(Request FF) – The Way You Are


Title : The Way You Are

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
o SNSD’s Taeyeon as Jung Taeyeon
o SNSD’s Seohyun as Jung Seohyun

Support Cast :
o TVXQ’s Yunho as Jung Yunho
o EXO’s Kris as Kris Wu
o EXO’s Baekhyun as Byun Baekhyun
o EXO’s LuHan as Xiao Luhan
o SNSD’s YoonA as Im Yoona
o etc

Genre : School-life, Family, Romance, Friendship

Length : One-shot

A/N : Fic ini adalah ‘Request FF’ dari jihaan love sica. Hope you like this fic ^^

    ***

Berbagai channel televisi di Korea Selatan sedang dihebohkan dengan berita munculnya ketiga puteri dari pemilik Jung International Corp—sebuah perusahaan terbesar dan berpengaruh di Korea Selatan—, Jung Yunho. Ketiga puteri duda kaya raya itu baru saja pulang dari Amerika setelah menjalani sekolah mereka. Berdasarkan permintaan mereka sendiri, ketiganya ingin melanjutkan kuliah di Seoul. Hal itu membuat semua orang bertanya-tanya, mengapa mereka memilih kuliah di negara sendiri sedangkan bersekolah di luar negeri.

“Kami mencintai negara kami. Dan kami percaya, sekarang Seoul telah menjadi negara yang tak kalah berkualitas dibandingkan negara lain. Lagipula, kami akan melanjutkan bisnis ayah kami. Jadi, kami rasa kampus terbaik adalah tempat dimana perusahaan ayah berada,” ucap Taeyeon, kakak tertua dari ketiga puteri Jung Yunho.

“Jadi, kalian akan melanjutkan kuliah di kampus apa?,” tanya seorang wartawan.

“Kami memutuskan untuk kuliah di universitas Kyunghee, jurusan bisnis manajemen,” jawab Taeyeon.

“Kalian telah muncul sebagai bintang. Apakah kalian berniat untuk muncul sebagai artis?,”

Seohyun—puteri ketiga Jung Yunho—langsung menggeleng cepat, “Kami tidak tertarik dengan dunia entertainment,” jawabnya.

“Apakah kalian akan menekuni bisnis ayah kalian?,”

“Enough!,” seru Sooyeon—puteri kedua Jung Yunho—, membuat semua wartawan dan kedua sahabatnya kaget. “Mengapa harus membuang waktu dengan menanyakan hal yang sudah pasti diketahui jawabannya? Think before, do after! Kami juga memiliki banyak kesibukan,” omelnya.

“Ngg—maafkan adikku. Dia memang sedikit sensitif. Ya, kami rasa cukup sampai disini wawancaranya. Terima kasih,” ucap Taeyeon.

>>>

“Jaga sikapmu, Jung Sooyeon! Kau adalah salah satu dari tiga puteri-ku. Kau yang paling ahli dalam masalah intelektual. Kau bisa membuat appa sukses. Tapi, dengan sikapmu seperti ini, citra appa di depan semua orang akan tercoreng,” omel Jung Yunho pada Sooyeon.

“Tolong maafkan Sooyeon eonni, appa,” pinta Seohyun.

“Appa, kau berlebihan. Kau tahu sendiri kan sikap Sooyeon seperti apa,” ucap Taeyeon.

“Shut up. Biarkan dia berbicara sampai selesai. Setelah itu, aku bisa beristirahat di kamar,” ucap Sooyeon.

Yunho menghela napas berat. Sooyeon memang selalu bersikap seperti ini semenjak isterinya meninggal dunia. Sooyeon bukan lagi gadis yang ceria, melainkan gadis dingin dan pemarah. Dan Yunho pun harus berusaha sabar untuk menghadapinya.

“Maafkan appa. Kau boleh beristirahat sekarang,” ucap Yunho.

Tanpa basa-basi, Sooyeon langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Yunho pun juga menyuruh Taeyeon dan Seohyun untuk beristirahat karena besok mereka sudah harus masuk ke kampus baru mereka.

>>>

Pagi yang cerah menyambut kota Seoul. Tepat saat ketiga puteri cantik dan kaya raya tiba di kampus baru mereka—Kyunghee University. Banyak mahasiswa memandang mereka dengan pandangan kaget, senang, jatuh cinta, dan sebagainya. Dan saat itulah, mereka bertiga resmi menjadi idola baru di kampus tersebut.

Semua mahasiswa menyapa mereka. Taeyeon dan Seohyun mencoba ramah, sedangkan Sooyeon lebih memilih untuk diam dan memperhatikan keadaan sekitarnya.

Karena usia mereka berbeda satu tahun, mereka pun harus berpisah kelas. Taeyeon berada di semester lima, Sooyeon di semester tiga, dan Seohyun di semester pertama. Meskipun mereka berada di jurusan yang sama.

“Annyeonghaseyo. Nama saya adalah Jung Taeyeon. Saya adalah mahasiswa pindahan dari Amerika. Salam kenal,” ucap Taeyeon memperkenalkan diri.

Taeyeon mendapatkan sambutan yang positif dari teman-teman sekelasnya. Taeyeon pun duduk di samping mahasiswa berkacamata dengan name-tag yang sempat dibaca oleh Taeyeon, Byun Baekhyun. Dan Baekhyun sedang tersenyum aneh kepada Taeyeon. Sebenarnya senyuman aneh itu adalah deskripsi Baekhyun menurut Taeyeon.

“Ngg—salam kenal, Baekhyun-ssi,” ucap Taeyeon ragu.

“Iya! Salam kenal, Taeyeonnie!,” balas Baekhyun bersemangat.

Kini, Taeyeon merasa dilanda mimpi buruk karena harus duduk di dekat pria aneh seperti Baekhyun. Sekali lagi, hal itu hanyalah deskripsi Baekhyun menurut Taeyeon.

>>>

Sama seperti Taeyeon, Seohyun memperkenalkan diri secara santun hanya saja lebih panjang. Teman-temannya membalas dengan ramah dan Seohyun sangat menyukai hal itu. Seohyun pun duduk di antara seorang pria dan wanita.

Seohyun baru saja menoleh ke kanan, dan langsung kaget saat pria disampingnya itu sedang tersenyum. Senyuman yang sangat manis, sesuai dengan wajah manis pria itu. Tapi, Seohyun merasa ada yang janggal. Senyuman itu seperti bukan untuknya.

Seohyun pun menoleh ke kiri dan melihat wanita disampingnya juga tersenyum. Oh, ternyata, mereka sedang saling tersenyum. Seohyun merasa malu sendiri karena merasa dirinya yang sedang diberikan senyuman oleh pria manis disampingnya itu.

“Bodoh sekali kau, Jung Seohyun!,” gumamnya pelan.

>>>

“Annyeonghaseyo. Nama saya Jung Sooyeon. Terima kasih,”

Berbeda dengan Taeyeon dan Seohyun, Sooyeon memperkenalkan diri secara singkat dan dengan nada terkesan malas. Dan hal itu membuat dirinya tak disambut baik oleh teman-teman sekelasnya. But, who cares? Jung Sooyeon tidak akan mempedulikan hal tersebut.

“Baiklah, Sooyeon-ssi. Kau boleh duduk,”

Sooyeon pun duduk di kursi yang kosong. Dan sialnya, Sooyeon duduk disamping pria yang terus-terusan memperhatikannya.

“Namaku Kris,”

“Tidak bertanya,” jawab Sooyeon.

Sial, umpat Kris dalam hati. “Sama sepertimu, aku juga anak orang kaya,” ucap Kris.

Sooyeon menatap pria itu tajam, “Bisakah kau diam? Aku tidak memiliki niat untuk bertanya atau mengetahui apa yang kau katakan,” bentaknya.

Semua orang di dalam kelas tersebut melihat ke arah mereka berdua. Namun, hal itu sepertinya tidak mengganggu Sooyeon. Sooyeon kembali membaca bukunya.

“Kembali ke materi, semuanya,” ucap dosen tersebut.

>>>

Taeyeon, Sooyeon, dan Seohyun merebahkan diri mereka di sebuah ranjang di kamar Sooyeon. Mereka tampaknya lelah di hari pertama kuliah di Seoul.

“Hari yang menyebalkan,” ucap Taeyeon.

“Agree,” sahut Sooyeon setuju.

“Kenapa?,” tanya Seohyun.

“Aku harus duduk disamping pria aneh nan culun. Bayangkan dia selalu menempel disampingku saat pelajaran maupun sedang istirahat,” jawab Taeyeon.

“Bagaimana denganmu, Sooyeon eonni?,” tanya Seohyun.

“Same with Taeyeon eonni. Aku juga duduk disamping pria sok tampan, keren, dan kaya raya. Dia pikir aku akan tergoda dengan pria seperti itu? Never!,” jawab Sooyeon.

“Bagaimana denganmu, Seohyun-ah?,” tanya Taeyeon.

Seohyun terdiam. Apa ia harus menceritakan betapa malunya dirinya pada pria manis yang duduk disampingnya itu?

“T-Tidak ada yang terjadi. Semuanya berjalan baik,” jawab Seohyun.

>>>

Taeyeon baru saja masuk ke kelasnya. Tiba-tiba..

“Taeyeonnie!,”

“Aish, Baekhyun-ssi. Kau mengagetkanku saja!,” omel Taeyeon kesal.

“Maaf. Apa kau marah?,”

Taeyeon menghela napas berat, “Tidak. Aku tidak marah,” jawabnya.

Spontan, Baekhyun memeluk Taeyeon karena senang.

“YA! LEPASKAN AKU, BODOH!,”

>>>

“Perusahaan keluargaku terletak di Kanada dan China. Hebat, kan?,”

Sooyeon memutar kedua bola matanya. Kris masih saja senang mengatakan tentang dirinya. Sombong sekali, batin Sooyeon.

“Perusahaan kami sangat sukses. Makanya, aku sangat kaya. Jika kau menginginkan sesuatu, aku akan membelikannya untukmu,” ucap Kris.

“Tidak. Aku masih punya uang,” tolak Sooyeon.

“Tentu saja. Kau kan juga kaya raya,” seru Kris sambil tertawa.

Tidak lucu, batin Sooyeon kesal.

“Seperti di film-film yang ku tonton, kedua pengusaha akan menjodohkan anak-anak mereka. Dan perusahaan mereka berdua akan menjadi sangat besar. Itu seperti kita, kan? Kau menyadarinya?,”

“Oh my goodness! Kau itu sombong sekali, ya? Kau juga terlalu percaya diri. Aku tidak suka pria sepertimu. Dan kau pikir aku mau dijodohkan meskipun dengan pria terkaya di dunia sekalipun? Aku lebih menginginkan menikah dengan pria miskin tetapi kami saling mencintai,” seru Sooyeon lalu beranjak keluar dari kelas.

Kris terdiam sejenak. Ia menghela napas berat, “Maafkan aku, Sooyeon-ssi. Aku akan berhenti,” gumamnya.

>>>

Seohyun sedang membaca buku di tempat duduknya. Tiba-tiba, seseorang menyodorkan sebungkus cokelat untuknya.

Seohyun mendongak, “Terima kasih—KAU?,”

“Sebagai tanda perkenalan,” pria itu duduk di tempat duduknya yang berada disamping tempat Seohyun, “Namaku Luhan. Maaf sebelumnya kita belum berkenalan,” ucapnya.

Seohyun menggeleng, “Tidak apa-apa. Aku senang sekarang kita sudah berkenalan,”

“Benarkah?,”

Wajah Seohyun memerah, “Eh, namaku—,”

“Sudah tahu kok. Jung Seohyun, kan? Kau sudah mengenalkan dirimu kemarin,” ucap Luhan.

Seohyun semakin malu, “Kau benar,” ucapnya.

“Namaku Im Yoona,”

Seohyun menoleh kepada wanita yang duduk disampingnya, “Kau boleh memanggilku Yoona,” ucap Yoona,

“Yoona adalah sahabatku. Dia sangat cantik dan baik,” ucap Luhan.

“Berhenti memujiku, Lu,” ucap Yoona.

“Berhenti memanggilku Lu, rusa,” balas Luhan.

Seohyun terdiam dan menunduk. Mereka terlihat akrab, batinnya sedih.

>>>

Hari demi hari telah berlalu. Taeyeon terus-terusan diganggu oleh Baekhyun, untungnya dia masih bisa sabar. Seohyun terus-terusan memendam rasa cemburu melihat Luhan dan Yoona yang sangat dekat meskipun Seohyun dan Luhan juga sudah cukup dekat. Sedangkan Sooyeon, ia merasa sedikit kesepian karena semenjak Sooyeon mengomeli Kris pada hari kedua ia kuliah, Kris tidak pernah muncul lagi. Sudah satu bulan Kris tidak masuk. Bahkan kabar tentangnya pun tak terdengar.

Tiba-tiba, sesuatu yang mencengangkan muncul di media.

“Pengusaha besar di Korea Selatan, Jung Yunho terbukti telah melakukan suap kepada pengadilan untuk menjatuhkan sebuah perusahaan dari China. Perusahaan dari China itu pun menuntut agar Jung Yunho dipenjarakan dan hartanya diserahkan kepada negara,”

“APPA! JANGAN BAWA APPA KAMI!,” teriak Taeyeon sambil menangis.

“APPA!,” teriak Seohyun yang juga menangis.

“Maafkan appa, anak-anak. Appa telah mengecewakan kalian,” ucap Yunho.

Jung Yunho pun dibawa ke kantor polisi. Harta mereka habis tak tersisa. Dan sekarang, Taeyeon, Sooyeon, maupun Seohyun tak tahu harus tinggal dimana.

“Tinggalah di rumahku, Taeyeonnie,” ucap Baekhyun.

Taeyeon terdiam. Taeyeon tahu Baekhyun adalah orang miskin. Itu artinya, Baekhyun memiliki rumah kecil yang kumuh. Apa Taeyeon sanggup tinggal di rumah seperti itu?

Disisi lain, Luhan juga menawarkan Seohyun untuk tinggal bersamanya.

“Rumahku kecil, tapi paling tidak aku punya satu kamar lagi untukmu,” ucap Luhan.

“Apa Yoona juga tinggal di rumahmu?,” tanya Seohyun.

“Tentu saja tidak,” jawab Luhan.

Tanpa basa-basi, Seohyun langsung mengangguk setuju.

Sedangkan Sooyeon tidak tahu harus tinggal dimana. Teman-teman sekelasnya tidak ada yang ramah padanya. Sooyeon menyesal atas sikapnya yang begitu dingin sehingga tidak ada yang peduli padanya.

Tapi, sesuatu mengejutkan Sooyeon. Kris akhirnya masuk juga. Sooyeon pun langsung mengajak Kris keluar untuk berbicara empat mata.

“Tinggal di rumahku?,” tanya Kris kaget.

Sooyeon mengangguk, “Rumahmu besar, kan? Kau kaya raya, kan? Ijinkan aku tinggal di rumahmu,”

Kris menunduk, “Aku ingin jujur padamu, Sooyeon-ssi,”

“Jujur soal apa?,”

“Sebenarnya semua perkataanku tentang aku kaya itu hanyalah rekayasaku saja. Aku bukanlah orang kaya yang memiliki dua perusahaan besar. Mungkin dulu memang iya. Tapi, semenjak perusahaan dad bangkrut, kami hidup miskin,” jawab Kris.

Sooyeon sangat syok mendengar pernyataan dari Kris. Pupus sudah harapannya.

“Kau boleh tinggal di rumahku jika kau mau. Meskipun mungkin tidak pantas untukmu,”

>>>

Taeyeon, Sooyeon, dan Seohyun sudah cukup lama tinggal di rumah ketiga pria terdekat mereka. Meskipun awalnya tidak menerima, tapi akhirnya mereka mulai menerima untuk tinggal di rumah yang kecil. Mereka juga sadar kalau mereka bukan orang kaya lagi. Jadi, mereka harus bisa menerima keadaan.

Namun, sesuatu yang aneh muncul di hati mereka. Mungkin tidak aneh untuk Seohyun, tapi aneh untuk Taeyeon dan Sooyeon. Taeyeon jatuh cinta kepada Baekhyun, dan Sooyeon jatuh cinta kepada Kris. Tapi, mereka malu mengatakannya karena pasti Baekhyun atau Kris tak mau menerima mereka yang sudah bukan siapa-siapa lagi.

“Aku ingin jujur padamu, Baekhyun-ssi,”

“Ada apa, Taeyeonnie?,” tanya Baekhyun.

“Mungkin aku sedikit kurang ajar dan tak tahu diri, tapi aku rasa aku sudah jatuh cinta kepadamu,” ucap Taeyeon blak-blakan.

“Eh?,” Baekhyun masih mencerna perkataan Taeyeon.

“Aku memang bukan orang kaya lagi—,”

“Kaya atau tidak, itu tidak masalah bagiku,” Taeyeon menatap Baekhyun tak percaya, “Karena kau tetaplah Taeyeonnie-ku!,” tambah Baekhyun.

Taeyeon tersenyum lalu memeluk Baekhyun erat,

>>>

“Apa kau menyukai Yoona?,”

Luhan menoleh, “Kenapa bertanya seperti itu?,” tanyanya.

“Hanya bertanya,” jawab Seohyun.

“Dia hanya sekedar sahabat. Aku sedang menyukai orang lain,”

“S-Siapa?,” tanya Seohyun penasaran.

“Jung Seohyun,” jawab Luhan sambil tersenyum.

Seohyun kaget bercampur senang. Tapi, ia masih tak percaya. “Bagaimana mungkin kau menyukaiku yang miskin—,”

“Aku tidak pernah memandangmu miskin atau tidak. Aku jatuh cinta padamu bukan pada kekayaanmu,” ucap Luhan.

“Kau serius?,” tanya Seohyun.

Luhan mengangguk lalu mengecup dahi Seohyun, “Dan aku tahu, kalau kau juga menyukaiku,” ucapnya.

Wajah Seohyun memerah saat mendengar Luhan berkata seperti itu.

>>>

Kris sedang duduk di tepi sungai. Sooyeon menghampirinya dan duduk disampingnya.

“Selamat pagi, Sooyeon-ah!,”

Sooyeon tersenyum tipis sebagai balasannya, “Ngg—boleh aku bertanya?,”

“Apapun itu, aku akan menjawab,” jawab Kris.

“Kenapa kau membohongiku dengan berkata kau itu kaya raya?,” tanya Sooyeon.

“Karena ku pikir kau akan menyukai pria kaya jika aku mengaku kaya. Terdengar aneh, bukan? Tapi, setelah kau mengomeliku saat itu, aku sadar. Kau lebih memilih menikah dengan pria miskin. Aku pun memutuskan untuk jujur padamu,” jawab Kris.

“Dan mengapa kau tidak hadir selama sebulan?,” tanya Sooyeon.

“Aku sedang mengunjungi keluargaku di China. Kebetulan, aku baru gajian dari kerja sampingan. Jadi, uangnya aku gunakan untuk mengunjungi keluargaku di China,” jawab Kris.

“Hebat! Kerja sampingan!,” kagum Sooyeon.

“Aku akan mengajakmu melakukannya jika kau mau,” ucap Kris.

“Tentu saja aku mau,”

“Apa kau yakin? Bukankah tidak pantas kalau seorang puteri—,”

“Aku bukan lagi orang kaya, sama sepertimu. Kita sama. Dan aku mengaku, aku lebih menyukaimu seperti ini daripada yang dulu,” ucap Sooyeon.

“Apa? Kau menyukaiku?,”

Wajah Sooyeon memerah, “A-Aku—tidak—,”

“Aku juga menyukaimu, Jung Sooyeon. Sejak dulu,” ucap Kris lalu mencium pipi Sooyeon cepat.

“YA! KRIS!,”

Kris berlari jauh karena takut Sooyeon akan memukulnya. Sooyeon tersenyum lega. Akhirnya perasaannya tersampaikan. Dan yang paling penting, Kris maupun dirinya bisa saling menerima apa adanya.

    END

Review, come in!

(Request FF) – Love Rival


Title : Love Rival

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO’s LuHan as Xiao Luhan
o SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun
o SNSD’s YoonA as Im Yoona

Support Cast :
o EXO’s Kris as Kris Wu
o EXO’s Sehun as Oh Sehun
o EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol
o SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
o SNSD’s Sooyoung as Choi Sooyoung
o etc

Genre : School-life, Friendship, Romance

Length : Oneshot

A/N : Fic ini merupakan ‘Request FF’ dari Jessie. Hopefully you like this story! It’s for you and my lovely readers. Enjoy^^

    ***

Suatu hari, di sebuah sekolah seni terpopuler di Korea Selatan—School of Performing Art—, ada tiga murid perempuan yang sangat populer bahkan tidak hanya di sekolah itu saja, tetapi mereka juga terkenal di seluruh sekolah di Korea Selatan. Mereka bertiga adalah puteri dari tiga konglomerat besar di Korea Selatan. Kecantikan mereka juga membuat semua orang berdecak kagum dan para murid lelaki tiada henti mengejar mereka. Mereka bertiga adalah Jessica Jung, Im Yoona, dan Seo Joohyun.

“I-Itu Jessica, Yoona, dan Joohyun telah tiba!,” seru seorang murid lelaki.

Para murid lelaki yang tadinya berada di dalam sekolah pun segera berlari ke halaman sekolah untuk menyambut tiga murid pujaan mereka itu.

Seperti biasa, Jessica berjalan paling depan dengan kecantikan mematikannya. Meskipun Jessica hanya sibuk memainkan tabletnya dan mengenakan earphone di sepasang telinganya tanpa memandang para penggemarnya itu, Jessica sudah berhasil membuat jantung para penggemarnya berdebar-debar. Dibelakangnya, Yoona dan Joohyun berjalan mengekorinya. Seperti biasa, Yoona dengan kecantikannya yang menyegarkan memasang senyuman ramahnya kepada para murid lelaki itu, sedangkan Joohyun berjalan disamping Yoona dengan menunduk malu. Meski begitu, Joohyun tetap dipuja oleh para penggemarnya. Meskipun di antara mereka bertiga, Joohyun lah yang paling sedikit memiliki penggemar.

Jessica, Yoona, dan Joohyun berjalan menuju kelas mereka di ikuti para penggemar mereka. Hal itu membuat para murid perempuan sangat iri dan kesal.

“Ah, lihat. Tiga tuan puteri telah tiba,” ucap Yuri—salah satu dari murid perempuan yang membenci Jessica, Yoona, dan Joohyun—kesal.

Sooyoung—sahabat Yuri—menghela napas kasar, “Mengapa hanya mereka memiliki kecantikan dan kekayaan yang begitu besar? Dunia ini sungguh tidak adil,” ucapnya tak kalah kesal dan iri.

“JESSICA-YA~!!!!,” teriak seorang murid lelaki bertubuh tinggi yang baru saja keluar dari ruang kelasnya seraya menghampiri Jessica bersama kedua sahabatnya itu.

“My Channie!,” pekik Sooyoung kesal.

“Ya! Jangan menghalangi jalanku, Park Chanyeol!,” bentak Jessica seraya memasukkan tablet dan earphone miliknya ke dalam tas.

“Aku kan hanya ingin menyambut kedatangan tuan puteri ku yang cantik ini,” ucap Chanyeol.

Jessica memutar bola matanya, “Jika kau masih menghalangi jalanku, akan ku pastikan ini adalah pertemuan terakhir kita,”

Chanyeol tersentak kaget, “Apa? T-Tidak! Oke, aku akan pergi. Sampai jumpa, sayang!, ucapnya lalu segera pergi dari hadapan Jessica.

“Sayang, sayang. Seenak jidatnya saja memanggilku dengan panggilan seperti itu,” gerutu Jessica kesal, lalu kembali berjalan.

Yoona hanya terkekeh pelan lalu mengikuti Jessica bersama Joohyun.

>>>

Jessica dan Yoona duduk berdua, sedangkan di belakang mereka adalah tempat Joohyun. Joohyun duduk hanya sendiri saja karena Joohyun merupakan tipe gadis pendiam dan pemalu. Meski begitu, Joohyun merupakan murid terpintar di sekolahnya. Jessica dan Yoona selalu bergantung padanya jika mereka harus bertemu dengan pelajaran yang sulit.

Tepat di sebelah kanan tempat Jessica dan Yoona, ada dua murid lelaki terpopuler di sekolah seni tersebut. Mereka adalah Kris Wu dan Oh Sehun. Sebenarnya, Park Chanyeol juga murid lelaki terpopuler di sekolah tersebut dan dia adalah sahabat dari Kris Wu dan Oh Sehun. Hanya saja Chanyeol dan Kris sering bertengkar karena mereka sama-sama menyukai Jessica, sedangkan Sehun sangat menyukai Yoona. Oh ya, Park Chanyeol juga berada di kelas yang berbeda dengan mereka.

Sedari tadi dan seperti biasa, Kris dan Sehun sedang memandangi pujaan hati mereka—Jessica dan Yoona. Mungkin jika murid perempuan lain yang dipandang seperti itu akan bahagia. Tapi, tidak dengan Jessica dan Yoona. Terutama Yoona yang sangat dan selalu merasa risih jika dipandangi oleh Sehun.

“Sica-ah, aku sangat merasa tidak nyaman dengan posisiku sekarang. Bisa bertukar tempat?,” bisik Yoona.

Jessica meletakkan buku yang ia baca ke meja dengan sedikit keras, lalu menatap sahabatnya itu. “Ini sudah kesekian-kalinya kau berkata seperti itu, Yoona-ah. Kau tidak perlu mempedulikannya. Anggap saja dia itu adalah sebuah bongkahan es yang baru saja di buang ke jurang terdalam di seluruh dunia,” balasnya, lalu kembali membaca bukunya.

Yoona mendesis kesal, “Imajinasimu terlalu buruk, Jessica Jung,” cibirnya.

“S-Su-Sudahlah, Yoona-ssi, Jessica-ssi. Kalian jangan b-bertengkar,” ucap Joohyun yang berada di belakang mereka.

“Aku dan Jessica tidak sedang bertengkar, Seo Joohyun. Apa kau tak mengerti?,” tanya Yoona lembut seperti biasa. Yoona memang tidak pernah bersikap tidak ramah kepada semua orang kecuali kepada Jessica.

Joohyun menunduk, “M-Maafkan aku, Yoona-ssi,” ucapnya.

Yoona tersenyum manis, “Kau ini selalu saja meminta maaf. Padahal kau tidak salah apa-apa. Dan juga, kau selalu memanggilku dan Jessica dengan formal. Kita ini kan sahabat? Tidak perlu seformal itu,” ucapnya.

“M-Maaf. A-Aku merasa nyaman seperti itu,” ucap Joohyun.

Yoona menghela napas kecil, “Baiklah. Jika itu membuatmu nyaman, Joohyun-ah,” ucapnya.

Joohyun tersenyum lega. Yoona memang selalu mengerti akan dirinya. Tidak seperti Jessica yang selalu tidak peduli dengan keadaan. Meski begitu, Joohyun tetap sangat menyayangi Jessica. Karena keluarga Jessica lah yang membantu bisnis keluarganya tetap memuncak. Dan Jessica sendiri yang meminta kepada orangtuanya untuk membantu bisnis keluarga Joohyun.

“Oh! Yoona-ku sangat baik hati. Seperti malaikat!,” seru Sehun.

“Kau ini sepertinya telah tertular oleh Chanyeol, ya? Sikapmu sangat menjijikan sekali,” komentar Kris.

“Aku tidak akan bersikap seperti ini di depan Yoona. Aku tahu, aku harus tetap menjaga image-ku. Lagi pula, kau yang selalu bersikap sok keren tetap tidak di lirik oleh Jessica,” ucap Sehun.

Kris langsung memukul kepala Sehun, “Kau ini bicara apa? Itu artinya, Jessica adalah tipe gadis terhormat. Ia tidak mudah tergoda dengan berbagai macam lelaki, meskipun dengan lelaki tampan seperti aku sekalipun,” ucapnya.

Sehun mengusap kepalanya, “Iya. Iya. Gadis pujaanmu memang luar biasa. Aku saja merasa pesimis jika disuruh untuk mendapatkannya,” ucapnya.

“Tentu saja kau pesimis. Kau kan tidak tampan seperti aku,” ucap Kris percaya diri.

Sehun hanya diam dengan raut wajah kesalnya. Di dalam hati, ia sedang sibuk mengutuki sahabatnya itu.

Tiba-tiba, seorang guru masuk di ekori seorang murid lelaki asing di kelas itu. Meskipun asing, tetapi semua murid perempuan langsung berteriak histeris melihat wajah murid lelaki itu. Termasuk Jessica dan Yoona sekalipun. Tapi, tidak dengan Joohyun. Well, she’s shy girl, isn’t? Tapi, di dalam hati, Joohyun sangat mengagumi lelaki itu.

“Dia tampan,” gumam Joohyun pelan.

“Manisnya!,” seru Yoona.

“A-Aku tidak pernah melihat lelaki sesempurna dia,” ucap Jessica grogi.

Melihat dua murid perempuan terpopuler itu juga terpikat, semua murid laki-laki maupun perempuan di kelas tersebut menghela napas berat. Bagi para lelaki, mereka merasa semakin jauh untuk menggapai idola mereka. Sedangkan bagi para perempuan, mereka merasa sangat tersaingi oleh dua murid cantik itu.

“Bisa tenang sebentar? Jika tidak, kalian tidak akan mengetahui identitas murid baru kita ini,” ucap guru itu.

Semua murid pun tenang dalam sekejap. Meskipun ada sedikit terdengar helaan napas berat dari para lelaki.

“Selamat pagi, semuanya. Nama saya Xiao Luhan. Kalian boleh memanggil saya Luhan. Saya adalah murid pindahan dari China. Saya harap, kita bisa berteman baik. Terima kasih,” ucap murid lelaki itu memperkenalkan diri.

“Nah, Luhan-ssi, kau boleh duduk di kursi yang kosong,”

“Baiklah,”

“Yoona-ah, cepat kau pindah tempat ke belakang. Kau duduk dengan Joohyun saja,” perintah Jessica.

“Enak saja. Kau saja yang pindah. Jadi, Luhan bisa duduk disampingku,” balas Yoona.

“Apa? Beraninya kamu!,”

“Memangnya aku takut padamu?,”

Kedua sahabat itu pun bertengkar. Kris dan Sehun mencoba melerai. Murid-murid lainnya mulai mengadakan taruhan dan berteriak mendukung salah satunya. Sedangkan guru yang berada di depan hanya bisa geleng-geleng kepala.

Luhan melewati sekumpulan murid-murid yang asik menonton pertengkaran antara Jessica dan Yoona lalu duduk disamping Joohyun. Joohyun terperangah saat Luhan sudah duduk disampingnya.

“K-Kau duduk di-disini?,” tanya Joohyun gugup.

“Iya. Boleh, kan?,” balas Luhan dengan senyuman terbaiknya.

Wajah cantik Joohyun memerah seperti kepiting rebus. Hal itu membuat Luhan mengacak-acak rambut Joohyun dengan gemas. Joohyun pun merasa semakin panas dan salah tingkah.

“Kau itu manis sekali. Aku jadi tertarik,” ucap Luhan.

“Eh?,”

Joohyun menundukkan kepalanya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia harap, Luhan tidak mendengar suara jantungnya tersebut.

>>>

Waktu istirahat telah tiba. Semua orang melakukan aktivitas mereka masing-masing. Jessica dan Yoona memilih makan di kantin, sedangkan Joohyun memisahkan diri dengan pergi ke perpustakaan.

“Uh, ini semua karena kau, Yoona-ah. Luhan jadi harus duduk dengan Joohyun. Padahal, aku tahu sekali kalau Luhan itu sangat menginginkan duduk disampingku. Dari awal dia masuk kelas, dia selalu memperhatikanku. Aku tahu dia sangat mengagumi kecantikanku,” ucap Jessica.

Yoona memutar bola matanya, “Luhan itu tidak sedang memandangmu. Matamu saja yang rabun. Jelas sekali kalau Luhan itu memandangiku dan terpesona oleh kecantikan alamiku, bukan dengan kecantikan make-up mu itu,” balasnya.

“APA? KECANTIKANKU INI ALAMI, NONA BERTUBUH KURUS!,” teriak Jessica kesal.

“KECANTIKANKU LEBIH ALAMI, NONA BERTUBUH PENDEK!,” teriak Yoona tak kalah kesal.

“Sudah, sudah! Jangan bertengkar demi memperebutkanku, Sica-ya, Yoona-ssi!,” ucap Chanyeol.

“SIAPA YANG MEMPEREBUTKANMU???!!,” teriak Jessica dan Yoona kepada Chanyeol hingga lelaki bertubuh tinggi itu harus terpental(?) ke lantai.

“Dasar, si bodoh itu,” cibir Kris.

“A-Aku tidak akan bersikap sepertinya lagi,” ucap Sehun takut.

Yuri tertawa senang melihat kejadian itu, “Ini kejadian langka. Dua sahabat bertengkar. Aku merasa berada di surga,” ucapnya.

Tapi, tidak dengan Sooyoung. Gadis itu sedang menggigit baju seragamnya dengan raut wajah sedih, “My Channie! Kasihan sekali dia harus menjadi korban angin puting beliungnya Jessica-ssi dan Yoona-ssi,” ucapnya.

Yuri menatap sahabatnya itu aneh, “Imajinasimu terlalu buruk, Sooyoung-ah,”

>>>

Joohyun sedang membaca buku sejarah di perpustakaan. Tiba-tiba, ia merasa seseorang duduk disampingnya. Dengan takut, Joohyun menoleh perlahan.

“Lu-Luhan-hmmm!,” hampir saja Joohyun berteriak keras jika Luhan tidak membungkam mulut gadis cantik itu. Bukan apa-apa, hanya saja Luhan tidak ingin mereka berdua dimarahi oleh penjaga perpustakaan lalu di usir.

Dengan perlahan, Luhan melepaskan dekapan tangannya di mulut Joohyun. Joohyun kini sangat malu karena bibirnya baru saja disentuh oleh telapak tangan yang lembut milik Luhan.

“M-Maaf,” ucap Luhan.

“T-Tidak. A-Aku yang seharusnya me-meminta ma-maaf,” ucap Joohyun.

Luhan tersenyum, dan bagi Joohyun itu adalah senyuman terindah yang pernah ia lihat. Luhan mengacak rambut Joohyun pelan, “Kau sangat menggemaskan. Berbeda dengan gadis yang lain. Aku jadi semakin tertarik,”

“Eh?,” dan wajah Joohyun kembali memerah.

“Nah, wajah memerahmu muncul lagi. Sepertinya wajahmu yang seperti ini akan menjadi wajah favoritku. Boleh ku foto?,”

Joohyun menggeleng cepat, “T-Tidak boleh. M-Maaf,”

Luhan tertawa pelan, “Aku hanya bercanda kok. Dan, jangan berkata maaf terus. Aku bosan mendengarnya,” ucapnya.

Joohyun menundukkan wajahnya. Ia sangat malu dengan lelaki di hadapannya itu. Seolah-olah, Luhan datang dan memberikan banyak harapan untuknya. Dan Joohyun tak ingin hanya sekedar harapan.

>>>

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Joohyun dan Luhan semakin dekat saja. Meskipun Joohyun memang selalu gugup jika berada di dekat Luhan. Sedangkan Jessica dan Yoona tidak berhenti bertengkar dan mencoba berbagai cara untuk mendekati Luhan. Tetapi, Luhan selalu menanggapinya dengan bercanda.

“Argh! Susah sekali mendapatkan Luhan. Aku tak percaya Luhan tak luluh padaku,” gerutu Jessica kesal.

“Aku juga tidak percaya. Padahal aku selalu bersikap ramah padanya. Biasanya, kan, setiap lelaki menyukai tipe gadis yang ramah,” ucap Yoona.

“Tidak semua lelaki menyukai tipe gadis ramah. Buktinya, penggemarku lebih banyak darimu. Padahal kan aku selalu bersikap dingin pada mereka,” ucap Jessica.

“Iya, iya. Terserah apa katamu saja. Aku lelah bertengkar denganmu setiap hari,” ucap Yoona.

Jessica menghela napas berat, “Aku juga. Tapi, menurutmu, apakah ada yang aneh dengan Joohyun?,”

“Kau juga berpendapat seperti itu?,” tanya Yoona.

Jessica mengangguk, “Dia menjadi sering memisahkan diri dengan kita. Padahal, ia tak pernah seperti itu sebelum Luhan datang,”

“Dan anehnya, di saat yang sama, Luhan juga tidak ada,” ucap Yoona.

Jessica menggigit bibirnya, “Jangan bilang kalau mereka..,”

Yoona menggeleng cepat, “Tidak! Tidak mungkin Joohyun mengkhianati kita,” ucapnya.

Jessica mendesis, “Mungkin saja, kurus. Kau saja mau mengkhianatiku demi mendapatkan Luhan, apalagi Joohyun,” ucapnya.

“Tapi, Joohyun bukan tipe yang seperti itu. Lagi pula, Joohyun tidak pernah tertarik pada lelaki,” ucap Yoona.

“Tentu saja kita tidak tahu. Joohyun itu kan jarang sekali mau bercerita kepada kita. Apalagi tentang perasaannya,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk pelan, “Benar juga, ya,” ucapnya setuju, “Jadi, kita harus bagaimana?,” tanyanya.

“Ya, bagaimana lagi? Tentu saja kita harus memastikan kebenarannya besok,” jawab Jessica.

>>>

Joohyun sedang membaca buku di kantin. Tetapi, ia tak bisa senyaman biasanya karena kedua sahabat yang ada dihadapannya itu sedang menatapinya dengan tatapan tajam mereka. Joohyun bergedik ngeri, apalagi ia baru pertama kali melihat Yoona bersikap seperti itu kepadanya.

“T-Teman-teman, a-ada apa?,” tanya Joohyun takut.

“Tell the truth,” Jessica mendekatkan wajahnya sedikit ke wajah Joohyun, “Are you like Luhan?,” tanyanya.

Seketika Joohyun membeku saat itu juga. Ia tak dapat mengeluarkan satu kata pun.

“Hm. Right. Seo Joohyun likes Luhan. See, Im Yoona? Dugaanku selalu benar,” ucap Jessica.

“A-Aku—,”

“Joohyun-ah, aku tidak percaya. Ternyata kau lebih jahat dari Jessica. Kau mengkhianatiku secara diam-diam. Ku pikir sainganku hanya Jessica, ternyata kau juga turut serta. Bahkan selama ini, kau lah yang paling dekat dengan Luhan,” ucap Yoona kecewa.

“Yoona-ssi, a-aku tidak—,”

“Tidak perlu mengelak, Seo Joohyun! Kalau kau menyukai Luhan, mengapa kau tak pernah mengatakannya kepada kami? Kalau kami mengetahuinya, kami kan bisa membantumu untuk mendapatkannya,” ucap Jessica.

“Eh?,” Joohyun mengerjap bingung.

Yoona dan Jessica saling memandang, dan seketika tertawa lepas.

“Astaga! Aktingmu benar-benar jelek, kurus,” ucap Jessica di sela tawanya.

“Kau pikir aktingmu bagus, pendek?,” balas Yoona di sela tawanya.

“K-Kalian—,”

“Jangan mengira kalau kami marah padamu, Joohyun-ah. Kami tahu kalau kau tak pernah merasakan cinta. Jadi, kami merasa senang sekali saat mengetahui Joohyun kami sudah jatuh cinta pada lelaki di sekolah ini,” ucap Yoona.

“Kalian tidak marah?,” tanya Joohyun takut.

“Sebenarnya kami marah karena kau tidak terang-terangan mengatakan hal ini kepada kami. Tapi, kami tahu kau sangat tertutup bahkan kepada sahabat-sahabatmu. Jadi, kami memakluminya,” jawab Jessica.

“Lagi pula, kami tidak mempermasalahkan siapa yang akan mendapatkan Luhan. Yang terpenting, kita tetap bersahabat. Lelaki di dunia ini kan banyak. Aku dan Jessica memiliki banyak penggemar. Jadi, tidak ada yang perlu di khawatirkan,” ucap Yoona.

Joohyun menunduk, “Tidak. Kalian salah,” ucapnya.

Jessica dan Yoona menatap Joohyun bingung, “Apa maksudmu?,” tanya mereka serempak.

“Sebenarnya..,”

“Joohyun-ah,” panggil Luhan.

Joohyun menoleh dengan malu-malu, “A-Ada apa, Luhan-ssi?,” tanyanya.

Luhan terlihat gelisah sendiri, “Aish. Aku harus jujur atau tidak, ya?,” gumamnya.

Joohyun mendengar jelas gumaman lelaki yang ia kagumi itu. Jantung Joohyun semakin berdebar kencang. ‘Jangan katakan kalau Luhan-ssi ingin menyatakan cinta kepadaku?’, batinnya.

“Joohyun-ah, kita sudah cukup akrab, kan?,” tanya Luhan.

“I-Iya,” jawab Joohyun gugup.

“Boleh aku jujur padamu?,” tanya Luhan.

‘Bagaimana ini? Aku belum siap menjadi kekasih Luhan-ssi. Aku juga belum siap menjadi love rival Jessica-ssi dan Yoona-ssi’, batin Joohyun bingung.

Luhan menghela napas berat, “Sebenarnya, sejak aku masuk sekolah ini, aku sudah jatuh cinta pada—,”

Joohyun menggigit bibirnya sambil memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas-remas rok yang ia kenakan.

“—Jessica,”

Joohyun tersentak kaget. Ia menatap Luhan tak percaya, “A-Apa?,”

“Dia memiliki kecantikan yang luar biasa. Aku sampai tidak tahan untuk menatapnya. Padahal, aku ingin sekali duduk disampingnya. Tapi, ia duduk bersama orang lain dan hanya tempatmu yang tersisa. Tapi, di saat itu juga, aku merasa nyaman denganmu meskipun kau terlalu kaku. Ku pikir kita sangat cocok menjadi teman. Terlebih lagi, kau adalah sahabat Jessica. Jadi, menurutku, aku bisa mencari tahu banyak hal tentang Jessica darimu,” ucap Luhan panjang lebar.

Joohyun masih syok. Ternyata dugaannya selama ini salah. Luhan menyukai Jessica, bukan dirinya maupun Yoona.

Luhan menggenggam kedua tangan Joohyun, “Kau mau membantuku agar aku bisa berpacaran dengan Jessica, kan?,” tanyanya penuh harap.

Joohyun mengangguk cepat dengan perasaan tak rela. Tapi, apa boleh buat? Cintanya bertepuk sebelah tangan. Mau tidak mau, cepat atau lambat, Joohyun harus merelakan Luhan.

“Tidak bisa dipercaya,” ucap Jessica kaget.

“Kau tidak mengarang cerita, kan?,” tanya Yoona tak percaya.

“Aku berkata jujur,” jawab Joohyun sambil menunduk sedih.

Yoona menatap Jessica, “Jadi, apa kau akan menerima Luhan?,” tanyanya.

Jessica terdiam sejenak. Namun, beberapa detik kemudian, ia merangkul Yoona dengan erat. Hal itu membuat Yoona maupun Joohyun bingung.

“Dan membiarkan kedua sahabatku sedih? Never!,” jawab Jessica.

“A-Aku tidak sama sekali keberatan,” ucap Yoona.

“Well, menurutku, lebih baik kita bertiga melupakan lelaki itu. Perasaan merelakan itu sangatlah menyakitkan. Meskipun kita bisa tersenyum di depan, tetapi kita akan menangis di belakang. Dan itu bukanlah hal yang baik. Sungguh tega aku sebagai sahabat membiarkan sahabatnya menangis,” ucap Jessica.

“Sica-ah,” gumam Yoona terharu.

“Yang terpenting adalah kita tetap bersahabat dan selalu bersama. Meskipun awalnya kita adalah love rival, tetapi pada akhirnya tidak ada yang memenangkan pertarungan ini. Kita tetap bersahabat karena persahabatan itu susah dicari sedangkan cinta mudah untuk dicari,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk, “Apalagi kita adalah gadis-gadis cantik dan berkualitas. Pasti kita akan mendapatkan cinta dengan mudah. Benar, kan, Joohyun-ah?,”

Joohyun tersenyum dan mengangguk.

Mereka bertiga pun berpelukan. Murid-murid di kantin yang memperhatikan mereka turut senang. Apalagi lelaki berwajah oriental—Xiao Luhan. ‘Syukurlah jika persahabatan kalian tetap terjalin erat. Meskipun aku harus berbohong dengan mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Jessica. Padahal sebenarnya, aku menyukaimu, Seo Joohyun. Tapi, aku lebih menginginkan kalian tetap bersama karena tidak ada yang bisa menggantikan persahabatan’, batinnya sambil tersenyum.

    END

Review, please~!

(Request FF) – We Aren’t Childish Couple


Title : We Aren’t Childish Couple

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica (Jung) Wu
  • EXO-M’s Kris as Kris Wu

Support Cast :

  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • Sistar’s Bora as Yoon Bora
  • SNSD’s Tiffany as Stephanie Young
  • EXO-M’s Tao as Edison Huang
  • etc

Genre : Romance, Married-life, Friendship, Comedy

Length : Oneshot

Note : Ini adalah ‘Request FF’ dari hepidiana. Hopeful you love this story. Dan semoga tidak mengecewakan, ya? ^^

***

 

Jessica keluar dari sebuah kamar di rumahnya dengan mengendap-endap. Ia berjalan berjingkat menuju ruang tengah yang terdapat sofa dan televisi disana. Pelan-pelan, ia duduk dan meraih sebuah benda bernama remote. Setelah menekan tombol on, Jessica mengurangi volume agar suara dari televisi itu tidak terdengar keras. Jessica tersenyum lega. Ia bersandar dikepala sofa dan memeluk bantal sofa sambil menonton film yang sedang diputar di salah satu chanel televisi.

“Whoo! Nicki dan teman-temannya sangat keren!,” kagum Jessica.

Di dalam kamar, Kris terlihat sedang tertidur. Namun, sebuah getaran yang berasal dari ponsel miliknya yang berada di bawah bantal berhasil membangunkannya. Kris dengan nyawa yang masih belum terkumpul meraih ponselnya dan membaca pesan masuk di ponsel miliknya.

Mata Kris membulat sempurna, “Barcelona melawan Real Madrid baru saja dimulai?!,” pekiknya.

Kris segera bangkit dari tidurnya. Ia melompat dari ranjang ke lantai, lalu berlari keluar dari kamar. Kris berlari menuju ruang tengah yang disana sudah ada isterinya yang sedang menonton film.

“K-Kau bangun?,” pekik Jessica tak percaya.

Kris tak menjawab melainkan mengambil remote televisi yang terletak di atas meja. Kris segera memindah chanel olahraga dan segera duduk disamping Jessica dengan jarak yang terhalang sekitar tiga puluh sentimeter.

“Ah, syukurlah baru dimulai,” ucap Kris seraya menghela napas lega.

Jessica mendengus, “Apa-apaan ini?,” tanyanya kesal.

“Apa sih?,” tanya Kris tanpa mengalihkan tatapannya dari televisi.

“Aku rela bangun di dini hari demi menonton film yang belum ku tonton di bioskop. Tapi, kau malah mengganti chanelnya,” ucap Jessica kesal.

“Film bisa ditonton di bioskop. Tapi, pertandingan liga Spanyol tidak bisa ditonton di bioskop,” ucap Kris.

“Kembalikan remote-nya!,” seru Jessica seraya mengambil remote televisi dari tangan Kris. Namun, Kris bisa menahannya. Jadi, mereka sedang saling menarik remote tersebut.

“Hentikan. Nanti bisa rusak!,” seru Kris.

“Tidak mau! Aku ingin menonton film The Bling Ring!,” jawab Jessica.

Kris berhenti menarik remote tersebut. Jessica juga ikut berhenti.

“The Bling Ring? Film tentang perampokan selebriti di United States itu?,” tanya Kris.

Jessica mengutuki dirinya sendiri di dalam hati. Jessica tahu, Kris tak mengijinkannya menonton film itu karena Jessica sedang mengandung. Takutnya, bayi mereka akan memiliki sifat yang sama dengan para perampok di film itu.

“Aku menyukai film itu, Kris. Film itu adalah film terkeren di musim panas ini!,” ucap Jessica.

Kris menggeleng, “Tidak, selama kau hamil. Aku tak ingin anak kita mengalami dampak buruk dari film itu!,”

“Tapi—Kris,”

“Tidak ada tapi-tapian. Lagipula, kau harus beristirahat. Tidak baik ibu hamil begadang,” ucap Kris.

“Tapi—,”

“Masuk kamar, Jess. Dan tidur nyenyak. Tidak baik begadang untukmu,” ucap Kris.

Jessica menghela napas kasar, “Okay. Okay. I will!,” jawabnya akhirnya, lalu berjalan menuju kamarnya dan Kris. Sepanjang jalan, Jessica terus menggerutu bahkan mengutuki Kris di sela gerutuannya.

Kris tak mempedulikan isterinya itu. Ia kembali fokus ke televisi. Dan…

“GOAL!!!!!!!!!,” teriak Kris sambil melompat-lompat di atas sofa.

***

 

“Stephanie! Aku bisa gila!,” seru Jessica prustasi.

Stephanie terlihat sedang mengaduk-aduk pasta pesanannya, “Tidak perlu seprustasi itu, Jess. Film itu takkan menghilang setelah kau melahirkan,” ucapnya.

“Tapi, itu masih lama, Steph. Tujuh bulan lagi. Kau bisa membayangkannya?,”

“Waktu itu terus berjalan, Jess. Kau pasti akan kaget jika waktu itu datang dengan cepat. Tenang saja. Kau hanya butuh bersabar,” jawab Stephanie.

Jessica mengusap wajahnya kasar, “Sekarang aku benar-benar stres,” ucapnya.

“Kau ini seperti anak-anak saja. Kris juga. Tidak ada yang bisa bersifat dewasa diantara kalian. Terkadang diantara kalian ada yang bersifat dewasa. Tapi, selanjutnya, kembali bersifat kekanak-kanakan,”

“Dan kau ingin menyebut kami ‘The Childish Couple’, begitu?,” tebak Jessica kesal.

“Memang begitu kenyataannya. Setiap hari kalian tidak pernah akur. Kalian selalu terlibat pertengkaran. Untungnya hanya pertengkaran kecil,”

“Ah, sudahlah. Berbicara denganmu membuatku semakin stres,” ucap Jessica.

Stephanie mendengus kesal, “Aku kan hanya ingin memberikan pendapatku,”

Jessica segera menyuap pasta ke mulutnya dan tak mendengarkan Stephanie yang terus mengomel seperti nenek tua.

***

 

“Aku pulang!,” seru Kris.

Kris menoleh ke seluruh ruangan dari ruang depan, “Dimana Jessica?,” gumamnya.

Kris berjalan masuk melewati ruang tengah. Masih tidak ada Jessica. Di ruang makan, juga tidak ada. Dan dikamar, akhirnya Kris temukan. Jessica sedang tertidur pulas di atas ranjang.

“Enak sekali dia tidur. Bagaimana dengan makan malam?,” gerutu Kris kesal.

Setelah mandi dan berpakaian, Kris berjalan menuju ruang makan. Awalnya, ia ingin memasak sendiri. Tapi, Kris merasa ingin membuka tutup saji di atas meja makan.

Kris pun membuka tutup saji tersebut. Mata Kris membulat sempurna saat melihat makan malam sudah siap dan ada selembar kertas di atas meja. Kris meraihnya dan membacanya.

Makan malam untukmu. Maaf, ya, aku makan duluan. Soalnya aku kelelahan sih!

Semoga masakanku kali ini lebih enak dari masakan kemarin.

Selamat makan!

 

–          Jessica

Kris tersenyum. Ternyata Jessica masih mengingat dirinya meskipun Jessica sedang kelelahan.

Akhirnya, Kris pun menikmati makan malam sendirian dengan penuh senyuman.

***

 

TING! TONG!

Kris membuka pintu utama rumahnya. Terdapat seorang lelaki dengan wajah asia namun memiliki kulit cokelat seperti western. Senyumannya lebar sekali saat melihat Kris yang membuka pintu.

Mereka pun berpelukan.

“Apa kabar, hyung?,”

“Baik. Sangat baik, Jongin-ah!,” jawab Kris, “Bagaimana dengan kabarmu? Keluarga Jung dan Kim?,” tanyanya.

“Kami semua baik-baik saja, hyung,” jawab Jongin.

“Ayo masuk! Jessica pasti senang jika tahu kau datang,” ajak Kris.

Jongin mengangguk setuju. Mereka pun masuk ke dalam rumah besar milik Kris dan Jessica.

***

 

“Noona, kau jahat sekali tidak menyambut kedatanganku!,” gerutu Jongin kesal.

“Kehadiranmu di rumah ini membawa masalah, Jongjin!,” ucap Jessica tak kalah kesal.

“Namaku Jongin!,” protes Jongin, “Lagipula, masalah bagaimana?,”

“Kau selalu berbohong kepadaku ataupun Kris hingga kami bertengkar,” jawab Jessica.

Jongin menyengir pelan, “Kalau itu, aku kan hanya bercanda,” ucapnya.

“Dan candaanmu sangat tidak lucu, Jongjin!,”

“JONGIN!!,” teriak Jongin kesal, karena namanya terus disebut salah oleh sepupunya itu.

“Yeah. Whatever,” ucap Jessica sambil memutar bola matanya.

“Ayolah, Jess. Jangan kau perlakukan Jongin seperti ini. Dia adalah sepupu—,”

“Kau ini bagaimana sih? Kenapa lebih membela dia daripada aku? Atau kau menjalin hubungan dibelakangku dengan Jongjin?,” semprot Jessica berapi-api.

Jongin sweatdrop dibuatnya.

“Jangan berbicara yang tidak-tidak. Kau pikir aku ini gay?,” protes Kris tak terima.

“Ya. Kau itu gay. Bahkan kau selalu makan siang bersama Edison setelah bekerja!,” ucap Jessica.

“Edison adalah sahabat sekaligus rekan kerjaku. Kau ini kekanak-kanakan sekali!,”\

“Kau yang kekanak-kanakan!,”

“KAU!,”

“KAU!,”

“KAU!,”

“KAU!,”

“SHUT UP!!!!!!!!!!,” teriak Jongin yang sukses membuat sepasang suami isteri itu terdiam.

“Kalian sama saja. Kalian adalah pasangan yang paling kekanak-kanakan yang pernah aku lihat!,” omel Jongin.

“WE ARE NOT CHILDISH COUPLE!!!!!!!!,” teriak Jessica dan Kris serempak hingga Jongin terjatuh ke lantai.

***

 

Jongin sedang memakan roti buatan Jessica di ruang makan bersama Jessica. Kris sudah berangkat kerja karena ia sedang ada rapat pagi hari ini. Jadi, Kris akan sarapan di tempat kerja saja.

“Pekerjaan Kris hyung masih sebagai pengusaha?,” tanya Jongin.

Jessica mengangguk sambil memberi selai pada rotinya.

“Tidak takut resiko pekerjaan itu?,”

Jessica menatap Jongin tajam, “Pekerjaan itu tidak memakan nyawa, Jongjin,”

Jongin menghela napas berat, “Bukan begitu maksudku. Perusahaan identik dengan karyawan. Dan biasanya banyak karyawan wanita. Apalagi status Kris hyung adalah direktur utama. Kris hyung juga memiliki wajah yang tampan. Apa noona tidak takut jika para karyawan wanita itu mendekati bahkan menggoda Kris hyung?,”

Jessica memutar bola matanya, “Kali ini kau takkan bisa menipuku lagi, Jongjin. Aku sudah kebal dengan tipuan busukmu itu,” ucapnya, sambil kembali memberi selai pada rotinya.

“Aku kan hanya berandai-andai saja, noona. Bukankah hal itu tidak mustahil terjadi?,”

Tenangkan dirimu, Jessica. Jangan tertangkap tipuan busuknya. Jangan sampai kau mempercayai kata-katanya. Dia selalu membohongimu, Jessica. So, please calm down!, batin Jessica.

Jongin tertawa melihat sepupunya yang sedang menahan amarahnya. Ia memang senang sekali menggoda Jessica. Jessica noona memang mudah tertipu sih, batinnya.

***

 

“Terima kasih atas rapat kali ini,” ucap Kris pada seluruh karyawan di perusahaannya.

Para karyawan itu satu persatu mulai keluar. Edison berjalan menghampiri Kris, “Mau sarapan bersama?,” tawarnya.

“Oke,” jawab Kris.

“Sajangnim,” panggil seorang karyawati cantik dan cukup seksi.

“Oh, ada apa, Bora-ssi?,” tanya Kris.

“Anda sangat dermawan dan bijaksana. Saya semakin—mengagumi anda,”

Edison menyenggol lengan Kris sambil menahan tawa. Sedangkan Kris tersenyum tipis kepada Bora, “Terima kasih karena sudah mengagumi saya,” ucapnya.

“Anda adalah panutan saya, sajangnim. Mohon terus memberikan yang terbaik untuk perusahaan ini. Permisi,”

Bora pun keluar dari ruangan tersebut menyisakan Kris dan Edison berdua.

“Bora selalu mengatakan secara langsung, ya? Apa dia tak tahu direktur kita ini memiliki seorang isteri?,”

Kris mendesis, “Tutup mulutmu dan ayo kita ke restauran,” ucapnya.

“Oke. Kali ini, aku yang traktir, ya?,” usul Edison.

“Terserah apa maumu saja,” jawab Kris.

***

 

“Bora?,”

“Ya. Dia adalah karyawati tercantik di perusahaanku. Memangnya untuk apa kau menanyakan hal itu?,”

Jongin tersenyum sambil menggeleng, “Tidak ada. Hanya iseng saja,” jawabnya.

Kris memicingkan matanya kepada Jongin, “Aku jadi curiga,” ucapnya.

“Oh, yang benar saja. Aku tidak akan berbuat apa-apa lagi kok. Janji deh!,”

“Apa yang kalian bicarakan?,” tanya Jessica yang berada di anak tangga, melihat Kris dan Jongin berada di ruang tengah.

“Tidak ada,” jawab Jongin.

“Jess, bagaimana besok kita pergi makan malam berdua?,” tawar Kris.

Jessica menuruni anak tangga dan berjalan menghampiri Kris, “Tidak biasanya kau mengajakku makan malam diluar. Ada apa kau tiba-tiba mengajakku?,”

“Temanku sewaktu di sekolah menengah atas mengundangku untuk makan malam di restauran miliknya. Kebetulan restauran itu akan dibuka untuk pertama kalinya besok malam. Jadi, dia akan memberikan diskon besar-besaran. Restauran itu memasak masakan Perancis. Kau suka, kan?,”

Jessica mengangguk bersemangat, “Ya. Aku suka!,” jawabnya.

“Bagaimana denganku?,” tanya Jongin.

“Kau jaga rumah saja. Nanti, akan ku bawakan untukmu,” jawab Kris.

“Aku juga ingin pergi kesana,” ucap Jongin.

“Tidak usah membantah. Tinggal saja di rumah. Kau ini seperti anak-anak saja yang merengek ingin ikut orangtuanya pergi,” ucap Jessica.

Jongin mendengus kesal. Tiba-tiba, ia mendapatkan ide yang sangat bagus. Kau akan ku hantui dengan tipuanku, noona!, batinnya.

***

 

From : Kris-ma husband

 

Sepulang kerja, kita akan langsung berangkat. Jadi, bersiap-siaplah dari sekarang.

 

Jessica tersenyum setelah membaca pesan dari Kris. Ia memasukkan ponselnya ke dalam tasnya. Jessica sangat senang kali ini. Bukan hanya karena diskon besar-besaran di restauran milik teman Kris, tetapi Jessica juga senang karena mereka akan makan malam berdua. Akhir-akhir ini, Jessica dan Kris memang jarang makan bersama. Kris terlalu banyak pekerjaan sehingga Kris selalu berangkat di pagi hari dan pulang di malam hari.

“Bora,”

Jessica menoleh ke sumber suara. Ia melihat Jongin masuk ke kamarnya.

“Untuk apa kau kemari?,” tanya Jessica.

“Hanya menyampaikan berita,” jawab Jongin.

Jessica menaikkan sebelah alisnya, “Aku tidak mengerti apa maksudmu,” ucapnya.

Jongin duduk di tepi ranjang milik Jessica dan Kris, “Bora adalah seorang karyawati cantik yang memiliki hubungan dekat dengan Kris hyung,”

Jessica mendesis, “Aku tak percaya,”

“Kris hyung sendiri yang memberitahuku,” ucap Jongin.

“Aku tak ingin mempercayai kata-katamu lagi, Kim Jongjin! Jadi, tutup mulutmu atau ku masukkan semua peralatan make-up ku ke dalam mulutmu!,”

Jongin bergedik ngeri, “Noona menyeramkan sekali. Aku kan hanya bercanda,” ucapnya.

Jessica tak mempedulikan perkataan Jongin melainkan sibuk mempercantik diri.

***

 

Jessica telah sampai di kantor perusahaan milik Kris. Ia sudah menghubungi Kris namun nomornya tidak aktif. Kris sudah terlambat menjemputnya setengah jam. Akhirnya, Jessica pergi ke kantor menaiki taksi.

“Selamat malam, Mrs. Wu,” sapa para karyawan kepada Jessica. Jessica tak membalas melainkan terus berjalan menuju ruangan Kris. Jessica sangat panik. Ia takut terjadi sesuatu yang buruk kepada suaminya itu.

KREKKK!!!

“KRIS, KAU—,”

Perkataan Jessica berhenti saat melihat Kris sedang berpegangan tangan dengan seorang karyawati. Jessica kembali teringat dengan perkataan Jongin. Jangan-jangan.., batinnya.

“Jess, perkenalkan, dia ini—,”

Belum selesai Kris berbicara, Jessica sudah pergi dari tempat itu.

***

 

“Jess, kau marah?,” tanya Kris yang sedang berada di depan pintu kamar mereka.

“Kau salah paham, Jess. Dia bukan siapa-siapa selain seorang karyawati di perusahaanku. Dia memegang tanganku karena dia berterima kasih karena aku sudah membebaskan dirinya dari hutang-hutangnya,”

Masih tidak ada jawaban.

“Jess, kau ini kekanakkan sekali sih,”

Pintu terbuka. Kris kaget saat melihat Jessica keluar membawa ember. Dan lebih kagetnya, Jessica menumpahkan isi ember tersebut kepada Kris hingga Kris basah kuyup.

“Apa maksudnya ini?,” tanya Kris kesal.

“Kau berselingkuh!,” jawab Jessica.

“Tidak. Bukankah aku sudah menjelaskan semuanya? Lagipula, Bora itu—,”

“Oh, jadi dia yang bernama Bora?,” tanya Jessica sambil melipat kedua tangannya di depan dadanya.

“Kau tahu dia?,” tanya Kris.

“Selingkuhan gay-mu yang memberitahuku,” jawab Jessica sambil menunjuk Jongin dengan dagunya.

Kris menoleh. Jongin mengeluarkan senyuman tiga jarinya. Tanpa basa-basi, Kris langsung menyeretnya dan membawanya ke hadapan Jessica.

“Ampun, hyung!,”

“Jelaskan yang sebenarnya terjadi kepada Jessica!,” perintah Kris kesal.

Jongin menyengir pelan, “Sebenarnya, Bora itu tidak pernah memiliki hubungan dekat dengan Kris hyung, noona. Aku hanya menggodamu saja,” ucapnya.

“Jadi, kau—,”

Jongin tertawa, “Noona tertangkap di dalam tipuanku lagi, ya? Noona ternyata masih mempercayai tipuanku,”

“TUTUP MULUTMU!!!!,” teriak Jessica seraya menendang Jongin hingga tersungkur ke lantai.

“Noona jahat sekali,” gumam Jongin sambil mengusap pantatnya.

Kris tersenyum, “Sekarang kau mempercayaiku, kan?,” tanyanya.

“Tidak semudah itu,” jawab Jessica.

“Jessica..,”

“Aku tidak bisa percaya begitu saj—,” kalimat Jessica terhenti saat Kris mencium bibirnya.

Jongin yang melihat hal itu hanya menggelengkan kepalanya, “Dasar pasangan suami isteri yang kekanak-kanakan,”

END

Yey! Selesai lagi satu FF! Semoga FF ini bisa memuaskan kalian semua terutama hepidiana. Jangan lupa reviewnya, yaks? ^^

Next, masih ada ‘Request FF’ yang lain. Yuk dibaca dan dikomentari!

(Request FF) – In The Fact


Title : In The Fact

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-M’s Kris as Kris Wu
  • EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :

  • f(x)’s Krystal as Jung Soojung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • f(x)’s Sulli as Choi Jinri
  • SHINee’s Minho as Choi Minho
  • TVXQ’s Yunho as Jung Yunho
  • etc

Genre : Angst, Romance, Married-life, Friendship

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari dua readerku (erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet). Sorry cuma summary kalian yang aku gabung dan ku jadikan satu FF. Soalnya summary kalian hampir mirip. Tokohnya juga sama. Jadi, aku jadiin satu deh. Gak papa, ya? Keke~!

***

 

Sooyeon terlihat gusar di kursi belajarnya. Wajahnya ia telungkupkan di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja belajarnya. Rambutnya yang rapi dan lurus pun menjadi berantakan. Tubuhnya bergetar pelan seiring dengan suara isak tangis yang keluar dari mulutnya.

KREKKK!!

Pintu kamar Sooyeon terbuka tidak lebar. Masuklah seorang perempuan berparas cantik ke dalam kamar tersebut. Ia berjalan menghampiri Sooyeon, namun memutuskan untuk duduk di tepi ranjang milik Sooyeon. Ia menatap Sooyeon dengan raut wajah yang sedih.

“Aku ingin sekali membantumu, eonni,”

“Aku tidak mengharapkan bantuanmu, Soojung-ah,”

Perempuan bernama Soojung itu menundukkan kepalanya. Di dalam hati, ia sibuk memaki dirinya sendiri yang tidak bisa membantu kakaknya.

“Aku memang adik yang tidak berguna, eonni,”

Sooyeon mengangkat kepalanya. Ia memutar kursinya hingga berhadapan dengan adiknya meskipun dihalangi oleh jarak setengah meter. Sooyeon berjalan menghampiri Soojung lalu memegang puncak kepala Soojung hingga Soojung mendongak.

“Kau selalu berguna untukku, Soojung-ah. Selalu dan selamanya. Kau selalu membantuku. Karena itu, aku sangat berterimakasih kepadamu,”

Soojung mengeluarkan air matanya, “Tapi, kali ini aku gagal, eonni. Aku gagal membantumu. Aku gagal mempertahankan kebahagiaanmu. Maafkan aku, eonni. Andai saja perjodohan ini bisa ku ambil alih, aku akan dengan senang hati mengambilnya demimu, eonni,”

“Sshhh!,” Sooyeon memeluk Soojung dengan erat, “Aku tak mungkin membiarkan adikku menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai,” ucapnya.

“Dan aku tak mungkin membiarkanmu menikah dengan lelaki yang tidak kau cintai, eonni,” ucap Soojung diikuti isak tangisnya.

Lagi, Sooyeon mengeluarkan air matanya. Namun, ia berusaha untuk berhenti menangis.

“Eonni, maafkan aku karena telah gagal,”

“Ini bukan salahmu, Soojung-ah. Tenang saja. Aku akan menerima keputusan apapun itu. Ini demi menjaga nama baik keluarga kita,”

Sooyeon melepaskan pelukannya kepada Soojung. Ia meraih ponsel miliknya dan mulai mengetik pesan kepada seseorang.

“Eonni, bagaimana kau menjelaskannya kepada Joonmyun oppa?,” tanya Soojung.

“Besok aku akan menjelaskan semuanya,” jawab Sooyeon.

Soojung tersentak, “Tapi, eonni, besok kan—,”

Sooyeon tersenyum pahit, “Tidak apa-apa, Soojung-ah. Aku sudah siap menjadi perempuan yang paling dibenci Joonmyun di dunia ini,” potongnya.

Soojung menatap kakaknya sedih, “Eonni..,”

***

 

Joonmyun telah tiba di puncak menara Namsan. Ia mencari seorang perempuan yang berjanji untuk menemuinya di tempat ini.

“Dimana Sooyeon, ya?,”

“Mencariku, Kim Joonmyun?,”

Joonmyun tersentak. Perlahan tapi pasti, ia menoleh ke belakang. Di belakangnya sudah ada perempuan berparas cantik yang sedang membawa kue yang dihiasi lilin-lilin kecil.

“Happy third anniversary!,”

Joonmyun memasang senyuman terbaiknya. Ia berjalan menghampiri perempuan itu dan mengusap kepala perempuan itu dengan lembut.

“Ternyata kau mengingatnya juga, Sooyeon-ah,” ucap Joonmyun.

“Jangan samakan aku dengan nenek tua yang pikun, Kim Joonmyun!,” seru Sooyeon dengan mimik wajah yang kesal.

“Aigoo! Maafkan aku, ya? Aku hanya bercanda,”

Sooyeon tersenyum lebar, “Ayo tiup lilin bersama!,” ajaknya.

Joonmyun mengangguk setuju. Mereka berdua pun memejamkan mata dan berdoa di dalam hati. Setelah itu, mereka meniup lilin bersama dan berakhir dengan kembang api yang menyala di langit malam.

“Kembang api?,” pekik Sooyeon.

“Untukmu,” ucap Joonmyun.

Sooyeon tersenyum senang. Ia terus memandangi kembang api dengan kagum. Sedangkan Joonmyun merogoh sebuah kotak cincin dari sakunya.

“Dan aku punya satu lagi hadiah,” ucap Joonmyun.

Sooyeon menoleh, “Apa itu?,” tanyanya.

Joonmyun membuka kotak cincin itu dan memperlihatkannya kepada Sooyeon, “Maukah kau menikah denganku?,”

Sooyeon tersentak. Tubuhnya pun menegang. Sooyeon menggigit bibirnya sambil memikirkan sesuatu hal.

“Soal cincin ini, ini bukan cincin berlian. Hanya sebuah cincin emas yang tidak mahal. Maafkan aku. Aku tidak punya banyak uang untuk membeli cincin berlian,” tambah Joonmyun.

Sooyeon menelan salivanya kasar, “A-Aku tidak bisa menerimanya!,” jawabnya.

Joonmyun kaget mendengarnya. Ia mengusap tengkuknya pelan, “A-Aku akan menabung untuk membeli cincin berlian,”

“Bukan begitu!,”

Joonmyun mengernyit bingung, “Jadi, maksudmu apa?,” tanyanya.

Sooyeon menarik napas dalam, “Aku tidak bisa menikah denganmu, Joonmyun-ah!,” jawabnya.

Joonmyun bagaikan sedang disambar petir yang dahsyat sekarang. Ia sangat syok mendengar jawaban dari kekasihnya selama tiga tahun itu. Selama menjalin hubungan, mereka tidak pernah bertengkar, tidak pernah memiliki masalah kecuali karena orangtua Sooyeon yang tidak menyetujui hubungan mereka.

“Apakah orangtuamu—,”

“Mereka menjodohkanku dengan lelaki lain,” jawab Sooyeon.

“Dan kau menyetujuinya?,” tanya Joonmyun tak percaya.

“Aku tak bisa berbuat apa-apa, Joonmyun-ah!,”

Joonmyun menjadi marah besar. Biasanya, Sooyeon tak mempedulikan apa yang dikatakan orangtuanya. Bahkan Joonmyun dan Sooyeon sudah berencana untuk menikah lari setahun yang lalu.

“Kau seperti bukan Sooyeon yang ku kenal. Dimana kau menyimpan janji-janji kita? Apa kau telah membuangnya jauh-jauh?,” tanya Joonmyun berapi-api.

“Kau tidak mengerti, Joonmyun-ah. Jika aku menolak, hubungan Soojung dan Minho akan berakhir!,”

“Kau menyetujuinya bahkan demi hubungan orang lain!,”

“Mereka bukan orang lain. Mereka adalah adik dan calon adik iparku. Soojung telah berbuat banyak untukku. Aku tidak ingin mengecewakannya,” ucap Sooyeon.

Joonmyun menendang kaleng yang berada di lantai hingga terlempar jatuh ke tanah di kaki menara Namsan. Wajahnya memerah seperti saus tomat. Sooyeon sebenarnya ketakutan namun ia berusaha menyembunyikan ketakutan tersebut. Bahkan Sooyeon tengah membendung air matanya.

“Aku kecewa kepadamu, Sooyeon-ah. Aku harap kau menyesal telah melakukan ini!,” ucap Joonmyun lalu pergi meninggalkan Sooyeon seorang diri di puncak menara Namsan.

Sooyeon hanya mematung ditempat. Air matanya mulai berjatuhan. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Tapi, Sooyeon tetap tidak beranjak dari sana.

“KAU BENAR, KIM JOONMYUN! AKU MENYESAL! AKU SANGAT MENYESAL! TAPI, APA YANG BISA KU LAKUKAN? AKU TIDAK BISA BERBUAT APA-APA SELAIN MENYETUJUINYA!,” teriak Sooyeon ditengah hujan.

Sooyeon terjatuh ke lantai sambil terus menangis. Namun, sekuat apapun ia menangis, tetap saja keadaan tidak akan berubah.

***

 

Hari pernikahan telah tiba. Jung Sooyeon, puteri sulung dari keluarga Jung—salah satu konglomerat di Korea Selatan—sedang mengucapkan janji-janji pernikahan dengan lelaki berdarah China-Kanada. Mereka berada di sebuah gereja terbesar di Seoul bersama para keluarga dan tamu undangan.

“Pernikahan kalian telah sah. Tuan Kris Wu, silakan mencium pengantin wanita anda!,” ucap seorang pendeta.

Kris berhadapan dengan Sooyeon yang berbalut gaun pengantin yang sangat indah. Wajah Sooyeon terlihat bak dewi kayangan. Kris memegang bahu Sooyeon dan mendekatkan wajahnya. Para keluarga dan tamu undangan pun bertepuk tangan.

“Tak ku sangka, Sooyeon noona menikah dengan lelaki lain. Ku pikir, Sooyeon noona akan menikahi pedagang roti itu,” ucap Jongin.

“Meskipun begitu, Sooyeon eonni tetap mencintai Joonmyun oppa,” ucap Soojung.

Jongin menghela napas kasar, “Kisah cinta yang menyedihkan. Aku turut berduka cita saja deh,”

Soojung menjitak kepala Jongin, “Bisakah kau tutup mulutmu yang sembarangan itu? Kau memperburuk keadaan saja,” omelnya.

“Apa sih? Aku kan hanya mengatakan apa yang ingin ku katakan,”

“Soojung, Jongin, tutup mulut kalian!,” perintah Jung Yunho—ayah dari Sooyeon dan Soojung.

“Baik, appa,”

“Baik, samchon,”

***

 

Sooyeon dan Kris telah tiba di rumah yang diberikan orangtua Kris kepada mereka. Sooyeon berdecak kagum melihat rumah barunya. Benar-benar mewah dan dekorasinya sangat western, batinnya.

“Hei,” panggil Kris.

Sooyeon menoleh, “Ya?,”

“Kamarmu disana dan kamarku disitu. Mengerti?,”

Sooyeon menelan salivanya kasar, “Aku mengerti,” jawabnya.

Kris membawa koper-kopernya ke dalam kamarnya. Sooyeon menghela napas berat. Ternyata bukan hanya Sooyeon saja yang tidak menyetujui pernikahan ini. Kris juga merasakan hal yang sama. Tapi, bedanya, Kris mengaku masih menjalin hubungan dengan kekasihnya dan mengancam Sooyeon untuk tidak mengadukannya. Dan saat di altar, Sooyeon dan Kris hanya berpura-pura ciuman.

Sooyeon membawa koper-kopernya masuk ke dalam kamarnya. Setelah Sooyeon masuk ke kamarnya, ia melongo. Desain kamarnya sangatlah indah. Langit-langit kamarnya adalah langit malam bertaburan bintang-bintang.

“Tidak buruk,” komentar Sooyeon sambil tersenyum.

***

 

Kris keluar dengan pakaian seperti ingin pergi jalan-jalan. Ia memasuki ruang makan yang sudah dipenuhi makanan di atas meja makan. Kris melihat Sooyeon tengah mengaduk sup di dalam mangkuk.

“Selamat pagi, Kris!,” sapa Sooyeon ramah.

“Hm,” balas Kris lalu segera berbalik.

“Mau kemana? Tidak sarapan dulu?,” tanya Sooyeon.

“Aku tidak lapar. Dan mau kemana aku, itu bukan urusanmu,” jawab Kris dengan nada yang dingin lalu segera pergi.

Sooyeon menghela napas berat. Ia pun memutuskan untuk sarapan sendirian.

***

 

Satu bulan telah berlalu. Namun, perubahan positif tidak Sooyeon dapatkan. Kris selalu bersikap dingin terhadapnya. Kris selalu pergi di pagi hari, dan pulang di malam hari. Bahkan, Kris pernah membawa kekasihnya ke rumah mereka. Dan entah kenapa, Sooyeon merasa nyeri di dadanya saat melihat Kris dan kekasihnya berciuman di kamar Kris yang pintunya tengah terbuka lebar.

Sooyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku jatuh cinta kepada Kris. Aku hanya mencintai Joonmyun, batinnya. Namun, seperti kata pepatah, karma itu selalu berlaku dan akan datang cepat atau lambat. Akhirnya Sooyeon mengerti. Ia mendapatkan karma karena telah meninggalkan Joonmyun dan menikah dengan lelaki lain.

“Tapi, bagaimana bisa aku mencintai Kris? Bahkan Kris tidak pernah bersikap manis di depanku,” gumam Sooyeon.

Sooyeon akui, ia selalu terpesona dengan wajah tampan milik lelaki berdarah campuran itu. Setiap Kris pulang malam dan tertidur dengan posisi yang sembarangan, Sooyeon selalu merapikan sepatu, jaket, dan tas milik Kris. Sooyeon selalu menyelimuti Kris. Dan Sooyeon pun tak sadar bahwa ia telah masuk ke tempat yang seharusnya tidak ia masuki, yaitu kamar milik Kris sendiri.

Tinggal bersama lelaki yang statusnya adalah suaminya selama satu bulan tak menutup kemungkinan untuk Sooyeon yang akan merasakan jatuh cinta lagi. Apalagi faktor pendukungnya adalah wajah tampan yang diinginkan oleh sejuta perempuan yang dimiliki oleh Kris. Terkadang Sooyeon bersyukur, dan terkadang Sooyeon menyesal.

Entahlah. Rasanya, sia-sia saja berharap Kris akan membalas cinta Sooyeon. Kris tidak pernah memandang Sooyeon lebih dari dua detik. Kris tidak pernah mengeluarkan kata-kata lembut kepada Sooyeon. Kris tidak pernah memperlakukan Sooyeon dengan mesra seperti Kris memperlakukan kekasihnya. Bahkan, Sooyeon ingin sekali merebut posisi kekasih Kris itu.

“Ada apa, Jinri-ya?,”

Sooyeon menoleh ke belakang. Dilihatnya, Kris sedang menelpon seseorang.

“Jinri..,” gumam Sooyeon pelan. Sooyeon tahu nama itu. Nama kekasih Kris yang selalu Kris agung-agungkan. Nama yang dimiliki seorang perempuan yang selalu membuat Sooyeon iri. Nama yang Sooyeon benci.

“Ke rumahmu? Untuk apa?,”

Sial!, umpat Sooyeon dalam hati. Pasti setelah ini, Sooyeon akan ditinggal sendirian lagi.

Kris terkekeh, “Belum puas dengan yang kemarin, ya? Apa permainan kita yang kemarin belum cukup?,”

Mendengar itu, Sooyeon merinding dibuatnya. Sooyeon pun segera beranjak menuju kamarnya. Kris yang melihatnya, hanya diam tak mempedulikan hal tersebut. Ia meneruskan pembicaraannya dengan kekasihnya.

“Okay, sweetheart! Aku akan ke rumahmu sekarang. Siapkan caturnya dan aku akan membawakan pizza. Sampai jumpa di rumahmu, ya? Bye,”

***

 

Sooyeon tak menyangka ia akan mengeluarkan air mata untuk seorang lelaki yang tidak mencintainya sama sekali. Ternyata selama ini Kris sudah melakukan hal yang seharusnya Kris lakukan dengannya dengan Jinri. Sooyeon tahu, pernikahan yang ia jalani dengan Kris hanya pernikahan yang tidak disetujui oleh kedua pengantin itu. Tetapi, Kris dan Jinri tidak terikat hubungan pernikahan. Bagaimana bisa Kris melakukan hal itu?, pikirnya.

Ponsel Sooyeon berdering. Sooyeon mengusap air matanya dan segera mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menelponnya.

“Halo?,”

“SELAMAT MALAM, SOOYEON NOONA!!,”

Sooyeon mengusap telinga kanannya, “Astaga, Kim Jongin! Kau ini bodoh atau apa? Kau membuat telinga kananku sakit!,” omelnya kesal.

Terdengar cengiran dari seberang sana, “Maafkan aku, noona. Aku terlalu bersemangat,” ucapnya.

Sooyeon memutar bola matanya, “Apa maumu, eoh? Untuk apa kau menelponku?,”

“Ish, galak sekali. Nanti keriputmu makin banyak, lho,”

“KIM JONGIN!!!!,” teriak Sooyeon.

“Aigoo, noona, teriakanmu mengalahkan teriakan lumba-lumba,”

“Jangan meledekku!,” omel Sooyeon.

“Oke, oke. Langsung saja ke poinnya, oke?,”

“Memang itu yang ku inginkan,” ucap Sooyeon kesal.

“Aku baru saja tiba di rumah Yunho samchon. Kuliahku di Oxford sedang libur, jadi aku memutuskan untuk berlibur ke Seoul,”

“Oh,”

“Cuma begitu reaksinya?,” tanya Jongin tak terima.

“Memangnya apa lagi?,” tanya Sooyeon.

“Huh. Kau sama saja dengan Soojung. Kedatanganku tidak disambut dengan meriah,” gerutu Jongin.

“Memangnya kau ini selebriti papan atas?,”

“Sebentar lagi aku akan mengalahkan popularitas Robert Pattinson,”

“Jangan bermimpi,”

“Oke. Besok aku akan mengunjungi rumahmu dan suamimu,”

Sooyeon membelalakan matanya, “A-Apa? K-Kau ingin kemari? Yang benar saja,”

“Memang benar. Soojung tak bisa menemaniku karena nenek sihir itu sedang ada kencan dengan Minho. Jadi, aku akan pergi sendirian. Jangan lupa siapkan makanan yang banyak, ya?,”

“Tidak mau,”

“Oh,  ayolah, noona. Aku sudah lama tak menyicipi masakan buatanmu. Oh, aku tutup dulu telponnya, ya? Sepertinya Yuri immo sedang memanggilku untuk makan malam,”

“Iya,” jawab Sooyeon malas.

“Sampai jumpa!,”

Dan telpon pun ditutup.

Sooyeon merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Ia menghela napas berat.

“Bagaimana ini? Jika Jongin melihat kamarku yang berpisah dengan kamar Kris, si idiot itu pasti akan mengadukan hal ini kepada orangtuaku,”

***

 

Kris sedang ingin menghirup udara segar di luar. Ia melewati ruang tengah yang disana sedang ada Sooyeon yang sedang menonton televisi. Kris pun membuka pintu utama rumahnya, dan ia sangat kaget saat melihat seorang lelaki yang tidak ia kenal berada dihadapannya.

“S-Siapa kau?,” tanya Kris.

“Oh, jadi Sooyeon noona tidak pernah menceritakan tentangku kepadamu, ya?,” tanya lelaki itu.

Jangan-jangan lelaki ini kekasih Sooyeon, pikir Kris.

“Dimana Sooyeon noona?,” tanya lelaki itu.

“D-Di dalam. Sedang menonton televisi,” jawab Kris.

Lelaki itu pun langsung menyelonong masuk melewati Kris. Kris merasa sedikit kesal di dalam hatinya. Entah kesal karena lelaki itu tidak sopan atau kesal karena hal lain. Kris sendiri pun tak tahu.

Lelaki itu melihat Sooyeon sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Lelaki itu pun memeluk leher Sooyeon dari belakang. Kris tersentak kaget melihat hal itu.

“NOONA!!,”

“Astaga! Kim Jongin! Kau—,” kalimat Sooyeon terhenti saat melihat Kris yang memandang ke arahnya.

“Kau tidak menyiapkan apapun untukku?,” tanya Jongin.

Sooyeon beralih ke Jongin, “Menyiapkan apa?,” tanyanya berpura-pura lupa.

“Aigoo! Cepat memasak. Aku merindukan masakanmu yang sangat lezat itu, noona!,” seru Jongin.

“Aku—,”

“Cepat memasak!,” seru Jongin seraya mendorong Sooyeon menuju dapur.

Kris yang melihat itu merasakan nyeri di dadanya. Ia merasa iri dengan hubungan mereka yang terlihat sangat dekat. Tidak salah lagi, lelaki itu pasti kekasihnya, batinnya.

***

 

“Noona, masakanmu sangat enak!,” puji Jongin.

Sooyeon tersenyum mendengarnya. Setidaknya, kehadiran Jongin disini membawa keceriaan di rumah ini. Meskipun hanya sementara.

“Suamimu tidak ikut makan?,” tanya Jongin.

Sooyeon mendadak grogi, “Ah—Ngg—d-dia sudah makan tadi. Ya, dia sudah makan,” jawabnya berbohong.

Jongin mengangguk mengerti.

Di balik pintu ruang makan, Kris telah mendengar perkataan Sooyeon. Kris segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke kamarnya.

“Hubungan kalian selama ini, baik-baik saja, kan?,” tanya Jongin.

Sooyeon tersenyum kecut, “B-Begitulah,” jawabnya.

“Syukurlah,” ucap Jongin, “Sesuai dengan harapan Joonmyun,” tambahnya.

Sooyeon mengerjap kaget, “J-Joonmyun?,”

“Aku bertemu dengannya tadi malam saat Yuri immo menyuruhku untuk membeli roti. Dia menanyakan kabarmu dan hubunganmu dengan suamimu. Aku bilang aku tidak tahu karena aku belum menemuimu. Dia berharap kalian baik-baik saja dan dia juga berharap noona bahagia bersama suami noona,” ucap Jongin.

Sooyeon terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, senyuman manis terukir dibibirnya.

“Katakan kepadanya terima kasih dariku,” perintah Sooyeon.

“Enak saja. Katakan saja sendiri,”

“KIM JONGIN!!!,” teriak Sooyeon kesal.

Jongin tertawa, “Iya, iya. Aku hanya bercanda, noona. Kau ini galak sekali,”

***

 

Sooyeon menghela napas lega. Jongin telah pulang dan Jongin tak meminta masuk ke kamarnya. Rahasianya dan Kris aman.

Sooyeon berjalan memasuki ruang tengah. Disana sudah ada Kris yang menatapnya tajam. Sooyeon merinding ngeri melihatnya.

“K-Kris? A-Ada apa?,”

“Aku ingin bicara,” ucap Kris.

“O-Oke,”

“Jadi, selama ini, kau mengkhianatiku?,” tanya Kris.

“E-Eh? Apa maksudmu, Kris? Aku tidak mengerti,” ucap Sooyeon bingung.

“Kau dan lelaki yang tadi—berpacaran, bukan?,” tebak Kris.

Sooyeon terdiam sebentar. Beberapa detik kemudian, tawanya pun meledak. Kris menaikkan alisnya melihat hal itu.

“Apanya yang lucu?,” tanya Kris bingung.

“Aku dan Jongin berpacaran? Yang benar saja,”

“E-Eh?,”

Sooyeon menghentikan tawanya, “Kim Jongin adalah saudara sepupuku yang tinggal di London. Dia mengunjungiku karena kami sudah lama tak bertemu. Bahkan dia hadir di hari pernikahan kita,”

Wajah Kris memerah mendengarnya. Sooyeon kebingungan melihatnya. Wajah Kris memerah, berarti..

“Kau cemburu?,” tanya Sooyeon.

“T-Tidak! Untuk apa?,”

“Lalu, kenapa wajahmu memerah?,” tanya Sooyeon.

“I-Ini, panas. Ya, udaranya disini panas. Aku rasa, aku harus mandi sekarang,” jawab Kris lalu segera pergi ke kamarnya.

“Panas? Bukankah ruangan ini terpasang AC?,” gumam Sooyeon bingung.

***

 

Kris sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja di sebuah kafe. Ia tengah menunggu seseorang. Seiring berbunyi suara lonceng di pintu kafe tersebut, munculah seorang perempuan berambut pendek dan berparas manis.

“Oppa!,”

“Hai!,”

Perempuan itu menghampiri Kris dan duduk di seberangnya, “Maaf karena terlambat. Tugas kuliahku banyak sekali. Minho oppa juga memberikan sebagian tugas miliknya kepadaku dan pergi berkencan dengan Soojung,”

“Tidak apa-apa. Aku juga baru tiba kok,” jawab Kris.

“Jadi—bagaimana hubunganmu dengan Sooyeon eonni?,” tanya perempuan itu.

Wajah Kris memerah, “A-Aku hampir ketahuan cemburu,” jawabnya.

“Hah? Apa benar? Bukankah itu awal yang bagus?,” tanya perempuan itu senang.

“Awal yang bagus bagaimana? Kau lupa kalau Sooyeon tidak menyetujui pernikahan kami? Itu artinya, dia tak mencintaiku,” ucap Kris.

“Bukankah Sooyeon eonni selalu bersikap ramah dan lembut terhadapmu? Kau saja yang berakting dingin dihadapannya. Bahkan dia cemburu kan saat kau ingin ke rumahku untuk bermain catur saat itu?,”

“Kalau itu, aku tidak yakin dia cemburu atau tidak,” jawab Kris.

“Bagaimana dengan ciuman pura-pura kita? Aku melihat sendiri, oppa. Wajahnya seperti sedih dan marah,”

“Jinri-ya, aku rasa itu tidak mungkin,” ucap Kris.

Jadi, perempuan itu adalah Jinri—saudara sepupu Kris.

“Oppa, kau hanya tidak yakin. Kau harus segera mengungkapkan kebenarannya. Kau mencintainya. Apapun jawaban dari Sooyeon eonni, kau harus bisa menerimanya. Yang penting, kau sudah mengungkapkannya, oppa. Kalian sudah satu rumah selama satu setengah bulan. Itu waktu yang lama, oppa. Bahkan kalian belum membuat anak. Padahal uncle Kevin ingin sekali memiliki cucu,” ucap Jinri.

“A-Aku belum siap, Jinri-ya. Aku terlalu takut,” ucap Kris.

Jinri memegang kedua bahu Kris, “Oppa, kau harus bisa mengungkapkan yang sebenarnya. Percayalah kepadaku. Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

Di luar kafe yang berdinding kaca itu, dua perempuan telah melihat kejadian itu. Salah satu dari perempuan itu berlari dari tempat itu.

“Sooyeon eonni!,” panggil Soojung, namun tak dihiraukan kakaknya itu.

Soojung menatap perempuan yang sedang bersama dengan Kris. Matanya membulat sempurna.

“CHOI JINRI??!!,”

***

 

Kris telah memutuskan. Malam ini, ia harus mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Sooyeon. Meskipun, ketakutan masih menyelimuti pikiran Kris.

Kris sudah berada di depan kamar Sooyeon. Kris ingin mengetuk pintu tersebut, namun ia tahan. Ketika ia bersiap mengetuk, ia kembali menahannya. Dan ia lakukan hal itu terus menerus hingga pintu itu terbuka sendiri.

“E-Eh?,”

“Kris? Sejak kapan?,”

Kris menggaruk kepalanya, “Ngg—aku—,” ia menghentikan kalimatnya saat melihat mata Sooyeon yang merah dan basah, “K-Kau menangis?,” tanyanya.

Sooyeon menggeleng cepat, “A-Aku hanya kelilipan,” jawabnya.

“Oh,”

Sooyeon kembali teringat kejadian saat ia melihat Kris bersama Jinri, “Sudah selesai berkencan dengan kekasihmu, Kris?,”

Kris tersentak, “A-Apa? Kau melihat—,”

“Ya. Aku melihatnya. Maaf, aku tidak sengaja,” jawab Sooyeon.

“Hm, sebenarnya, ada yang ingin ku jelaskan kepadamu,” ucap Kris.

“Oh, ya? Apa itu?,” tanya Sooyeon penasaran. Oh, mungkin Kris ingin memintaku untuk bercerai dengannya, batinnya.

“Jinri bukan kekasihku,”

Sooyeon tersentak kaget dan syok, “A-Apa?,”

“Jinri adalah saudara sepupuku. Kami memang dekat. Dan yang kau lihat tadi, kami tidak sedang berkencan. Dan soal aku ingin ke rumahnya untuk melanjutkan permainan, itu bukan permainan seperti yang kau kira. Kami hanya melanjutkan permainan catur kami. Dan soal ciuman—,” Sooyeon menunggu Kris melanjutkan perkataannya, “—itu kami hanya berpura-pura. Sama seperti kita berpura-pura ciuman saat di altar,”

Sooyeon sangat syok mendengar hal ini. Ia masih tidak bisa mempercayai perkataan Kris. Ini terlalu sulit untuk dicerna.

“A-Aku tidak bisa mempercayaimu, Kris,”

“Memang. Tapi, inilah faktanya. Inilah kejadian yang sebenarnya. Semua yang ku lakukan selama ini hanyalah akting belaka,” ucap Kris.

“Tapi, untuk apa kau melakukan ini semua? Kau sangat dingin terhadapku,”

Kris menunduk, “K-Karena aku tahu, kau tidak mencintaiku,”

Sooyeon tersentak kaget.

“Dari awal, kau tidak menyetujui pernikahan ini. Jadi, ku anggap kau tidak mencintaiku. Jadi, aku bersikap seolah-olah aku sama denganmu. Padahal, faktanya, aku—aku—,”

“Ya?,”

Kris menarik napas dalam, “Aku sangat mencintaimu,”

Sooyeon terharu biru mendengarnya. Jadi, selama ini, Kris juga mencintainya. Cintanya terbalaskan. Sesuai dengan harapan mantan kekasihnya, Kim Joonmyun. Sooyeon akan bahagia setelah ini. Sooyeon yakin akan hal itu.

Tanpa aba-aba, Sooyeon memeluk Kris erat. Kris tentu saja terperangah. Ia teringat perkataan Jinri tadi sore.

“Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

“Aku juga, Kris. Selama ini, aku juga mencintaimu!,”

Air mata Kris tumpah saat itu juga. Perasaannya terbalaskan. Sesuai dengan harapannya selama ini. Gadis yang ia kagumi sejak ia berumur 10 tahun. Gadis yang ia jumpai saat ia sedang berlibur ke Korea Selatan untuk pertama kalinya.

“Jinri, what’s this place?,” tanya seorang anak laki-laki berdarah China-Kanada.

“This place has be named Han river, oppa.” jawab seorang anak perempuan berambut pendek. “Is beautiful place, isn’t?,”

Baru saja anak laki-laki itu ingin mengangguk, tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang anak perempuan yang sedang mengobrol bersama sepupu laki-lakinya dan seorang perempuan yang lain. Anak laki-laki itu langsung terpesona pada pandangan pertama dengan anak perempuan yang ia lihat itu.

“Yeah. She’s really really beautiful,”

Jinri mengernyit bingung, “She?,” Jinri pun mengikuti arah pandang sepupunya itu. Jinri tersenyum setelah mengetahui jawabannya.

“Her name is Jung Sooyeon. She’s older sister of Minho’s friend, Jung Soojung,” ucap Jinri.

“Beautiful names, beautiful faces. I think I’m fall in love in first time. With her,” gumam anak laki-laki itu sambil tersenyum manis.

Kris membalas pelukan Sooyeon. Tak kalah erat dari Sooyeon. Setelah beberapa detik kemudian, mereka mengakhiri pelukan itu dan saling berpandangan.

Dan untuk yang pertama kalinya, bibir mereka bersentuhan.

END

Selesai. Sorry buat erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet kalo ceritanya gak semuanya mirip dengan summary yang kalian buat. Aku bikin yang kayak begini karena mencampu

rkan summary kalian. Dan sorry kalo mengecewakan. Aku harap sih FF ini bisa kalian terima dan kalian suka ^^

Dan buat readers setiaku, jangan lupa reviewnya, yaks?

Your coment is my spirit \m/

(Drabble) Time Control


Gambar

Time Control

Kris – Jessica – Suho

 

Kris memegang dadanya yang terasa perih. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia akui, ini yang pertama kalinya ia menangis. Maksudnya menangis karena cinta.

Ia sadar, bahwa ia tidak sempurna. Jika waktu dapat berputar, ia ingin melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan sebelumnya.

“Kris, ada apa ingin menemuiku? Bukankah kau ada jam kelas hari ini?” tanya seorang wanita yang lebih tua satu tahun darinya.

 

“Jessica noona, sebelumnya aku minta maaf. Aku harus mengatakan ini.” ucap Kris tegas.

 

Jessica mengerutkan keningnya,

“Mengatakan apa?”

 

Kris menghela nafas berat,

“Kita akhiri hubungan konyol ini.”

 

Mata Jessica membesar,

“Akhiri?”

“Kita bertemu karena kencan buta. Tak ada rasa cinta maupun sayang di antara kita. Meskipun kita sudah menjalani hubungan ini selama satu bulan, tapi aku tak merasa adanya rasa cinta. Maaf!”

 

Jessica tersenyum pahit,

“Tidak apa-apa, Kris. Kau benar. Selama ini kita hanya berkencan dalam diam, makan dalam diam, semuanya kita lalui dalam diam. Aku rasa, keputusanmu adalah yang terbaik. Aku setuju jika kita akhiri hubungan ini.” jawabnya.

 

Kris mengangguk,

“Ku antar pulang, ya?”

 

Jessica menggeleng,

“Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.” jawabnya.

 

Kris mengacak-acak rambutnya prustasi. Kenapa ia baru merasakan sakit sekarang?

“Kris, hubunganmu dengan Jessica noona sudah berakhir?” tanya Suho.

 

“Sudah sejak satu bulan yang lalu.” jawab Kris.

 

“Kenapa kalian mengakhiri hubungan kalian?” tanya Suho.

 

“Tak ada perasaan cinta di antara kami.” jawab Kris.

 

Suho menggeleng,

“Mungkin itu kau, Tapi tidak dengan Jessica noona.”

 

Kris memandang Suho,

“Maksudmu?”

 

Suho beranjak berdiri,

“Jessica noona selalu menangis sepanjang malam. Bahkan aku pernah menemukannya sedang tertidur dengan mata yang bengkak sambil memeluk fotomu.”

 

Kris terdiam. Mungkinkah?, batinnya.

 

Kris merasa waktunya terhenti. Ia merasakan sesak didadanya. Bagaikan kiamat tiba, suasana terasa hampa. Ia merasakan tak ada oksigen yang dapat ia hirup, dan tak ada karbon dioksida yang dapat ia keluarkan. Seorang wanita berhasil membuatnya ingin mati.

“Penyesalan selalu datang belakangan, Kris.”

 

“Maafkan aku, Jessica noona. Aku sadar. Aku tak bisa hidup tanpamu.” ucap Kris dengan raut wajah sedihnya.

 

“Aku juga merasakannya. Tapi.. kau sudah terlambat.”

 

Kris membelalakan matanya,

“T-Terlambat?”

 

Jessica memperlihatkan cincin di jari manisnya,

“Aku sudah bertunangan.”

 

Kris merasakan sesak yang amat dalam di dadanya.

 

“D-Dengan siapa?”

 

“Temanmu.. Kim Su Ho.”

 

“Maafkan aku, Kris.”

Kris menoleh ke sumber suara. Ia segera menghapus air matanya.

“Ada apa kau kemari?” tanya Kris dingin.

“Maaf. Aku harus jujur padamu kalau aku juga mencintai Jessica noona. Aku tak tahan melihatnya terus menangisimu, Kris.” jawab Suho.

Kris beranjak berdiri,

“Aku takkan melepaskannya. Dia milikku dan dia adalah pengatur waktuku.” ucapnya lalu pergi meninggalkan Suho sendirian.

“Dia juga pengatur waktu ku, Kris. Tanpanya hidupku terasa hampa.” gumam Suho.

 >>>

Jangan lupa ninggalin jejak!

Little Misunderstanding


Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
EXO-M Kris
SNSD Jessica
SNSD Yuri

Support Cast :
EXO (K&M)
SNSD
etc

Genre : Romance, Comedy, Angst

Length : Oneshoot

>>>

BUKK!!

Jessica menutup laptopnya kasar. Matanya mulai berair. Ia segera beranjak pergi dari ranjangnya menuju keluar kamarnya.

“Morning, Jessi.” sapa Tiffany.

Jessica melewati Tiffany tanpa membalas sapaan Tiffany.

“Hey! Whats wrong with you?” tanya Tiffany, ia mendengus kesal karena lagi- Jessica tak menjawab pertanyaannya.

Jessica meraih jaket yang bergantung di dinding. Ia juga mengambil shall, sarung tangan, masker, kaus kaki serta sepatunya.

“Ya! Musim dingin seperti ini kau mau keluar?” tegur Taeyeon.

Jessica tak menggubrisnya. Ia tampak sibuk memasang benda-benda yang ia ambil ke anggota tubuhnya.

“Sica~ah, mobilmu takkan bisa berjalan di musim seperti ini. Banyak salju di daratan.” ucap Yuri.

Jessica melemparkan death-glare-nya pada Yuri. Yuri sempat bergedik ngeri.

“Kau marah?” tanya Yuri berhati-hati.

Setelah Jessica selesai memasang semua benda yang ia ambil ke anggota tubuhnya, ia segera mengambil tasnya lalu keluar.

BLAMMM!!!

Pintu di tutup dengan kasarnya.

“Aigoo! Apakah Sica onnie marah padaku?” tanya Yoona seraya memasang wajah sedih.

“Memangnya apa yang kau lakukan?” tanya Hyoyeon penasaran.

“Aku mengambil snack di laci lemarinya.” jawab Yoona polos.

“YA! ITU SNACK MILIKKU!!” protes Sooyoung.

“Hehehehe…” Yoona hanya menyengir tidak jelas.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Sica.” ucap Sunny.

“Ayo kita selidiki!” seru Seohyun bersemangat.

“Ya! Kenapa kau begitu bersemangat, magnae?” tanya Taeyeon.

“Daripada tidak ada kerjaan.” jawab Seohyun.

“Lebih baik kau duduk yang manis di depan TV, karena sebentar lagi Keroro-mu akan tayang.” saran Tiffany.

“Ah! Gomawo onnie. Aku hampir saja lupa.” ucap Seohyun lalu segera pergi dan duduk di depan TV.

“Sepertinya Sica marah padaku.” ucap Yuri.

“Mana mungkin dia marah padamu karena kau mengingatkan soal mobilnya!” kata Sooyoung.

“Bukan. Mungkin saja Sica marah bukan soal itu tetapi menyangkut diriku. Karena tadi- Sica melemparkan death-glare-nya padaku. Terakhir dia melakukan itu saat training.” jawab Yuri.

“Majayo. Sica onnie jarang sekali marah pada seobang-nya!” ucap Yoona setuju.

“Sudah ku bilang, ini harus segera di selidiki, onniedeul.” ucap Seohyun yang matanya fokus pada TV.

Sooyoung mengangguk,
“Joohyun benar! Ada baiknya jika kita menyelidiki.”

Taeyeon menghela nafas,
“Keunde.. ottokhe?” tanyanya.

“TIDAKKKK!!!!!!!”

Semuanya refleks menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu adalah teriakan dari Sunny yang berada di kamar Jessica dan Sooyoung.

Semua anggota- terkecuali Seohyun segera menghampiri Sunny.

“Waegeurae, Sunkyu~ah?” tanya Tiffany.

“Bwa!” Sunny menunjuk ke layar laptop Jessica, “Keunde- Yuri tidak boleh melihat!” tambahnya.

“Ye?” Yuri tersentak, “Wae?”

“Aniya. Kau diam saja disana.” jawab Sunny.

“Pantas saja!” ucap Taeyeon- yang asyik menatap layar laptop Jessica dengan seksama.

“Ternyata cemburu!” ucap Hyoyeon- seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

“Ya! Waegeurae?” tanya Yuri penasaran.

“Aniya! Yuri onnie tidak boleh melihat!” seru Yoona- sembari menutupi layar laptop Jessica dengan bantal.

“Yoongie.. Jebalyo~” mohon Yuri.

“Seobang suka seobang. Bagaimana bisa?” tanya Sooyoung kebingungan.

“Maksudnya?” tanya Yuri tak mengerti.

“OK. Sebaiknya kita beritahu Yuri.” ucap Taeyeon.

“Nde. Ppaliwa!”

“Yuri~ah, Kris..”

“Kris? Wae?” tanya Yuri.

“He likes you.” jawab Tiffany.

“MWORAGU??? JINJCHAGIDERO???” teriak Yuri shock.

“Di artikel ini, anggota EXO-M memilih anggota tercantik di SNSD. Luhan dan Tao memilih Yoona..”

“Jinjcha? Gomawo~” ucap Yoona- tersenyum malu.

“Ya! Orangnya tidak ada disini. Kau ini berlebihan!” cibir Tiffany.

“Lay memilih Taeyeon..”

“Double WOW! Fanboy-ku bertambah.” seru Taeyeon dengan aegyeo-nya.

“Semakin berlebihan.” cibir Tiffany.

“Dan Kris memilihmu!” lanjut Sunny.

“Ige mwoya? Baboneun Kris. Dia itu namja chingu Sica. Tapi kenapa memilihku? Neomu baboya!” gerutu Yuri tak terima.

“Disini tertulis, alasannya memilihmu saat melihatmu di IY 1. Katanya kau sangat cantik.” ucap Sunny.

“Aku ingin berterima kasih. Tapi Sica..”

“Kita pasrah saja, Yuri~ah. Kita tunggu reaksi Sica saat pulang nanti.” ucap Sooyoung.

“Semoga saja hubungan mereka tak kandas di tengah jalan.” harap Yuri.

>>>

Jessica melewati badai salju yang lebat. Dengan amarah yang penuh, ia terus berjalan menuju asrama EXO-K. Kebetulan EXO-M juga ada disana.

Jessica menghela nafas lega karena pada akhirnya ia sampai di asrama EXO-K.

“Nuguseyo?” tanya Security.

Jessica membuka maskernya,
“Jessica!” jawabnya.

“Silakan masuk, sajangnim.” ucap Security itu.

Jessica pun masuk ke asrama EXO-K.

Jessica membersihkan salju yang menempel pada jaketnya. Dingin, tentu saja. Tapi itu semua bagaikan angin lalu bagi Jessica. Di saat marah seperti ini, hal yang dingin pun bisa menjadi panas.

Ting! Tong!

Jessica menekan bel beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang pria berwajah manis membuka pintu.

“Annyeonghaseo, Sica noona!” sapanya.

“Annyeong, Luhan~ya.” balas Jessica.

“Kris?” tebak Luhan.

Jessica mengangguk membenarkan.

“Mari masuk. Kau sudah melewati badai salju yang dingin, noona.” ucap Luhan.

Jessica pun masuk, di iringi Luhan dari belakang.

“Noona?”

Semua anggota EXO yang tadinya sedang mengerjakan sesuatu, langsung mengakhirinya. Mereka berbaris lalu membungkuk sopan kepada senior mereka, Jessica.

“Annyeonghaseo, Sica noona.”

“Annyeong~” balas Jessica.

“Aigoo.. Noona, kau melewati badai salju?” tanya Suho tak percaya.

“Sudah biasa.” jawab Jessica santai.

“Hebat!” kagum yang lainnya.

“Kau pasti kedinginan. Ku buatkan cokelat panas dulu. Chankkamanyo, noona.” seru D.O lalu pergi ke dapur.

“Kyungsoo~ya, tak usah rep- repot.” ucap Jessica- namun D.O sudah pergi.

“Ku bantu melepaskan jaket ya?” tawar Luhan.

“Gomawo, Luhan~ya..”

Luhan membantu melepaskan jaket Jessica. Semua anggota memandangi mereka.

“Manis sekali.. seperti ibu dan anak.” ucap Chanyeol.

“Kalau begitu, siapa ayahnya?” tanya Chen.

“Tentu saja Kris gege.” jawab Tao.

“Ya! Biar bagaimanapun, aku lebih tua dari Kris.” protes Luhan.

“Hanya beberapa bulan, hyung.” jawab Kai.

Jessica melepaskan kaus kaki dan sepatunya. Ia juga melepaskan sarung tangan, shall, dan maskernya.

“Noona, kukumu cantik sekali.” kagum Baekhyun- yang melihat kuku tangan dan kaki Jessica.

“Gomawo. Kau mau? Akan aku bantu men-cat kukumu.” tawar Jessica.

“JANGAN!!!!!!!!” teriak yang lain.

“Hancur sudah image EXO jika ada anggota yang menggunakan nail di kukunya.” ucap Sehun.

“Aku hanya bercanda.” ucap Jessica- untuk sementara amarahnya sedikit menghilang.

“Ya! Kris eoddiga? Sica noona kemari untuk menemuinya.” ucap Luhan kesal.

“Kris gege sedang tidur.” jawab Tao.

“Jika kau mau, bangunkan dia, noona.” ucap Suho.

“Anni. Biarkan dia tidur.” jawab Jessica.

“Duduk dulu, noona. Akan ku ambilkan ember berisikan air panas.” ucap Xiumin.

“Gomawo..”

Xiumin segera ke dapur.

Jessica duduk di sofa, di temani anggota yang lain.

“Aku merasa tidak enak. Aku yeoja sendiri disini.” ucap Jessica.

“Baekhyun juga yeoja. Hobinya memakai eyeliner sepanjang hari.” ucap Chanyeol- membuka aib(?) Baekhyun.

“Ya! Jangan mempermalukan ku di depan Sica noona.” gerutu Baekhyun.

“Wah.. kita punya banyak kesamaan, ya? Aku juga suka memakai eyeliner.” ucap Jessica.

Baekhyun tersipu malu mendengarnya. Sedangkan anggota yang lain sibuk menahan tawa.

“Ini dia cokelat panas untuk Snow White yang cantik.” seru D.O- yang datang dengan cokelat panas di sebuah cangkir.

“Ya! Sica noona bukan Snow White. Sica noona adalah Ice Princess.” protes Sehun.

Jessica memandang pria yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri dengan gemas. Kemudian ia beralih kepada D.O dan mengambil secangkir cokelat panas buatannya.

“Gomawo, Kyungsoo~ya.”

Jessica menyeruput cokelat panas buatan D.O.

“Otte?” tanya D.O.

“Yumm.. Mashita!” jawab Jessica.

“Ah~ kamsahamnida.”

“Ini air panasnya!” seru Xiumin- yang membawa air panas di dalam ember.

“Tidak mendidih, kan?” tanya Jessica.

Xiumin terkekeh pelan, “Ini air hangat.” jawabnya.

Xiumin meletakkan embernya tepat di dekat kaki Jessica. Jessica pun mencelup(?)kan kakinya ke dalam ember tersebut.

“Hangat.. gomawo, Minseok~ya..”

“Nde. Cheonma.” jawab Xiumin.

“Hey! What are you guys doing with my wife?”

Semuanya menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu milik seorang pria bertubuh tinggi, berambut pirang, Kris.

“Seobang is coming!” seru Chen.

Semuanya terkekeh- tapi tidak dengan Jessica. Ia menatap Kris tajam.

“What’s up, babe? Are you miss me?” tanya Kris seraya berjalan menghampiri Jessica.

“Aku ingin bicara.” jawab Jessica- dengan nada yang dingin.

“Sepertinya serius sekali. Kita bicara di kamar?” tanya Kris.

“Whatever. Yang pasti, kita harus bicara empat mata.” jawab Jessica.

Semua anggota- tepatnya selain Kris saling memandang.

“Follow me!” Kris meraih pergelangan tangan Jessica- membawanya pergi ke surga milik Kris, yaitu kamarnya.

“What’s wrong, babe?” tanya Kris.

“Let’s to break up, Kris.”

“WHAT???!!!”

Mata Kris membulat sempurna. Ia tak menyangka akan hal ini. Mengapa Jessica meminta untuk mengakhiri hubungan mereka?

“Apa salah ku?” tanya Kris.

“Kau tidak salah apa-apa, Kris. Ini adalah keputusan yang terbaik. Aku harap kau bahagia dengan keputusan ini.” jawab Jessica sembari menunduk- tak berani menatap mata Kris.

Jessica berbalik dan berniat pergi. Namun Kris menarik tangannya dan membawanya kedalam pelukan Kris.

Kris membalikkan tubuh Jessica hingga posisi mereka berhadapan.

“Mana mungkin aku bahagia, Jess. Aku meminta alasan yang tepat. Tell me, Jess!” ucap Kris- dengan mimik wajah yang serius.

Jessica menghela nafas berat,
“You like Yuri, right?”

“What?”

“If you love her, you can leave me. I’m happy if you happy, Kris.”

“No, Jess. I never love her.” bantah Kris.

“Lalu- apa maksud artikel itu, Kris? Apa maksudnya?” tanya Jessica mulai terisak.

Tes!

Air mata Jessica jatuh perlahan. Kris mengusap air mata Jessica.

“Artikel? Aku tidak tahu tentang artikel. Aku tidak mencintai Yuri. OK, aku akui aku adalah fan-nya. Tapi hanya sekedar fan, Jess. Hanya sekedar fan!” Kris mencoba menjelaskan.

Jessica menatap Kris dengan isyarat, jelaskan-lebih-detail-lagi.

“Aha! I know! Pasti ini semua tentang pertanyaan siapa anggota tercantik di SNSD itu, kan? Right that?” tanya Kris menebak.

Jessica mengangguk.

Tawa Kris langsung meledak. Sementara Jessica mengembungkan pipinya lalu memukul dada Kris.

“Aww! Apheo!” ringis Kris.

“Payah~ pukulan seperti itu saja sudah sakit. Lagipula kenapa tertawa?” tanya Jessica kesal.

“Kau lupa kau itu jago tinju? Pukulanmu menyakitkan, tau! Dan soal aku tertawa, karena lucu saja.” jawab Kris.

“Lucu apanya?”

“Kau marah karena aku memilih Yuri sebagai yang tercantik? Hanya karena itu kau marah? Jadi menurutmu aku harus memilihmu sebagai yang anggota yang tercantik?” tanya Kris- dengan nada bercanda di iringi tawanya.

Jessica mengembungkan pipinya,
“Aku ingin pulang!”

Jessica segera melepaskan diri dari pelukan Kris.

Jessica berjalan ke pintu kamar Kris. Ia memutar knop pintu-nya.

“Terkunci?” gumam Jessica.

“Mencari ini, babe?”

Jessica menoleh dan mendapati Kris sedang memainkan kunci kamarnya di tangannya.

“Berikan!” pinta Jessica seraya menengadahkan telapak tangannya.

“Mau mendengarkan alasan mengapa aku memilih Yuri- atau mau pulang?” tanya Kris.

“PULANG!!” jawab Jessica.

“Yakin?” goda Kris- seraya mengedipkan sebelah matanya.

Jessica menghela nafas berat,
“Haruskah aku kibarkan bendera putih sekarang?” tanya Jessica pasrah.

Kris tersenyum. Ia kembali menarik Jessica ke dalam pelukannya. Di angkatnya dagu indah milik Jessica- meminta Jessica untuk menatap matanya.

“Aku memilih Yuri, karena aku tidak ingin yeoja ku di sakiti. Aku tahu kau sudah banyak menerima ejekan dan hinaan dari Antifans. Kau sudah cukup tegar, Jess. Aku tidak ingin kau di sakiti lagi. Sorry, aku memilih Yuri karena itu.” ucap Kris menjelaskan.

“Jeongmalo?”

Kris mengangguk,
“Katakan maaf pada Yuri noona. Aku jahat sekali sudah memilihnya tapi alasannya seperti ini. Tapi aku hanya tak ingin kau-”

Jessica meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Kris,
“Ssshhh! Aku mengerti. Aku sudah mengerti. Kesalahpahaman kecil ini kita lupakan saja. Sorry too, Kris. Aku hampir saja membuat hubungan kita kandas.” ucapnya.

“It’s okay. Yang penting kita tetap bersama. Right that?”

“That’s right!”

Kris melepaskan pelukannya,
“Bagaimana jika sekarang kita tidur bersama?”

BUKKK!!!

Jessica meninju perut Kris hingga Kris merintih kesakitan.

“YADONG!!” cibir Jessica lalu mengambil kunci di tepi ranjang Kris.

Jessica segera memasukkan kunci di lubang kunci- dan memutar knopnya. Namun..

“Oow!”

“SEDANG APA KALIAN DISINI???” teriak Jessica mendapati teman-temannya berkumpul di depan pintu kamar Kris.

“OOPS! Ketahuan!” seru Yoona.

“Kalian juga disini?” tanya Jessica tak percaya.

Anggota SNSD lainnya hanya terkekeh tidak jelas.

Kris keluar menyusul Jessica,
“Apa kalian menguping?” tanyanya.

“ANIYA! ANIYA!” bantah anggota EXO ketakutan pada leader EXO-M itu.

“Ini semua ide Baekhyun!” seru Taeyeon.

“B-bukan!” bantah Baekhyun.

“Yuri~ah..” panggil Jessica.

“Sica~ah..”

Jessica memeluk Yuri erat,
“Mianhe- Jeongmal mianheyo. Soal tadi pagi-”

“Gwenchana, Sica~ah. Kau tidak salah.” jawab Yuri- seraya melepaskan pelukannya.

Yuri menunjuk Kris,
“Kris yang salah!”

“Kris harus di hukum!!” seru Tiffany.

“NDE!!!” setuju yang lainnya.

“Alright! Alright! Apa hukumannya?” tanya Kris.

“TIDUR DENGAN SICA NOONA!!!” jawab semua anggota EXO- kecuali Sehun yang tidak ada di TKP.

“Dengan senang hati..” jawab Kris.

“ANDWEE!!! DASAR YADONG!!!” teriak semua anggota SNSD- kecuali Seohyun yang juga tidak ada di TKP.

“By the way, kalian hanya bertujuh. Uri Joohyun eoddisseo?” tanya Jessica.

Ke-7 anggota SNSD saling memandang.

“Kalian lupa? Itu Seohyun noona!” ucap Kai seraya menunjuk Seohyun yang sedang duduk manis di depan TV- di temani Sehun di sampingnya.

“Ya! Sejak kapan Sehunnie menjadi penggemar Keroro?” tanya Jessica tak percaya.

“Sejak menyukai magnae kalian. Oops!!” jawab Baekhyun keceplosan.

“HYUNG!!!!!!!!!!!!!!” teriak Sehun malu.

Sedangkan Seohyun masih fokus menyaksikan Keroro-nya, tak tahu jika ia sedang di bicarakan.

Terkadang kesalahpahaman dapat terjadi dalam suatu hubungan. Sekecil apapun kesalahpahaman itu, harus segera di selesaikan dengan kepala dingin. Jika tidak, akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Epilog (SNSD & EXO vers)

“Gawat! Sepertinya terjadi sesuatu di antara mereka.” ucap Suho cemas.

“Taeyeon noona mengirimi ku pesan, katanya apakah Sica noona ada disini?” ucap Baekhyun.

“Katakan iya padanya. Pinta padanya untuk segera kemari.” perintah Chen.

Baekhyun segera mengetik pesan dan mengirimnya kepada Taeyeon.

“Ottokhe? Kita tidak mungkin diam saja, kan?” tanya Luhan panik.

“Aku punya ide!” ucap Baekhyun.

“MWORAGU???!!!” tanya anggota yang lain penuh inisiatif.

“Kita dengarkan saja percakapan mereka.”

“SETUJU!!!”

Mereka semua pun menjalankan ide Baekhyun.

“ANNYEONGHASEO!!”

Semua anggota menoleh ke sumber suara,
“SONYEOSHIDAE???”

“Bagaimana kalian bisa masuk?” tanya Kai.

“Pintunya terbuka.” jawab Sunny.

Luhan menepuk dahinya,
“Aku lupa menutup pintu!”

Hyoyeon memandangi anggota EXO dengan aneh,
“Kalian sedang apa?”

“Mendengarkan percakapan empat mata antara Kris dan Sica noona. Tampaknya serius sekali.” jawab Suho.

“Aku mau dengar!” seru Yuri lalu ikut bergabung.

“Na do!” seru anggota SNSD bergantian- kecuali Seohyun.

Mereka semua menempelkan telinga mereka di pintu kamar Kris.

“Sempit! Geser sedikit!” pinta Yoona.

“Jika aku bergeser, aku tidak dapat mendengar.” jawab Tao.

“Ya! Kamu Tao, kan? Yang memilihku sebagai anggota tercantik?” tanya Yoona dengan penuh percaya diri.

“Nde. Aku memilihmu, noona.” jawab Tao.

“Apa alasannya?” tanya Yoona.

“YA! BISAKAH KALIAN DIAM? KAMI TAK DAPAT MENDENGAR!!” omel Yuri.

Yoona dan Tao hanya bisa mengerucutkan bibir mereka- pertanda bahwa mereka kesal.

“Sebenarnya ini ide konyol milik siapa?” tanya Taeyeon kesal- karena harus berdempetan demi mendengarkan percakapan di dalam.

“Ide Baekhyun!” jawab Chanyeol.

“Sudah ku duga..” gumam Taeyeon.

“Menyusahkan sekali. Lebih baik aku menonton Keroro!” ucap Seohyun- lalu pergi dan duduk manis di depan TV.

“Aku mau ikut Seohyun noona saja.” ucap Sehun lalu minggat dari tempat sempit- alias pintu kamar Kris.

“Syukurlah.. Berkurang satu.” ucap Lay lega.

“Dasar magnae Sehun. Cari kesempatan dalam kesempitan.” cibir Luhan.

“Eh! Ada suara tangisan!” seru D.O.

“Majayo. Suara tangisan Sica noona.” sahut Xiumin.

“Apa yang Kris lakukan pada Sica? Aku harus menghajarnya!” seru Yuri penuh amarah.

“Sabar, noona..”

“Sabar, Yuri~ah..”

“Tapi dia menyakiti Sica.” ucap Yuri tak terima.

“Kau salah paham, onnie. Mungkin mereka sedang akting!” sahut Yoona.

PLETAKK!!!

Sooyoung menjitak kepala Yoona,
“Di saat seperti ini tidak tepat untuk bercanda!”

Yoona mengangguk seraya mengusap kepalanya,
“Apheo, onnie..”

“Sepertinya sudah tidak ada suara tangisan lagi.” ucap D.O.

“Cepat pergi! Knop pintunya bergerak.” seru Luhan.

Semuanya segera mundur. Namun nyatanya orang yang ada di dalam tak kunjung keluar.

“Aku rasa pintunya terkunci.” ucap Lay.

“Haruskah ku dobrak?” tanya Yuri.

“Aku rasa ini trik milik Kris hyung.” ucap Kai sembari mengeluarkan seringaiannya.

“Trik apa? Jangan bilang dia ingin melakukan ‘itu’? Andwee! Mereka masih muda. Mereka belum menikah! Mereka tidak boleh-”

“SHUT UP, YURI~AH!!!” teriak ke-6 anggota SNSD.

KREKKK!!

“Oow!”

“SEDANG APA KALIAN DISINI???”

~The End~

    Akhirnya selesai juga. Aku bikin ff ini setelah keingetan soal Kris milih Yuri sebagai anggota tercantik di SNSD.
    Kesel? Tentu saja. Kenapa gak milih Sica? fufufu ToT *aura shipper kumat*

    Minta koment-nya yha~ gomawo *wink

Because of Love


Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
EXO-M Luhan
SNSD Jessica

Support Cast :
Xi Lian (OC)
T-Ara Soyeon
T-Ara Hyomin
EXO-M Kris
etc

Genre : AU, Angst, Romance, Family

Length : Oneshoot

>>>

    RIP
    Park Hyo Min
    May 30, 1989
    July 24, 2012

Luhan menatap nanar peti berkaca yang telah di masukkan ke dalam tanah. Di dalam peti tersebut terdapat seorang wanita cantik yang mengenakan gaun pengantin.

“Hiks- Mama, jangan tinggalkan Lian- Hiks-” tangis seorang anak berumur 5 tahun, Xi Lian.

Luhan tak kuasa menahan tangisnya. Di rengkuhnya sang buah hati ke dalam pelukannya. Beberapa kali Luhan mengecup kening Lian.

“Luhan..”

Luhan menoleh ke sumber suara,
“Jiejie?”

“Biarkan Lian bersamaku. Saatnya kau dan yang lain berdoa untuk istrimu.” ucap Soyeon, kakak ipar Luhan.

“Hao.” Luhan melepaskan anaknya dari pelukannya dan membiarkan Lian bersama Soyeon.

“Lian, ayo kita ke taman.” ajak Soyeon.

“Hao.” jawab Lian lalu pergi bersama Soyeon yang menuntunnya.

Luhan pun membacakan doa bersama keluarganya untuk kepergian istrinya.

>>>

“Kami turut berduka cita, Luhan.”

“Xie xie..” jawab Luhan pada keluarga yang melayat istrinya.

“Luhan…” panggil seorang pria paruh baya.

“Papa?”

“Bisakah kita bicara sebentar?” tanya sang ayah.

“Tentu.” jawab Luhan.

“Papa tunggu di mobil.” ucap ayah Luhan lalu segera pergi.

Luhan memegangi kepalanya. Ia merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya. Mungkin karena aku belum sarapan, batinnya.

BRUKK!!

Tiba-tiba saja Luhan menabrak seorang wanita. Karena tertabrak, refleks Luhan menangkap wanita itu ke dalam pelukannya. Hingga secara tak sengaja mata mereka bertemu.

“Hyomin..”

Wanita itu tersenyum lalu melepaskan diri dari pelukan Luhan.

“Hello, Luhan. Can you speak Korean? Sorry, but I can’t speak Chines.” ucap wanita itu.

Mata Luhan membulat sempurna. Jika wanita itu Hyomin, tidak mungkin ia tidak bisa berbahasa Mandarin. Meskipun pada awalnya Hyomin warga negara Korea, tetapi setelah menikah, Luhan banyak mengajarkan bahasa Mandarin hingga Hyomin fasih menggunakan bahasa tersebut.

Dan satu lagi yang membuat Luhan tak yakin jika wanita itu adalah Hyomin, Yang ia ketahui, Hyomin payah dalam berbahasa Inggris. Hyomin haya tahu kosakata seperti Hello, Hi, I, You, Yes, No, Love, dan Bye.

“Are you okay?” tanya wanita itu seraya mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Luhan.

“Ah!” Luhan tersadar kembali, “I’m okay. And.. I can speak Korean!” jawab Luhan sembari tersenyum.

Wanita itu membalas senyuman Luhan. Bahkan senyuman Luhan kalah manis dengan senyuman wanita itu. Benar-benar mirip Hyomin, batin Luhan.

“Annyeonghaseo. Choneun, Jessica imnida. Bangapsheumnida.” ucap wanita itu memperkenalkan diri.

“Jessica?”

“Nde. Kau kenal aku?”

Luhan ingat. Luhan ingay saat Hyomin pernah bercerita tentang Jessica, sepupu Hyomin yang kuliah di U.S. dan Hyomin pernah mengatakan bahwa ia dan Jessica sangat mirip.

“Kau sepupunya Hyomin?” tanya Luhan.

“Majayo.” jawab Jessica membenarkan.

“Bangapsheumnida, Jessica~shi.” ucap Luhan.

“Aniya. Jangan panggil aku seformal itu. Panggil aku Sica.” seru Jessica.

“Arasseo, Sica~ya.” jawab Luhan.

Menarik, itulah kesan pertama Luhan pada Jessica.

>>>

“Ayi, Lian ingin bertemu Papa.” pinta Lian.

“Tapi Papa mu sedang-”

“Mama..” gumam Lian.

Soyeon mengikuti arah pandang Lian. Ia tersenyum saat mendapati adik sepupunya berjalan menghampirinya.

“Mama..” panggil Lian, wajahnya memperlihatkan rasa tidak percaya.

“I’m not your Mama.” jawab wanita itu seraya mengelus pipi Lian lembut.

“Who are you?” tanya Lian.

“Lian, dia adalah Ayi-mu. Dia saudara sepupu Mama-mu.” jawab Soyeon.

Lian mengangguk mengerti.

“Mirip sekali..” gumam Lian pelan.

“Sica~ah, long time no see.” seru Soyeon seraya memeluk adik sepupunya itu.

Jessica melepaskan pelukannya,
“Nde, onnie.” jawabnya, “Aku turut berduka cita. Aku tidak menyangka Hyomin pergi begitu cepat.” tambahnya.

“Aku juga tidak menyangka.” ucap Soyeon.

“Onnie, listen me. Aku sudah lulus kuliah!” seru Jessica.

“Jinjchayo? Whaa~ Chukaterimnida!”

Lian menatap kedua bibinya itu dengan bingung,
“Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Apakah itu bahasa Alien?”

“No, It’s not!”

Lian menoleh ke sumber suara.

“PAPA!!!!”

Luhan segera menggendong Lian,
“Itu bahasa Korea. Kau juga harus banyak belajar bahasa tersebut.” ucapnya.

“Why? Apakah bahasa Mandarin dan Inggris tidak cukup?” tanya Lian.

“Tentu saja cukup. Tetapi, kau harus tetap mempelajarinya. Sebab, bahasa Korea adalah bahasa Mama-mu juga sebelum kami menikah.” jawab Luhan.

“Hao. Hao!” ucap Lian mengerti.

“Onnie, apa yang mereka bicarakan?” bisik Jessica pada Soyeon.

“Ssshh! Kau diam saja.” ucap Soyeon, yang sukses membuat Jessica menggembungkan pipinya.

“Jiejie, bisa kau bawa Lian pulang? Aku masih ada urusan.” pinta Luhan.

“Lian mau pulang dengan Papa!” protes Lian.

“Papa harus pergi ke suatu tempat, Lian. Tolong mengerti Papa.” ucap Luhan.

“Hao.” jawab Lian pasrah.

Soyeon menggendong Lian dan berpamitan pada Luhan.

“Sica~ah, kajja!” ajak Soyeon.

“Aku masih ingin disini. Aku belum sempat berpamitan dengan Hyomin.” ucap Jessica.

“Geureyo. Nanti ku kirim supir untuk menjemputmu!” ucap Soyeon.

“Aniya. Aku bawa mobil sendiri.” tolak Jessica.

“Kalau begitu, ini alamat rumah kami.” ucap Soyeon seraya menyerahkan kartu alamat rumah pada Jessica.

“Aku menginap di Hotel saja, onnie.” ucap Jessica.

“Andwee! Kau harus menginap di rumah kami. Majayo, Luhan?”

“Nde.” jawab Luhan menyetujui kakak iparnya.

“Arasseo.” Jessica mengambil kartu alamat rumah dari tangan Soyeon.

“Annyeong!” pamit Soyeon.

“Annyeong~” balas Jessica dan Luhan bersamaan.

Soyeon pun pergi bersama Lian. Yang tersisa di pemakaman hanya Jessica dan Luhan.

“Permisi!” ucap Jessica lalu meninggalkan Luhan.

Jessica berjalan ke makam Hyomin. Ia berjongkok dan meraba foto Hyomin yang ada di dalam figura.

“Mengapa kau pergi begitu cepat?” tanya Jessica.

Tes!

Air mata Jessica jatuh membasahi pipinya. Sebegitu berartikah Hyomin bagi Jessica?

“Hyomin~ah, kau ingat tidak saat kita bermain bersama? Belanja ke mall bersama? Bermain game zone bersama? Makan es krim bersama?” tanya Jessica.

“Kau tau apa keinginan terbesarku? Keinginan terbesarku adalah kau mengucapkan kara selamat untukku di hari kelulusan ku.” ucap Jessica.

“Aku berjuang dan terus belajar agar aku bisa segera lulus dan bisa pulang lalu bertemu denganmu. Tapi.. kau pergi!”

“Mianhe soal pernikahanmu dengan Luhan. Aku saat itu tidak bisa datang karena harus ujian. Aku menyesal tidak datang karena percuma saja. Saat itu aku tidak lulus.”

Tanpa Jessica sadari, Luhan mendengar semua perkataannya. Sekarang Luhan berada tepat di belakang Jessica, ia sedang berdiri tepat di belakang Jessica yang sedang berjongkok.

“Hyomin~ah, Hiks- jika aku tau kejadiannya akan seperti ini- hiks- lebih baik aku tidak ikut- hiks- tidak ikut ujian dan memilih untuk menemuimu. Jeongmal mianheyo- hiks-” ucap Jessica yang tangisnya semakin menjadi-jadi.

Luhan yang merasa tidak tega pun memilih untuk berjongkok di samping Jessica. Jessica segera menoleh saat sadar Luhan sudah ada di sampingnya.

Luhan menarik kepala Jessica lalu menyandarkan ke bahu Luhan. Jessica tidak menolak. Luhan membiarkan Jessica membasahi jas barunya.

“Uljima, noona.”

Jessica mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Luhan,
“Noona?”

“Aku tahu kalian seumuran. Hyomin lebih tua satu tahun dariku. Kau juga!” ucap Luhan.

Jessica tersenyum lalu mengusap air matanya,
“Gomawo..”

“For?”

“Sudah membahagiakan Hyomin.”

“Oh. Itu sudah menjadi tugas ku.”

Jessica mengalihkan pandangannya ke arah foto Hyomin,
“Hyomin~ah, kau beruntung memiliki dia. Sedangkan aku..” Jessica tertawa pelan, “Belum juga menikah, aku sudah di tinggalkan pria itu.”

Luhan merasa tertarik dengan perkataan Jessica.

“Dia meninggalkanmu karena apa?” tanya Luhan.

“Karena ada wanita lain yang jauh lebih baik daripada aku.” Jessica menghela nafas sejenak, “Kris.. dia pergi meninggalkan ku dan memilih bersama wanita lain.”

“Mianhe..” ucap Luhan merasa tidak enak.

“Gwenchana..” Jessica tersenyum, “Aku pikir semua pria itu sama busuknya. Ternyata tidak!”

Luhan memandang Jessica, seolah meminta alasannya.

Jessica membalas pandangan Luhan,
“Hari ini aku sudah menemukan bukti bahwa tidak semua pria itu busuk. Buktinya adalah dirimu.”

Luhan merasa terpukau dengan pernyataan Jessica. Bukan karena di puji, melainkan melihat Jessica mengatakan dengan setulus hati.

“Gomawo..”

>>>

Sudah 1 minggu Jessica tinggal di rumah Luhan di Beijing. Jessica juga mulai mengerti bahasa Mandarin berkat Lian. Jessica juga mengajarkan bahasa Korea pada Lian. Sekarang mereka sangat dekat. Mereka sering jalan-jalan bersama.

Luhan sedang memperhatikan Jessica dan Lian yang sedang bermain pistol air di halaman rumahnya. Luhan berada di balkon atas.

Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya.

Luhan menoleh, “Jiejie?”

“Sedang melihat apa?” tanya Soyeon.

“Lihat saja sendiri.” jawab Luhan.

Soyeon tersenyum saat melihat apa yang Luhan lihat sedari tadi.

“Mereka sangat akrab ya?” kata Soyeon.

“Iya.”

“Aku rasa Lian menyukai Sica.” ucap Soyeon.

“Aku juga berpikir begitu.” jawab Luhan.

Soyeon tertawa jahil,
“Apakah ada lowongan untuk istri baru?” godanya.

“JIEJIE!!!!” teriak Luhan lalu mengejar Soyeon yang sudah berlari dari tadi.

>>>

Soyeon tersenyum melihat Jessica yang semakin akrab dengan Lian. Soyeon duduk di samping Luhan yang sedang asyik membaca koran.

“Ada berita menarik hari ini?” tanya Soyeon.

“…” Luhan tak menjawab. Soyeon mengikuti arah pandang Luhan. Ternyata bukan ke arah koran, melainkan ke arah Jessica yang sibuk mencari Lian yang bersembunyi.

“Hmm!!!”

Luhan tersentak saat mendengar dehaman Soyeon.

“Jiejie, sejak kapan disini?” tanya Luhan.

“Sejak kau lahir.” jawab Soyeon dengan nada ketus.

“Jiejie~ sorry!” ucap Luhan dengan gaya cute-nya.

“OK, I forgive you..” jawab Soyeon menyerah.

Luhan tersenyum penuh kemenangan. Tak lama kemudian, Lian datang dan duduk di pangkuan Luhan.

“Hey! Bukankah seharusnya kau bersembunyi?” tanya Luhan pada Lian.

“Don’t worry, Papa. Mama- eh maksud ku Sica Ayi tidak akan menemukan ku disini.” jawab Lian.

Soyeon tersenyum saat mendengar Lian memanggil Jessica dengan sebutan ‘Mama’.

“Lian, apa kamu ingin Sica Ayi menjadi Mama-mu?” tanya Soyeon.

“Jiejie!” seru Luhan terkejut. Ia tak menyangka Soyeon mempertanyakan hal itu pada Lian.

Lian mengangguk,
“Sica Ayi sangat baik, cantik, dan hangat seperti Mama.” jawabnya.

Luhan tertegun mendengar jawaban Lian. Jadi Lian menginginkan Jessica menjadi Mama-nya?, pikir Luhan.

>>>

“Onnie, aku ikut ke Seoul ya?” pinta Jessica.

“Kau ini. Jangan! Kau harus menjaga Lian, dan Luhan!” ucap Soyeon.

Luhan tersenyum.

“Soyeon Ayi, jangan lupa datang mengunjungi Lian.” ucap Lian seraya memeluk Soyeon erat.

“Yes, I promise!” jawab Soyeon lalu mengecup pipi Lian singkat.

“Aku pergi dulu. Bye~” pamit Soyeon.

“Bye, onnie~” balas Jessica.

“Take care, Jiejie!” ucap Luhan.

>>>

Sudah 2 minggu semenjak Soyeon pergi. Suasana menjadi canggung di rumah Luhan. Terkadang Jessica yang malu-malu terhadap Luhan, begitu pula sebaliknya.

Ting! Tong!

Jessica keluar dari kamar Lian lalu berlari menuju pintu utama dan membukanya.

“Nihao, Luhan..” sapa Jessica.

“Nihao..” balas Luhan.

Luhan pun masuk di iringi Jessica. Luhan baru saja pulang dari kerja lemburnya di kantor.

“Lian sudah tidur?” tanya Luhan.

“Nde.” jawab Jessica.

Jessica melihat Luhan yang sedang kesulitan melepas dasinya. Akhirnya Jessica berjalan menghampirinya dan berdiri di depannya.

“A-ada apa, noona?” tanya Luhan gugup.

Jessica tersenyum. Ia meraih dasi Luhan dan membantu melepaskannya. Luhan menatap Jessica tak percaya. Ia kembali teringat pada Hyomin yang selalu melepaskan dasinya saat pulang bekerja.

“Jangan menatapku seperti itu, Luhan~ya. Nanti kau jatuh cinta padaku.” ucap Jessica yang masih fokus pada dasi Luhan.

Luhan terkekeh pelan,
“Memangnya tidak boleh ya jika seorang duda jatuh cinta pada perawan?” tanyanya.

“Tentu saja boleh. Selama yang kau rasakan adalah cinta, bukan karena terobsesi pada masa lalumu.”

Luhan terdiam. Ia memikirkan perkataan Jessica. Benar, selama ini ia memang terobsesi pada Hyomin. Setiap melihat Jessica, ia teringat Hyomin.

“Sudah selesai!” ucap Jessica lalu segera berlalu dari hadapan Luhan.

Luhan masih membantu di tempat. Ia berpikir bahwa ia memang salah. Jika ia memang mencintai Jessica, perasaan itu haruslah karena cinta, bukan karena Hyomin.

>>>

Ting! Tong!

Luhan segera membuka pintu. Di dapatinya seorang pria bertubuh lebih tinggi darinya. Rambutnya pirang, wajahnya kebarat-baratan.

“Who are you?” tanya Luhan.

“I am Kris.”

DEG!

Luhan sempat kaget karena mengetahui pria itu adalah Kris. Luhan ingat, Jessica pernah bercerita tentang Kris.

“Siapa yang datang, Lu- Kris?”

“Hi, Jess!” sapa Kris pada Jessica yang baru muncul.

“What are you doing here?” tanya Jessica.

“I want to meet you.” jawab Kris.

“Whats wrong?”

“Please come back to me, Jess. I am hurts because you leave me.” pinta Kris.

“What? You leave me, not me!” protes Jessica.

“Sorry. I am so sorry. I won’t make you hurt again. I promise!”

Luhan tak sanggup melihat semua ini. Ia masuk ke dalam rumah.

Mengapa Kris datang di saat Luhan jatuh cinta yang sesungguhnya pada Jessica? Luhan yakin, Jessica pasti akan memilih Kris di bandingkan duda seperti dia.

“Luhan..” panggil Jessica.

“Ah! Jessica? Ada apa?” tanya Luhan.

“Kau menangis?”

Luhan mengusap air matanya,
“Hanya kelilipan.” jawabnya berbohong.

Jessica berdiri di hadapan Luhan,
“Sebegitunya kah kau mencintaiku?” tanyanya.

“D-darimana kau-”

“Aku tahu. Saat aku menangis di malam hari, kau datang dan memelukku. Kau menidurkan ku dan mengecup bibirku. Lalu kau tidur di sampingku sambil memelukku. Kau pikir aku tidak menyadarinya?” tanya Jessica.

Mata Luhan membulat sempurna,
“J-jadi saat itu kau belum tidur?” tanyanya.

Jessica mengangguk.

“Dan tadi malam, apa kau sadar saat kau pulang dalam keadaan mabuk berat, apa yang kau lakukan?” tanya Jessica.

“A-aku..”

“Kau sudah meniduriku, Luhan. Kau sudah menghilangkan keperawanan ku. Apakah kau sadar tadi pagi kau tak berpakaian saat bangun? Apa kau sadar, hah?!” kata Jessica lalu menangis.

Luhan segera memeluk Jessica erat,
“Aku sadar. Mianhe, jeongmal mianhe. Seandainya kau tidak kembali pada Kris, aku akan menikahimu.” ucapnya.

“Mana mungkin aku kembali padanya, babo! Aku sudah rela memberikan semuanya padamu. Jadi mana mungkin aku kembali padanya.” jawab Jessica sambil memukul dada Luhan.

“Jadi, kau juga mencintaiku?” tanya Luhan.

“Nde.” jawab Jessica.

Luhan tersenyum bahagia. Ia kembali memeluk Jessica erat. Beberapa kali di kecupnya kening Jessica dengan sayang.

“Tapi apa kau mau menikah dengan duda?” tanya Luhan.

“Jika cinta, mana mungkin memandang dari status.” jawab Jessica.

“Papa..”

Luhan melepaskan Jessica dari pelukannya. Ia menyambut kedatangan Lian yang baru pulang dari sekolahnya.

“Mengapa kalian berpelukan tadi?” tanya Lian.

“Lian, Papa punya kejutan untuk Lian.” ucap Luhan.

“Whats that?” tanya Lian penasaran.

“Sica Ayi akan menjadi Mama untuk Lian.”

Jessica terdiam. Ia berpikir mana mungkin Lian mau menerimanya. Ia tahu bahwa Lian sangat menyanyangi Hyomin, Mama-nya.

“Aku bahagia!” seru Lian.

Jessica membulatkan matanya. Aku pasti bermimpi, batinnya.

Lian meraih tangan Luhan dan menyatukannya ke tangan Jessica.

“Berjanjilah akan hidup bersama selamanya. Aku tidak ingin kehilangan siapa-siapa lagi.” ucap Lian.

Luhan tersenyum sembari membelai halus rambut Lian,
“Pasti. Papa akan menjaga Sica.” jawabnya.

Jessica tersenyum bahagia. Di peluknya kedua orang yang ia sayangi.

    ~The End~

Selesai juga! Seharusnya main cast-nya ini Krissica. Yah, tapi berhubung aku lagi mood sama Hansica, ya udah deh aku bikin. hehe XD

Oh ya, Cuma sekedar info, Kris & Jessica sekarang adalah my Daddy and Mommy. Dan Luhan adalah my Brother. Soalnya kata Faranisa Nadya dan Devi Kunying, Luhan itu anaknya Krissica. Jadi aku jadiin saudara ku deh. Daripada pacar? Ntar Kai mau dikemanain? *abaikan –”

Diminta kritik/komentarnya yah. Soalnya aku juga belum terlalu pinter bikin ff. Yah, semoga ini bisa memuaskan hati readers.

Next, ff Krissica “Little Misunderstanding” !!