lah yang dipanggil. Sooyeon mendapati tiga murid perempuan yang berjalan ke arahnya dengan wajah yang cukup ganas.

“S-Siapa kalian?,” tanya Sooyeon sedikit takut.

“Kami? Tentu saja kami adalah YSY,” jawab salah satu dari tiga murid itu.

“Namaku adalah Yoona,”

“Aku adalah Seohyun,”

“Dan aku adalah ketua dari YSY, Yuri,”

“Ngg—s-salam kenal,” ucap Sooyeon.

“Karena kau adalah murid baru, kami ingin kau mengetahui peraturan yang kami buat,” ucap Yuri.

“P-Peraturan?,”

“Pertama, kau tidak boleh bersikap angkuh. Kedua, kau harus mematuhi perintah kami. Ketiga, jangan pernah pelit membagi jawaban. Keempat, jangan pernah merebut laki-laki yang kami sukai,” ucap Yoona.

“Dan yang terakhir, kau boleh bergabung menjadi anggota tim kami. Kebetulan kami sedang mencari murid cantik yang memiliki inisial S. Namamu Sooyeon, kan?,” tanya Seohyun.

“Benar,” jawab Sooyeon.

“Jadi, bagaimana?,” tanya Yuri.

Bergabung dengan mereka? Itu adalah mimpi buruk, batin Sooyeon.

“Jangan memaksa orang lain untuk bergabung dengan gang tidak jelas seperti kalian!,”

Keempat murid perempuan itu menoleh ke sumber suara. Suara itu berasal dari gadis sebaya mereka dengan ukuran tubuh yang mungil.

“Oh, Kim Taeyeon-ssi,” ucap Yuri kesal.

“Jangan mengacau. Pergi sana, pendek!,” bentak Yoona.

“Aku akan pergi dan membawa gadis ini menjauh dari jalan yang sesat,” ucap Taeyeon seraya menarik lengan Sooyeon.

“Kau mau membawaku kemana?,” tanya Sooyeon.

“Kemana saja. Asal bukan neraka yang di huni oleh para setan ini,” jawab Taeyeon lalu membawa Sooyeon pergi.

“KIM TAEYEON!!!!!,” teriak Yoona, Yuri, dan Seohyun penuh amarah.

>>>

“Jadi, kau murid pindahan dari Scotland?,” tanya Taeyeon lalu meminum milkshake yang ia pesan.

Sooyeon mengangguk mengiyakan.

“Hebat! Disana kan sangat indah,” kagum Taeyeon.

“Tak jauh berbeda dengan Seoul, kok,” ucap Sooyeon.

“Menemukan teman baru lalu melupakanku?,”

DEG!

Sooyeon kenal suara ini. Suara yang meskipun agak berbeda dengan suara yang ia dengar 7 tahun yang lalu. Serak suaranya sangat tidak asing di telinga milik Sooyeon.

“Jongdae-ah!,” seru Taeyeon.

“Jongdae,” gumam Sooyeon pelan.

Dengan spontan, Sooyeon berbalik dan menemukan murid laki-laki berparas tampan.

“Jongdae-ah, perkenalkan, gadis ini adalah murid baru pindahan dari Scotland, Jung Sooyeon,” ucap Taeyeon.

“Oh, salam kenal, Sooyeon-ssi,” ucap Jongdae.

Sooyeon merasa dirinya baru saja disambar petir yang sangat dahsyat. Kim Jongdae melupakan dirinya?

“K-Kau tidak ingat aku?,” tanya Sooyeon.

“Eh? Kalian saling mengenal?,” tanya Taeyeon bingung.

“Mungkin kau salah orang. Aku sama sekali tidak mengingatmu. Maaf,” jawab Jongdae.

Tidak mungkin!, pekik Sooyeon dalam hati. Ia tak percaya Jongdae melupakannya. Itu artinya Jongdae juga lupa dengan janji yang mereka utarakan 7 tahun yang lalu.

“Nah, Sooyeon-ssi, dia adalah Kim Jongdae, kekasihku,”

“APA???!!!,” teriak Sooyeon syok.

“K-Kenapa, Sooyeon-ssi? Ada masalah?,” tanya Taeyeon kaget.

“T-Tidak. Aku hanya tak percaya kalau kalian berdua berpacaran. Ku pikir kalian hanya berteman,” jawab Sooyeon berbohong.

“Awalnya kami hanya bersahabat saat kecil. Tapi, kami dipertemukan lagi. Lagi pula, saat kecil kami berjanji akan menikah di masa depan,” ucap Jongdae.

“A-Apa?,” Lagi-lagi Sooyeon merasa syok dibuatnya. Bukankah Jongdae bersahabat dengan Sooyeon? Apa hubungannya dengan Taeyeon?

KRINGGGG!! KRINGGG!!!

“Bel sudah berbunyi. Ayo kita ke kelas,” ajak Taeyeon.

Sooyeon mengangguk lemah.

>>>

“Aku masih tidak percaya,” gumam Sooyeon sambil mengaduk-aduk jus orange miliknya.

“Ada apa, eonni?,” tanya Soojung.

“Kim Jongdae melupakanku,” jawab Sooyeon.

“O-Oh. A-Aku turut berduka cita,” ucap Soojung grogi.

Sooyeon memandang Soojung intens. Matanya menyala-nyala, membuat Soojung tak bisa menahan apa yang harus ia pendam.

“Kim Jongdae kecelakaan, eonni!,” jawab Soojung menyerah.

“K-Kecelakaan?,” tanya Sooyeon tak percaya.

“Saat Jongdae oppa berusia 15 tahun, dia tertabrak oleh mobil saat ingin menyeberang ke kedai es krim. Jongdae oppa mengalami amnesia berat dan butuh waktu lama untuk memulihkannya. Sekarang, Jongdae oppa sudah bisa mengingat semuanya. Termasuk aku,” jawab Soojung.

“Tapi tidak denganku. Dia malah menganggap Taeyeon adalah sahabat kecilnya,” ucap Sooyeon.

“Soal itu, lebih baik eonni berkonsultasi kepada Dr. Choi,” usul Soojung.

Sooyeon menjitak kepala adiknya itu hingga sang adik meringis kesakitan.

“Eonni!,”

“Kau pikir aku sakit? Untuk apa aku berkonsultasi?,” tanya Sooyeon.

“Kau pikir aku bodoh? IQ-ku jelas jauh di atas mu, eonni. Dr. Choi adalah dokter yang menangani Jongdae oppa. Sampai sekarang pun, Jongdae masih check up dengan dokter itu. Jadi, ada baiknya kau menanyakan hal itu kepada Dr. Choi,” jawab Soojung.

“Tak ku sangka aku memiliki adik yang pintar,” ucap Sooyeon.

“AKU MEMANG PINTAR!!,”

>>>

“Jung Sooyeon,” panggil seorang perawat.

Sooyeon bangkit dari kursi dan masuk ke dalam ruangan Dr. Choi Siwon. Sesampai di dalam, Dr. Choi mempersilakan Sooyeon untuk duduk.

“Jadi, apa masalah anda, Sooyeon-ssi?,” tanya Dr. Choi.

“Saya ingin menanyakan soal pasien anda yang bernama Kim Jongdae,” jawab Sooyeon.

“Oh. Anda kerabatnya?,” tanya Dr. Choi.

“Saya sahabatnya saat kecil,” jawab Sooyeon.

“Jadi, Jongdae memiliki dua sahabat saat kecil, ya?,”

Sooyeon mengerutkan keningnya, “Maksud anda?,” tanyanya bingung.

“Selain Kim Taeyeon, ternyata anda juga sahabat kecil Kim Jongdae,” jawab Dr. Choi.

“Kim Taeyeon bukan sahabat kecil Kim Jongdae. Saya-lah sahabatnya!,” seru Sooyeon.

Dr. Choi tersenyum, “Jadi, maksud anda, Kim Jongdae salah mengira?,” tanyanya.

Sooyeon mengangguk mengiyakan.

“Temui saya malam ini di rumah saya. Saya akan menceritakan semuanya kepada anda,” Dr. Choi memberikan kartu nama kepada Sooyeon, “Anda bisa menemukan alamat rumah saya disini,” tambahnya.

“T-Terima kasih,” ucap Sooyeon.

>>>

“Aku pulang,” ucap Sooyeon.

“SELAMAT DATANG!!!,”

“K-Kalian?,”

“Oh, Sooyeon sudah pulang? Kami sangat merindukanmu,” ucap seorang wanita setengah paruh.

“Kim ahjumma?,” gumam Sooyeon. Ibu dari Jongdae, batinnya.

“Eomma, maaf menunggu lam—,” kalimat Jongdae terhenti saat dirinya melihat Sooyeon.

Jongdae, gumam Sooyeon dalam hati.

“Sooyeon-ssi, benar? Murid baru di sekolahku?,” tebak Jongdae.

“Ingatan yang bagus, sayang,” ucap sang Ibu dari Jongdae.

Soojung menepuk dahinya melihat kejadian itu.

“Kau tinggal disini? Di rumah Taeyeon?,” tanya Jongdae.

“EH??,” pekik Sooyeon kaget.

“Ku rasa, kami harus segera pulang. Terima kasih,” pamit Ibu dari Jongdae.

“Sampai jumpa, Sooyeon-ssi,” pamit Jongdae.

“I-Iya,” jawab Sooyeon.

“Kau pasti bingung sekarang, Sooyeon-ah,” ucap Ibu dari Sooyeon dan Soojung.

“A-Aku sangat bingung,” jawab Sooyeon.

“Kau sudah berkonsultasi dengan Dr. Choi, benar? Mungkin kau telah menemukan jawabannya,” ucap Soojung.

“Dia sedang tidak ada waktu. Malam ini lah aku akan mendapatkan jawabannya,” ucap Sooyeon.

>>>

“Kim Taeyeon adalah pasien yang tinggal satu atap rumah sakit dengan Kim Jongdae,” ucap Dr. Choi.

“Jadi, disana-lah mereka akrab?,” tanya Sooyeon.

Dr. Choi mengangguk, “Karena tidak ingin kehilangan Jongdae, Kim Taeyeon mengaku sebagai dirimu,” ucapnya.

“Tapi, bagaimana caranya Taeyeon tahu bahwa aku dan Jongdae—,”

“Jongdae sendiri yang memberitahunya soal itu. Saat itu—,”

“T-Taeyeon-ah,” panggil Jongdae sambil memegang kepalanya.

“Kepalamu sakit lagi, ya?,” tanya Taeyeon cemas.

“A-Aku mengingat sesuatu lagi,” jawab Jongdae.

“Tentang apa?,” tanya Taeyeon.

“Sahabat masa kecil. Cantik, manis, dan aku berjanji padanya bahwa kami akan menikah saat kami dewasa nanti,” jawab Jongdae.

Taeyeon tersentak. Raut wajahnya yang ramah berubah seketika. Sekitar 30 detik hening melanda, akhirnya Taeyeon membuka suara dengan wajah seceria biasanya.

“Syukurlah!,” seru Taeyeon.

“Eh?,”

“Akhirnya Kim Jongdae berhasil mengingatku,” ucap Taeyeon.

“J-Jadi, kau adalah—,”

Taeyeon mengangguk, “Ya. Aku lah sahabat masa kecilmu. Dan aku senang kau mengingat janji itu,” jawabnya.

“Jahat sekali dia!,” gerutu Sooyeon kesal.

“Taeyeon ingin bersama Kim Jongdae. Ia pun memohon kepada keluargamu agar tinggal di rumah mu dalam beberapa hari,” ucap Dr. Choi.

“Eomma dan Soojung mengijinkannya?,” tanya Sooyeon tak percaya.

“Karena mereka pikir kau takkan kembali ke Seoul. Ternyata mereka salah. Kau kembali dan kau masih mengharapkan Jongdae,” jawab Dr. Choi.

Sooyeon bangkit dari kursinya, “Aku akan meminta Taeyeon menjelaskan semuanya kepada Jongdae. Aku tidak suka kebohongan,” ucapnya.

“Kim Jongdae takkan percaya,”

“A-Apa?,”

“Kim Jongdae sudah seratus persen percaya kepada Taeyeon. Tidak mungkin dia mempercayaimu semudah membalikkan telapak tangan,” jawab Dr. Choi.

Sooyeon kembali duduk, “Jadi, apa yang harus saya lakukan, Dr. Choi?,” tanyanya.

“Dekatilah Jongdae hingga kalian menjadi akrab. Dengan begitu, Jongdae akan bisa mengingat dirimu,”

>>>

“Taeyeon-ah, bisakah kau menemaniku ke toko buku hari ini?,” pinta Jongdae.

“Maaf. Aku hari ini ada kursus piano. Kau lupa, Jongdae-ah?,” tanya Taeyeon.

Jongdae menepuk dahinya, “Aku lupa,” ucapnya.

“Aku bisa menemanimu,” sahut Sooyeon.

“Kau?,”

“Ya. Keberatan?,”

“Tidak, sih. Selama Taeyeon mengijinkan,” ucap Jongdae.

“Tidak apa-apa kok. Kalian boleh pergi,” ucap Taeyeon.

“Terima kasih, Taeyeon-ah. Aku janji tidak akan macam-macam,” ucap Jongdae seraya mengacak-acak rambut Taeyeon.

“Ya! Hentikan, Kim Jongdae!,”

Sooyeon terdiam melihat pemandangan itu. Sooyeon ingin sekali ia berada di posisi Taeyeon. Sooyeon sangat iri melihat hal itu.

Jika Sooyeon tidak mengancam akan melaporkan kebenarannya kepada Jongdae, aku takkan mau mengijinkan mereka berdua pergi ke toko buku, batin Taeyeon kesal.

>>>

“Woah! Bukunya banyak sekali!,” kagum Sooyeon.

Jongdae terkekeh pelan, “Kau ini seperti baru masuk ke toko buku saja,” ucapnya.

“Sudah 7 tahun aku tidak ke toko buku,” ucap Sooyeon.

“Lama sekali, ya?,”

Sooyeon mengangguk, “Tempat ini, aku sering kesini bersama sahabat kecilku,” ucapnya.

“Kau dulu tinggal di Seoul?,” tanya Jongdae tak percaya.

“Tentu saja. Toko ini adalah toko favoritku dan sahabat kecilku,” jawab Sooyeon.

“Aku dan Taeyeon juga sangat menyukai tempat ini saat kecil hingga sekarang,” ucap Jongdae.

Bukan kau dan Taeyeon, bodoh! Tapi, kau dan aku, batin Sooyeon kesal.

>>>

Taeyeon sedang bersama Jongdae di sebuah kafe di pusat kota Seoul. Mereka tengah menikmati makanan cepat saji setelah berbelanja di mall.

“Taeyeon-ah,” panggil Jongdae.

“Hm?,”

“Kau satu rumah dengan Sooyeon?,”

Taeyeon tersentak kaget. Namun, ia berusaha menutupi kekagetannya itu dengan senyuman.

“S-Sooyeon adalah sepupuku,” jawab Taeyeon.

Jongdae menaikkan sebelah alisnya, “Bukankah kalian juga baru kenal saat Sooyeon masuk ke sekolah kita?,”

Taeyeon hanya bisa berkomat-kamit tanpa suara. Ia benar-benar kehabisan ide untuk menjawab pertanyaan sulit dari lelaki yang ia cintai itu.

“A-Aku—,” tiba-tiba Taeyeon memiliki sebuah ide, “Aku juga mengalami amnesia dulu. Aku tak tahu kalau Sooyeon itu sepupuku. Saat aku pulang, eomma langsung memberitahuku,” jawabnya.

“K-Kau juga amnesia? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku?,” tanya Jongdae sedikit kesal.

“Maaf. Menurutku sesuatu yang seperti itu tidak perlu untuk di ceritakan,” jawab Taeyeon.

“Tapi, aku ini kekasihmu, Kim Taeyeon! Rahasia seperti ini harusnya kau beritahu padaku,” ucap Jongdae semakin kesal.

“Sudahlah. Aku mohon kita tidak usah membahas ini,” pinta Taeyeon.

“Tiba-tiba saja aku kenyang!,” ucap Jongdae sinis, lalu beranjak dari kursinya.

“Ya! Kim Jongdae! Kau mau kemana?,”

“Kemana saja. Yang penting aku bisa menjauh dari orang yang tidak menganggapku,”

“Astaga! Kau kekanakan sekali,”

Jongdae menatap Taeyeon tajam. Ia tak menyangka Taeyeon mengatainya seperti itu, bukannya meminta maaf.

“Ya. Aku memang kekanakan,” jawab Jongdae lalu segera pergi dari sana.

“KIM JONGDAE! KEMBALI!,” teriak Taeyeon namun tak dihiraukan oleh Jongdae. Taeyeon menggeram kesal lalu menendang kursi di dekatnya.

“Ini semua karena Sooyeon kembali,” gumamnya kesal.

>>>

Sudah satu bulan Sooyeon berada di Seoul. Hubungan Sooyeon dan Jongdae semakin dekat. Namun, tidak ada tanda-tanda kalau Jongdae mengingat Sooyeon. Sedangkan hubungan Jongdae dan Taeyeon semakin menipis. Mereka sering bertengkar. Entah apa yang terjadi, Sooyeon pun merasa aneh dengan mereka.

Sooyeon membuka sebuah album foto dirinya dengan Jongdae saat kecil. Sooyeon sudah tidak tahan lagi. Ia memutuskan untuk memperlihatkan album ini sebagai tanda bukti bahwa Sooyeon lah sahabat Jongdae sejak kecil, bukan Taeyeon. Meskipun Sooyeon tak yakin hal ini efektif. Setidaknya, Sooyeon ingin Jongdae mengetahui sedikit saja tentang masa lalu yang sebenarnya.

“Apa yang kau lihat?,” tanya Taeyeon tiba-tiba.

Sooyeon tersentak kaget. Ia segera menyembunyikan album di balik tubuhnya.

“Album foto, eh? Berikan padaku!,” pinta Taeyeon.

Sooyeon menggeleng cepat, “Tidak mau!,”

“Berikan!,”

Taeyeon pun berusaha merampas album tersebut. Kini, mereka sedang saling menarik album tersebut.

“Lepaskan albumku!,” pinta Sooyeon.

“Tidak akan. Aku tidak akan membiarkan aku mengakhiri hubunganku dengan Jongdae,”

“Apa masalahmu? Lagi pula, ini semua kan memang salahmu. Akui saja kalau kau itu bukan siapa-siapa Jongdae selain penipu licik,” ucap Sooyeon kesal.

“Ya. Memang. Aku memang penipu. Puas, eh? Lagi pula, Jongdae lebih percaya dengan ku daripada kau yang merupakan sahabat Jongdae yang sebenarnya,” balas Taeyeon.

“Apa kau yakin?,”

Taeyeon dan Sooyeon tersentak. Jongdae secara tiba-tiba muncul di antara mereka.

“J-Jongdae-ah,” gumam Taeyeon takut.

“Identitasmu sudah terbongkar, Taeyeon-ah. Terima kasih atas tipuanmu selama ini,” ucap Jongdae sinis.

Taeyeon memegang tangan Jongdae, “Jongdae-ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud—,”

“Ku rasa hubungan kita cukup sampai disini,”

“Apa?,”

“Ayo kita pergi, Sooyeon-ah,” ajak Jongdae seraya menarik tangan Sooyeon dan pergi.

“Jongdae-ah? Jangan pergi! Ku mohon!,” pinta Taeyeon namun di abaikan oleh Jongdae maupun Sooyeon.

Tamatlah sudah riwayatmu, Kim Taeyeon!, batin dirinya sendiri.

>>>

Jongdae membawa Sooyeon ke halaman sekolah. Mereka duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih. Halaman itu tidak seramai biasanya mengingat hari ini ada diskon besar-besaran di kantin.

“J-Jongdae-ah—,”

“Hm. Sebenarnya aku mengetahui ini sejak lama,”

Sepasang mata Sooyeon membulat sempurna, “A-Apa?,” pekiknya.

Jongdae menunduk, “Ingatanku semakin lama semakin jelas. Apalagi semenjak kau hadir,” ucapnya.

“T-Tapi, aku tak melihat sama sekali tanda-tanda bahwa kau menyadari aku,” ucap Sooyeon.

“Aku ini kan jago akting. Eomma berkata kalau aku akan sukses jika menjadi aktor,” ucap Jongdae diselingi tawa khas-nya.

Sooyeon ikut tertawa mendengarnya, “Syukurlah, jika kau telah mengingatku,” ucapnya.

Tiba-tiba, Sooyeon merasa tangan kanannya hangat. Tangan Jongdae lah yang memegang tangan kanannya. Sooyeon dan Jongdae pun bertatapan.

“Sekarang kita telah dewasa. Bagaimana jika kita lakukan janji kita saat kecil?,” tanya Jongdae.

Wajah Sooyeon memerah seperti kepiting rebus. Ia memukul lengan Jongdae pelan, “Bodoh! Kita masih sekolah. Mana mungkin kita menikah,” ucapnya malu.

“Sebenarnya aku atau kau yang amnesia?,” tanya Jongdae.

“Eh?,”

“Kau lupa janji kita yang lain? Saat kita sudah dewasa, kita akan pergi ke Lotte World dan menaiki wahana yang tidak boleh di naiki oleh kita saat kita masih kecil dulu,”

“Hah?,” wajah Sooyeon pun semakin memerah karenanya.

Jongdae tersenyum sambil mengusap kepala Sooyeon, “Aigoo! Kau ini ingin sekali menikah dengan ku, ya?,” Jongdae mendekatkan wajahnya ke wajah Sooyeon, “Atau kau tak sabar ingin membuat anak denganku? Tenang saja. Kita akan membuat tiga puluh anak atau lebih,”

“BODOH!!!!!,” teriak Sooyeon malu.

Jongdae tertawa penuh kemenangan. Sedangkan Sooyeon sangat malu hingga menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jongdae tersenyum tulus lalu memandang langit.

“Tuhan, terima kasih karena telah mempertemukan kami kembali. Jangan pernah pisahkan kami lagi,” gumam Jongdae.

    END

Review-nya jangan lupa, ya? Komentar kalian sangat berharga dan dapat saya jadikan motivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi. Jaaaa~ ne!