Who I Love? (Chapter 6 – END)


Title : Who I Love?

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO’s Sehun as Oh Sehun
o EXO’s LuHan as Xiao Lu Han
o EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol

Support Cast :
o SNSD’s Seohyun as Oh Seohyun
o SNSD’s YoonA as Im Yoona
o EXO’s Baekhyun as Byun Baekhyun
o SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
o EXO’s Xiumin as Kim Minseok
o etc

Genre : Fluff, Romance, Friendship

Length : Series

who-i-love

    Poster © pearlshafirablue
    ***

“Jangan terlalu berharap kepadanya, Jessica-ya. Lihat dan tataplah lelaki yang selalu berada di sampingmu, bukan lelaki yang membuatmu bahagia dalam waktu sekejap,”

Kata-kata yang dilontarkan oleh Oh Sehun kemarin benar-benar membuat Jessica terus-menerus memikirkannya. Sehun berkata seolah-olah ada orang lain yang mencintai Jessica. Tetapi, siapa orang itu? Jessica masih tidak dapat bisa menyimpulkannya karena hal ini terlalu membingungkan untuknya.

“Baru kemarin Sehun berbicara sehangat itu. Dia bersikap sangat peduli kepadaku. Dia juga pernah menciumku. Tapi, apa mungkin Sehun mencintaiku? Atau orang yang Sehun maksud adalah Chanyeol?,” gumam Jessica.

Jessica mengacak-acak rambutnya prustasi. Hal ini lebih membingungkan dibandingkan pelajaran sejarah maupun matematika baginya. Jessica masih seorang gadis muda yang baru mempelajari tentang cinta. Tapi, mengapa Tuhan memberikan cinta serumit ini kepadanya?

“A-Aku menyukai Luhan sunbaenim. Tapi, aku merasa nyaman di dekat Sehun meskipun kami selalu bertengkar. Sedangkan dengan Park Chanyeol, aku sudah terbiasa diganggu olehnya. Jadi, kalau dia tidak menggangguku, rasanya sepi sekali,” ucapnya.

Jessica mengusap wajahnya kasar, “Apa yang harus aku lakukan? Dan sebenarnya, siapa yang ku cintai?,”

>>>

Luhan sedang berjalan masuk ke dalam kelasnya. Ia meletakkan tasnya dan duduk di samping Minseok. Minseok mulai mengajaknya mengobrol dengan topik ringan. Tetapi, Luhan lebih tertarik untuk melihat Yoona yang terlihat sangat mencurigakan.

Yoona tengah memasukkan isolasi besar berwarna hitam dan juga tali ke dalam tasnya. Luhan mengernyit bingung. ‘Untuk apa Im Yoona membawa benda seperti itu?’, batinnya.

Yoona berjalan keluar dengan tas miliknya. Luhan sebenarnya penasaran, tapi ia tak ingin menghampiri Yoona karena masih tak enak dengan penolakan dirinya kemarin kepada Yoona.

“Jadi, bagaimana menurutmu, Xiao Lu?,” tanya Minseok.

“Eh?,”

Minseok mendesis kesal, “Kau tak mendengarkanku?,” tanyanya.

Luhan tersenyum kaku, “Maaf. Bisa kau ulang dari awal?,”

>>>

Pelajaran telah dimulai sejak setengah jam yang lalu. Semua murid terlihat menikmati pelajaran di kelas itu. Namun, tidak dengan Jessica. Mendadak ia ingin buang air kecil.

Jessica berdiri, “Songsaenim, dapatkah saya pergi ke toilet?,” pintanya.

“Jung-ya ingin pergi ke toilet? Ku temani, ya?,” tawar Chanyeol.

PLETAKK!!

Chanyeol langsung mendapatkan tiga jitakan sekaligus dari Sehun, Baekhyun, dan Taeyeon. Disambut tawa ringan dari Seohyun.

“T-Tidak. Aku bisa sendiri,” jawab Jessica.

“Baiklah, Jessica-ssi. Silakan,” jawab guru itu.

Jessica membungkuk sopan dan keluar dari kelas tersebut. Sehun menatap kepergian Jessica dari kelas. Entah kenapa, perasaannya jadi tidak enak.

“Sehun-ah, kau baik-baik saja?,” tanya Seohyun.

Sehun mengangguk pelan, “Iya. Aku baik-baik saja,” jawabnya.

>>>

Tepat dengan perasaan buruk Sehun, Jessica tidak kembali ke kelas sampai waktu istirahat. Awalnya, Sehun berniat ingin menyusul. Tetapi, guru memberikan mereka tugas ekstra saat itu.

“Aku dan Seohyun akan mencoba mengecek di toilet,” ucap Taeyeon.

“Baiklah. Kami akan mencari di tempat lain,” ucap Sehun.

Kelima sahabat itu pun berpencar untuk mencari Jessica agar dapat mempersingkat waktu.

“Kenapa harus ke toilet? Bisa saja Sica tertidur di perpustakaan,” ucap Seohyun.

“Bagaimana kalau Jessica pingsan di toilet? Atau Jessica terkunci di toilet?,” tanya Taeyeon.

Seohyun menggeleng, “Jangan berkata seperti itu. Kau membuatku semakin cemas,” ucapnya.

Taeyeon menarik tangan Seohyun, “Cepat. Kita harus bergegas!,” serunya. Dan mereka pun berlari menuju toilet.

>>>

“Tidak ada di perpustakaan,” ucap Chanyeol.

“Biasanya kan dia tertidur disini,” ucap Sehun.

“Oh, no,” gumam Baekhyun sambil melihat ponselnya.

Sehun dan Chanyeol menatap Baekhyun bingung, “Ada apa?,” tanya Sehun.

“Taeyeon meminta kita ke toilet perempuan sekarang,” jawab Baekhyun.

“Jung-ya pasti sudah mereka temukan,” ucap Chanyeol senang.

Sehun pun segera berlari di ikuti Chanyeol dan Baekhyun. Entah mengapa, lari Sehun sangat kencang. Chanyeol dan Baekhyun sampai letih mengejarnya. Padahal Sehun tidak pandai dalam olahraga lari.

Sehun, Chanyeol, dan Baekhyun bingung karena toilet perempuan dipenuhi oleh banyak murid. Mereka bertiga pun menerobos masuk melalui murid-murid itu.

“SICA!!,”

“J-Jung-ya?,”

“Jessica-ya,”

Mereka bertiga melihat Jessica berada di dalam pelukan Seohyun. Wajahnya sangat pucat, napasnya tak beraturan, pergelangan tangannya merah sekali.

Sehun berjongkok dan memegang pipi Jessica, “Apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Kami menemukannya terkunci di toilet dalam keadaan tangan di ikat oleh tali dan mulutnya di plester oleh isolasi hitam,” jawab Taeyeon.

“APA??!!,” teriak Chanyeol dan Baekhyun kompak.

“Kita harus membawanya ke ruang kesehatan sekarang, Sehun-ah,” usul Seohyun.

Sehun mengangguk. Tanpa aba-aba, Sehun langsung menggendong Jessica dan keluar dari toilet perempuan di ikuti oleh teman-temannya. Murid-murid yang tadinya di situ pun mulai bubar. Termasuk senior tampan yang juga menyaksikan peristiwa itu.

“Yoona-ah, kau pelakunya, benar?,” gumamnya pelan sambil berjalan pergi.

>>>

Jessica terbaring lemah di atas ranjang di ruang kesehatan. Di sekelilingnya ada Sehun, Seohyun, Taeyeon, Chanyeol, dan Baekhyun. Mereka menemani Jessica bahkan melupakan waktu mulainya jam pelajaran kembali.

“Bagaimana perasaanmu? Sudah membaik?,” tanya Taeyeon.

Jessica mengangguk lemah, “Terima kasih sudah datang dan menyelamatkanku,” ucapnya.

“Sebenarnya, apa yang terjadi? Siapa yang melakukan ini padamu, Sica-ya?,” tanya Seohyun.

Jessica terdiam. Mulutnya ingin sekali memberitahu, tetapi tidak dengan hatinya. Jessica terlalu takut untuk memberitahu kejadian sebenarnya kepada teman-temannya. Ia tak ingin bermasalah lebih serius dengan si pelaku.

“Hey, ayo jawab,” pinta Sehun.

“Ah—Ngg—A-Aku tidak mengingat apapun. Sebelumnya, aku pingsan dan bangun. Ternyata aku sudah dalam keadaan seperti itu,” jawab Jessica berbohong.

Sehun menghela napas berat. Ia tahu betul kalau Jessica sedang berbohong. ‘Kau adalah pembohong yang buruk, Jessica Jung’, batinnya.

“Ya sudah. Yang penting Jessica selamat,” ucap Baekhyun lega.

“Setelah kejadian ini, aku berjanji akan selalu berada disampingmu, Jung-ya. Takkan ku biarkan siapapun melukaimu. Itu adalah janjiku,” ucap Chanyeol serius.

“Chanyeol-ah,” gumam Jessica tak menyangka.

Seohyun menatap Chanyeol dalam diam. Di dalam hatinya, ia merasa iri kepada Jessica. Chanyeol selalu memberikan perhatian lebih kepada Jessica. ‘Apakah aku benar-benar menyukai Chanyeol?’, batinnya.

“Aku juga akan menjagamu, Sica-ya. Tenang saja,” ucap Sehun hangat.

Jessica tersenyum senang, “Terima kasih, teman-teman,”

>>>

“Im Yoona!,”

Yoona yang sedang membaca buku dibawah pohon pun menoleh ke sumber suara. Ternyata Luhan berjalan ke arahnya. Yoona pun segera berdiri dan tersenyum manis kepada Luhan.

“Akhirnya kau menyapaku juga,”

“Tidak. Aku ingin berbicara serius padamu,” ucap Luhan serius.

Senyuman Yoona memudar, “A-Apa yang ingin kau bicarakan?,” tanyanya.

“Kau—pelakunya, kan?,” tebak Luhan.

Yoona langsung membeku di tempat. Meskipun Luhan tak memberitahu secara detail, tetapi Yoona sangat mengerti apa yang Luhan maksud.

Yoona tertawa paksa, “Kau berbicara apa, Luhan-ah? Pelaku apa?,” tanyanya.

“Tak usah berpura-pura kalau kau tak mengerti apa maksudku, Im Yoona. Aku melihat sendiri kau membawa tali dan isolasi hitam,” jawab Luhan.

Yoona langsung bersujud di kaki Luhan, membuat Luhan terperangah kaget dan bingung.

“Ya! Im Yoona! Apa yang kau lakukan?,”

“Maafkan aku, Luhan-ah. Aku melakukan ini karena aku cemburu. Aku tidak mau Jessica mendapatkanmu. Aku ingin hanya aku yang memilikimu,” ucap Yoona sambil menangis.

“Obsesimu padaku terlalu tinggi atau kau terlalu bodoh?,” tanya Luhan.

“Aku hanya gadis biasa yang mengharapkan balasan cintamu, Luhan-ah. Aku terlanjur dan terlalu mencintaimu. Apapun akan ku lakukan demi mendapatkanmu. Membunuh Jessica pun akan ku lakukan,”

“Kau sangat gila,”

“Ya. Aku memang gila. Karenamu, Xiao Lu Han,”

Bukannya marah atau pergi, Luhan malah mengeluarkan seringaiannya. Hal itu membuat Yoona mendongak dan menatap Luhan bingung.

“Kau tidak marah?,” tanya Yoona.

Luhan membungkuk dan menyamakan posisinya dengan Yoona, “Kau benar-benar ingin bersamaku?,” tanyanya.

Yoona mengangguk, “Tentu saja,” jawabnya.

“Dan kau akan melakukan apapun agar dapat bersamaku?,” tanya Luhan.

Yoona mengangguk mantap.

Luhan tersenyum misterius. Ia menangkup wajah Yoona dengan tangannya dan mulai melumat bibir Yoona. Tanpa menunggu, Yoona pun membalas lumatan dari Luhan. Untungnya tempat itu sangatlah sepi, jadi tak ada yang melihat mereka.

Luhan melepaskan ciuman panas itu dan menatap Yoona dalam, “Maukah kau melakukan sesuatu untukku?,” tanyanya.

“Tentu saja. Apapun yang kau mau, akan ku berikan dengan senang hati,” jawab Yoona.

Luhan tersenyum penuh kemenangan, “Bunuh Jessica untukku,” pintanya.

Yoona mengerjap kaget, “Kau serius? Bukankah kau—,” ucapan Yoona terputus saat Luhan meletakkan telunjuknya di bibir Yoona.

“Lakukan saja, jika kau mau bersamaku,” ucap Luhan.

Yoona mengangguk mantap, “Baiklah. Aku akan melakukannya untukmu,” ucapnya.

Minseok mengintip kejadian itu dari balik pohon. Ia mendengar semuanya. Kim Minseok hanya bisa menghela napas berat.

“Kasihan sekali kau, Yoona-ssi. Otakmu benar-benar telah dicuci oleh Luhan,” gumam Minseok pelan.

>>>

Sehun dan Seohyun baru saja pulang dari sekolah. Semenjak kejadian itu, Sehun meminta Jessica istirahat di rumah paling sedikit satu hari. Dan Jessica sama sekali tidak keberatan. Berada di rumah adalah tempat teraman bagi Jessica.

“Kami pulang,”

“Selamat datang,”

“Sica-ya, kondisimu sudah membaik?,” tanya Seohyun.

Jessica mengangguk, “Aku sudah dapat kembali beraktivitas,” jawabnya.

“Taeyeon, Baekhyun, dan Chanyeol titip salam kepadamu,” ucap Sehun.

“Mereka minta maaf tidak bisa menjengukmu karena mereka punya urusan pribadi,” tambah Seohyun.

Jessica tersenyum tipis, “Tidak apa-apa. Aku memakluminya, kok,” jawabnya.

Seohyun berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Sehun memilih untuk duduk di sofa. Jessica pun ikut duduk disampingnya.

“Kenapa kau tidak mau jujur?,” tanya Sehun.

“Eh?,” Jessica mengerjap bingung.

“Mumpung tidak ada siapa-siapa selain kita, lebih baik kau ceritakan padaku kejadian kemarin. Aku tahu kau mengetahuinya,” ucap Sehun.

“A-Aku—,”

Sehun menghela napas berat, “Apa aku harus memaksamu, eh?,”

“Apa?,”

Tanpa aba-aba, Sehun langsung mendekati Jessica. Jessica langsung mundur dan akhirnya ia terbaring di atas sofa dengan Sehun berada di atasnya. Wajah Jessica memerah panas karenanya.

“A-Apa yang k-kau lakukan?,” tanya Jessica gugup.

“Ceritakan padaku yang sebenarnya atau—,”

“A-Atau apa?, tanya Jessica takut.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Jessica, Sehun langsung mencium bibir Jessica. Mata Jessica membulat besar saat itu juga. Sehun mulai melumat bibir Jessica dengan lembut, memberikan sensasi yang nyaman untuk Jessica. Jessica pun mulai terbuai dengan ciuman lembut dari Sehun, dan mulai memejamkan matanya dan membalasnya secara lembut dan pelan. Keduanya begitu menikmati momen tersebut.

Namun, di dalam ciuman tersebut, pikiran Jessica jadi berputar. Di mulai dari Sehun bersikap dingin padanya, memarahinya, memeluknya, menciumnya, bersikap hangat padanya, memuji kecantikannya, dan memperhatikannya. Semua itu telah membuat Jessica yakin kalau Sehun benar-benar mencintainya. Mungkin awalnya memang buruk. Tetapi, Jessica sering menonton drama-drama di televisi kalau cinta itu berawal dari benci. Dan Jessica telah merasakan hal itu. Jessica awalnya sangat membenci Sehun, begitu pula sebaliknya. Dan sekarang, setiap berada di dekat Sehun, jantung Jessica berdetak sangat cepat, wajahnya memerah, dan bahkan ia merasa nyaman berada di dekat Sehun.

‘Apakah aku mencintai Sehun?’

Sehun melepaskan ciumannya pada Jessica dan mengatur napasnya, begitu pula dengan Jessica.

“Kau tidak menyerah? Kau tidak mau mengatakan yang sebenarnya padaku?,” tanya Sehun.

“Aku tidak bisa mengatakannya,” jawab Jessica.

“Kenapa?,” tanya Sehun.

Jessica melingkarkan tangannya di leher Sehun, membuat Sehun terperanjat kaget. Tak pernah Jessica melakukan hal seperti ini. Apalagi, Sehun tahu kalau Jessica menyukai Luhan, bukan dirinya.

“Lebih baik, kita melupakan kejadian kemarin,” jawab Jessica.

“J-Jessica-ya-hmm!,” kalimat Sehun terputus saat Jessica menarik lehernya dan mencium bibir Sehun. Sehun tak menyangka, kali ini Jessica lah yang memintanya. ‘Apakah Jessica juga mencintaiku?’, batinnya.

“Ahem!,”

Keduanya saling melepaskan ciuman mereka dan menatap ke sumber suara. Mereka melihat Seohyun berkacak pinggang sambil menatap mereka kesal.

“Kalian ini tidak jera, ya? Kalian ingin mendapatkan hukuman lagi?,” tanya Seohyun.

“TIDAK!!,” jawab mereka serempak lalu segera berlari ke kamar masing-masing.

Seohyun tersenyum melihat tingkah mereka yang begitu kompak, “Ah! Mereka benar-benar cocok. Tapi, aku tak bisa membiarkan mereka berciuman terus. Takutnya nanti mereka akan berakhir di ranjang sungguhan. Ah, mereka kan harus lulus sekolah dulu baru menikah dan punya anak. Tidak boleh sekarang!,” serunya.

>>>

“Jadi, kalian berpacaran?,” tanya Taeyeon.

“T-Tidak!,” bantah Jessica dan Sehun kompak.

“Bohong. Aku melihat sendiri mereka berciuman panas sambil bertindih-tindihan di atas sofa. Kalau tidak ku cegat, pasti Jessica sudah hamil sekarang,” ucap Seohyun.

“KAU BERLEBIHAN!!,” teriak Jessica dan Sehun kesal.

“Sudahlah. Akui saja kalau kalian itu berpacaran,” ucap Baekhyun.

“Tidak bisa! Sehun belum menyatakan cintanya padaku,” ucap Jessica.

“Oh, jadi kau ingin Sehun menyatakan cintanya kepadamu?,” goda Taeyeon.

Wajah Jessica langsung memerah seperti kepiting rebus, “T-Tidak kok!,” bantahnya.

“Sehun-ah, kenapa kau tidak menyatakan cintamu pada Jung-ya? Bukankah kalau dua orang berciuman itu sudah jelas saling menyukai?,” tanya Chanyeol.

“Kau tidak cemburu?,” tanya Baekhyun.

“Ah, tidak. Jika Jung-ya senang, aku pun juga senang,” jawab Chanyeol.

Seohyun tersenyum senang mendengar jawaban dari Chanyeol.

“Sehun-ah, tunggu apa lagi? Ayo nyatakan cintamu pada Jessica!,” seru Baekhyun.

“A-Aku—,”

“Selamat pagi,”

Keenam sahabat itu menoleh ke sumber suara, “LUHAN?!!,” pekiknya.

“Apa yang kau lakukan di kelas kami, sunbaenim?,” tanya Taeyeon.

“Aku ingin berbicara dengan Jessica sebentar. Bisa, kan?,”

“T-Tentu saja,” jawab Jessica. ‘Jika aku bersama Luhan sunbaenim, Yoona sunbaenim tidak akan menggangguku. Dia takkan berani melakukan itu’, batinnya.

Sehun menahan Jessica, “Mau ku temani?,” tawarnya.

“Tidak perlu. Aku kan bersama Luhan sunbaenim,” jawab Jessica.

Luhan dan Jessica pun keluar dari kelas tersebut. Luhan berjalan di depan dan Jessica mengikuti dari belakang. Jauh sekali mereka berjalan hingga menuju ke belakang sekolah. Jessica merasakan firasat buruk di pikirannya.

“A-Apa yang sebenarnya ingin kau bicarakan, Luhan sunbaenim?,” tanya Jessica.

“Aku ingin memberitahumu tentang rahasia antara keluargaku dengan keluarga Oh,” jawab Luhan.

‘Keluarga Oh? Keluarga Sehun, kan?’, batin Jessica.

“Kau pasti sering dilarang oleh Sehun untuk berbicara maupun dekat denganku,” ucap Luhan.

“Benar,” jawab Jessica.

“Ayahku adalah seorang psikolog terkenal. Beliau bekerja sama dengan perusahaan milik ayah Sehun. Kerja sama mereka terbilang baik dan sangat untung. Suatu hari, perusahaan milik ayah Sehun bangkrut. Ayahku dituduh karena menjadi penyebab kebangkrutan ini karena ayahku telah menghipnotis ayah Sehun dan karyawan-karyawannya. Ayahku pun di hukum masuk penjara selama lima belas tahun. Setelah kepergian ayahku, anehnya perusahaan mereka kembali memuncak. Ayahku mencoba kabur hanya untuk memberikan ucapan selamat, namun ayahku di bunuh oleh penjaga ayah Sehun. Semenjak itulah, keluargaku dan keluarganya tidak akur. Satu tahun kemudian, orangtua Sehun kecelakaan. Kami merasa sangat senang karena ayah Sehun telah mendapatkan balasannya. Tapi, aku belum puas karena Sehun masih ada di dunia ini. Aku tidak berniat untuk membunuhnya, menurutku membunuh itu tidak menyiksa batinnya. Aku ingin membuat ia kehilangan orang yang ia sayangi seperti aku kehilangan ayahku,” ucap Luhan.

“Dia sudah kehilangan ayahnya. Kalian sama sekarang, kan?,” tanya Jessica.

“Tidak. Dia tidak merasakan kepedihan seperti yang aku rasakan. Dia tidak merasakan seperti aku harus menunggu ayahku sekian tahun untuk melihatnya keluar dari sel tahanan. Ku pikir setelah beliau kabur, aku akan membawanya pergi dari Seoul dan kembali ke Beijing dan aku bisa selalu bersamanya. Tapi, ternyata aku salah. Beliau sudah tak bernyawa. Hebat, kan, keluarga Oh itu?,” ucap Luhan sambil tertawa.

“S-Sunbaenim,” gumam Jessica takut.

“Maafkan aku, Jessica-ssi. Aku membuatmu terlibat dalam masalahku. Tapi, aku melakukan ini karena aku tahu Sehun sangat mencintaimu, melebihi cintanya pada Seohyun,” ucap Luhan.

“Maksudmu, kau ingin membunuhku?,” tanya Jessica tak percaya.

Luhan menggeleng, “Bukan, bukan aku. Tapi—,”

“AKU!!,” teriak Yoona yang baru saja keluar dari balik pohon dengan pedang di tangannya dan mengarahkannya ke Jessica, namun..

Pedang lain menghalangi pedang milik Yoona. Dan pengendali pedang itu adalah Oh Sehun yang berada di depan Jessica sekarang.

“Sehun-ah,” gumam Jessica senang.

“Minggir kau, Oh Sehun!,” perintah Yoona.

“Jangan sentuh kekasihku,” ucap Sehun, yang langsung membuat Jessica kaget.

Sehun dan Yoona pun mulai bertarung dengan pedang mereka. Meskipun Yoona seorang perempuan, tetapi permainan pedangnya tak terkalahkan.

Luhan berdecak kesal melihat kejadian ini. Baru saja ia ingin membunuh Jessica dengan tangannya sendiri, namun Minseok menahannya.

“Hyung?,” pekik Luhan kaget.

“Hentikan kekonyolan ini, Luhan-ah,” pinta Minseok.

“Tidak. Dia harus merasakan apa yang ku rasakan,” ucap Luhan.

“Tapi, kau berlebihan, Xiao Lu Han! Kau gila! Dendam telah membutakan matamu!,” bentak Minseok.

“Aku tidak peduli. Lepaskan aku atau kau terlibat dalam pertarungan ini?,”

“Hentikan!,”

Semuanya menoleh ke sumber suara. Ternyata sekumpulan polisi telah datang di ikuti Taeyeon, Baekhyun, Chanyeol, dan Seohyun.

“Xiao Luhan! Im Yoona! Kalian kami tangkap,” ucap ketua dari polisi itu.

“Apa?,” pekik Luhan dan Yoona.

Mereka berdua pun di borgol oleh polisi-polisi itu.

“Aku tidak akan di penjara, kan?,” tanya Yoona.

“Kau akan di penjara karena kau telah berniat membunuh orang,” jawab polisi itu.

“Luhan-ah,” gumam Minseok.

“Tidak apa-apa, hyung. Kau benar. Dendam telah membutakan mataku,” ucap Luhan.

Luhan dan Yoona pun dibawa oleh sekelompok polisi itu. Minseok menghela napas berat dan tersenyum tipis. ‘Semoga dengan begini, kau bisa berubah menjadi Luhan yang ceria seperti dulu’, batinnya.

“Syukurlah kau baik-baik saja, Sica-ya,” ucap Seohyun seraya memeluk Jessica.

“Bagaimana kalian bisa ada disini?,” tanya Jessica.

“Sehun penasaran dan mengajak kami untuk mengikutimu,” jawab Baekhyun.

“Aku tak menyangka Luhan sunbaenim ingin membunuhku. Ternyata, selama ini dia—,”

“Maaf. Ini semua salahku. Karena ayahku, aku dan Luhan menjadi musuh. Padahal saat kecil, aku dan Luhan adalah sahabat,” ucap Sehun.

“Kau tidak salah, Sehun-ssi. Luhan yang salah. Ia tak mengetahui cerita yang sebenarnya,” ucap Minseok.

“Minseok sunbaenim?,”

“Sebenarnya, ayah Luhan lah yang salah. Ayahku mengetahui cerita yang sebenarnya dan memberitahuku tapi beliau memintaku untuk tak memberitahu Luhan,” ucap Minseok.

“Jadi, bagaimana cerita yang sebenarnya?,” tanya Jessica.

“Ayah Luhan memang bersalah. Pertama, beliau menghipnotis ayah Sehun dan seluruh karyawannya lalu mengambil uang milik perusahaan. Kedua, beliau kabur dari penjara untuk balas dendam pada ayah Sehun. Hampir saja beliau menusukkan pisau ke perut ayah Sehun kalau saja penjaga tidak menghentikannya dan menusuk balik ke perut beliau. Sayangnya, setelah kejadian itu, keluarga Oh maupun keluarga Xiao menutup rapat cerita ini. Cerita yang Luhan ceritakan padamu tadi adalah cerita yang dibuat-buat oleh masyarakat saja,” jawab Minseok.

“Jadi, begitu,” gumam Sehun.

“Terima kasih, sunbaenim. Kau sangat baik,” ucap Jessica.

“Tidak masalah. Dan, untuk Sehun-ssi,”

“Ya?,” sahut Sehun.

“Jaga kekasihmu. Jangan sampai hal ini terulang lagi,” ucap Minseok.

Sehun tersenyum, “Pasti!,” jawabnya.

“Eh? Siapa yang kau sebut kekasihmu?,” tanya Jessica tak terima.

“Tentu saja kau. Memangnya siapa lagi?,”

Wajah Jessica memerah, “T-Tapi, kau kan tidak menyatakan cinta kepadaku. Lagi pula, aku tidak bilang kalau aku mau menjadi kekasihmu,” ucapnya.

“Apakah caramu menciumku kemarin bukan berarti kau juga mencintaiku, eh?,” goda Sehun.

Wajah Jessica semakin memerah, “Apa? Ya! Kau ini!,” ia pun memukuli lengan Sehun. Sedangkan Sehun menanggapinya dengan tertawa. “Apa yang lucu?,” protes Jessica karena Sehun tak henti tertawa.

Taeyeon dan Baekhyun saling merangkul dan tertawa. Sedangkan Chanyeol dan Seohyun saling melemparkan senyuman. Minseok menghela napas lega karena semuanya telah berakhir. Kini, Minseok yakin, Sehun dan Luhan bukan lagi musuh seperti dulu. Sehun pasti mau memaafkan Luhan.

    END

Jaaaaaa~! Fic ‘gaje’ gue akhirnya selesai. Jangan lupa komentarnya, ya?

(Request FF) – Love Rival


Title : Love Rival

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO’s LuHan as Xiao Luhan
o SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun
o SNSD’s YoonA as Im Yoona

Support Cast :
o EXO’s Kris as Kris Wu
o EXO’s Sehun as Oh Sehun
o EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol
o SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
o SNSD’s Sooyoung as Choi Sooyoung
o etc

Genre : School-life, Friendship, Romance

Length : Oneshot

A/N : Fic ini merupakan ‘Request FF’ dari Jessie. Hopefully you like this story! It’s for you and my lovely readers. Enjoy^^

    ***

Suatu hari, di sebuah sekolah seni terpopuler di Korea Selatan—School of Performing Art—, ada tiga murid perempuan yang sangat populer bahkan tidak hanya di sekolah itu saja, tetapi mereka juga terkenal di seluruh sekolah di Korea Selatan. Mereka bertiga adalah puteri dari tiga konglomerat besar di Korea Selatan. Kecantikan mereka juga membuat semua orang berdecak kagum dan para murid lelaki tiada henti mengejar mereka. Mereka bertiga adalah Jessica Jung, Im Yoona, dan Seo Joohyun.

“I-Itu Jessica, Yoona, dan Joohyun telah tiba!,” seru seorang murid lelaki.

Para murid lelaki yang tadinya berada di dalam sekolah pun segera berlari ke halaman sekolah untuk menyambut tiga murid pujaan mereka itu.

Seperti biasa, Jessica berjalan paling depan dengan kecantikan mematikannya. Meskipun Jessica hanya sibuk memainkan tabletnya dan mengenakan earphone di sepasang telinganya tanpa memandang para penggemarnya itu, Jessica sudah berhasil membuat jantung para penggemarnya berdebar-debar. Dibelakangnya, Yoona dan Joohyun berjalan mengekorinya. Seperti biasa, Yoona dengan kecantikannya yang menyegarkan memasang senyuman ramahnya kepada para murid lelaki itu, sedangkan Joohyun berjalan disamping Yoona dengan menunduk malu. Meski begitu, Joohyun tetap dipuja oleh para penggemarnya. Meskipun di antara mereka bertiga, Joohyun lah yang paling sedikit memiliki penggemar.

Jessica, Yoona, dan Joohyun berjalan menuju kelas mereka di ikuti para penggemar mereka. Hal itu membuat para murid perempuan sangat iri dan kesal.

“Ah, lihat. Tiga tuan puteri telah tiba,” ucap Yuri—salah satu dari murid perempuan yang membenci Jessica, Yoona, dan Joohyun—kesal.

Sooyoung—sahabat Yuri—menghela napas kasar, “Mengapa hanya mereka memiliki kecantikan dan kekayaan yang begitu besar? Dunia ini sungguh tidak adil,” ucapnya tak kalah kesal dan iri.

“JESSICA-YA~!!!!,” teriak seorang murid lelaki bertubuh tinggi yang baru saja keluar dari ruang kelasnya seraya menghampiri Jessica bersama kedua sahabatnya itu.

“My Channie!,” pekik Sooyoung kesal.

“Ya! Jangan menghalangi jalanku, Park Chanyeol!,” bentak Jessica seraya memasukkan tablet dan earphone miliknya ke dalam tas.

“Aku kan hanya ingin menyambut kedatangan tuan puteri ku yang cantik ini,” ucap Chanyeol.

Jessica memutar bola matanya, “Jika kau masih menghalangi jalanku, akan ku pastikan ini adalah pertemuan terakhir kita,”

Chanyeol tersentak kaget, “Apa? T-Tidak! Oke, aku akan pergi. Sampai jumpa, sayang!, ucapnya lalu segera pergi dari hadapan Jessica.

“Sayang, sayang. Seenak jidatnya saja memanggilku dengan panggilan seperti itu,” gerutu Jessica kesal, lalu kembali berjalan.

Yoona hanya terkekeh pelan lalu mengikuti Jessica bersama Joohyun.

>>>

Jessica dan Yoona duduk berdua, sedangkan di belakang mereka adalah tempat Joohyun. Joohyun duduk hanya sendiri saja karena Joohyun merupakan tipe gadis pendiam dan pemalu. Meski begitu, Joohyun merupakan murid terpintar di sekolahnya. Jessica dan Yoona selalu bergantung padanya jika mereka harus bertemu dengan pelajaran yang sulit.

Tepat di sebelah kanan tempat Jessica dan Yoona, ada dua murid lelaki terpopuler di sekolah seni tersebut. Mereka adalah Kris Wu dan Oh Sehun. Sebenarnya, Park Chanyeol juga murid lelaki terpopuler di sekolah tersebut dan dia adalah sahabat dari Kris Wu dan Oh Sehun. Hanya saja Chanyeol dan Kris sering bertengkar karena mereka sama-sama menyukai Jessica, sedangkan Sehun sangat menyukai Yoona. Oh ya, Park Chanyeol juga berada di kelas yang berbeda dengan mereka.

Sedari tadi dan seperti biasa, Kris dan Sehun sedang memandangi pujaan hati mereka—Jessica dan Yoona. Mungkin jika murid perempuan lain yang dipandang seperti itu akan bahagia. Tapi, tidak dengan Jessica dan Yoona. Terutama Yoona yang sangat dan selalu merasa risih jika dipandangi oleh Sehun.

“Sica-ah, aku sangat merasa tidak nyaman dengan posisiku sekarang. Bisa bertukar tempat?,” bisik Yoona.

Jessica meletakkan buku yang ia baca ke meja dengan sedikit keras, lalu menatap sahabatnya itu. “Ini sudah kesekian-kalinya kau berkata seperti itu, Yoona-ah. Kau tidak perlu mempedulikannya. Anggap saja dia itu adalah sebuah bongkahan es yang baru saja di buang ke jurang terdalam di seluruh dunia,” balasnya, lalu kembali membaca bukunya.

Yoona mendesis kesal, “Imajinasimu terlalu buruk, Jessica Jung,” cibirnya.

“S-Su-Sudahlah, Yoona-ssi, Jessica-ssi. Kalian jangan b-bertengkar,” ucap Joohyun yang berada di belakang mereka.

“Aku dan Jessica tidak sedang bertengkar, Seo Joohyun. Apa kau tak mengerti?,” tanya Yoona lembut seperti biasa. Yoona memang tidak pernah bersikap tidak ramah kepada semua orang kecuali kepada Jessica.

Joohyun menunduk, “M-Maafkan aku, Yoona-ssi,” ucapnya.

Yoona tersenyum manis, “Kau ini selalu saja meminta maaf. Padahal kau tidak salah apa-apa. Dan juga, kau selalu memanggilku dan Jessica dengan formal. Kita ini kan sahabat? Tidak perlu seformal itu,” ucapnya.

“M-Maaf. A-Aku merasa nyaman seperti itu,” ucap Joohyun.

Yoona menghela napas kecil, “Baiklah. Jika itu membuatmu nyaman, Joohyun-ah,” ucapnya.

Joohyun tersenyum lega. Yoona memang selalu mengerti akan dirinya. Tidak seperti Jessica yang selalu tidak peduli dengan keadaan. Meski begitu, Joohyun tetap sangat menyayangi Jessica. Karena keluarga Jessica lah yang membantu bisnis keluarganya tetap memuncak. Dan Jessica sendiri yang meminta kepada orangtuanya untuk membantu bisnis keluarga Joohyun.

“Oh! Yoona-ku sangat baik hati. Seperti malaikat!,” seru Sehun.

“Kau ini sepertinya telah tertular oleh Chanyeol, ya? Sikapmu sangat menjijikan sekali,” komentar Kris.

“Aku tidak akan bersikap seperti ini di depan Yoona. Aku tahu, aku harus tetap menjaga image-ku. Lagi pula, kau yang selalu bersikap sok keren tetap tidak di lirik oleh Jessica,” ucap Sehun.

Kris langsung memukul kepala Sehun, “Kau ini bicara apa? Itu artinya, Jessica adalah tipe gadis terhormat. Ia tidak mudah tergoda dengan berbagai macam lelaki, meskipun dengan lelaki tampan seperti aku sekalipun,” ucapnya.

Sehun mengusap kepalanya, “Iya. Iya. Gadis pujaanmu memang luar biasa. Aku saja merasa pesimis jika disuruh untuk mendapatkannya,” ucapnya.

“Tentu saja kau pesimis. Kau kan tidak tampan seperti aku,” ucap Kris percaya diri.

Sehun hanya diam dengan raut wajah kesalnya. Di dalam hati, ia sedang sibuk mengutuki sahabatnya itu.

Tiba-tiba, seorang guru masuk di ekori seorang murid lelaki asing di kelas itu. Meskipun asing, tetapi semua murid perempuan langsung berteriak histeris melihat wajah murid lelaki itu. Termasuk Jessica dan Yoona sekalipun. Tapi, tidak dengan Joohyun. Well, she’s shy girl, isn’t? Tapi, di dalam hati, Joohyun sangat mengagumi lelaki itu.

“Dia tampan,” gumam Joohyun pelan.

“Manisnya!,” seru Yoona.

“A-Aku tidak pernah melihat lelaki sesempurna dia,” ucap Jessica grogi.

Melihat dua murid perempuan terpopuler itu juga terpikat, semua murid laki-laki maupun perempuan di kelas tersebut menghela napas berat. Bagi para lelaki, mereka merasa semakin jauh untuk menggapai idola mereka. Sedangkan bagi para perempuan, mereka merasa sangat tersaingi oleh dua murid cantik itu.

“Bisa tenang sebentar? Jika tidak, kalian tidak akan mengetahui identitas murid baru kita ini,” ucap guru itu.

Semua murid pun tenang dalam sekejap. Meskipun ada sedikit terdengar helaan napas berat dari para lelaki.

“Selamat pagi, semuanya. Nama saya Xiao Luhan. Kalian boleh memanggil saya Luhan. Saya adalah murid pindahan dari China. Saya harap, kita bisa berteman baik. Terima kasih,” ucap murid lelaki itu memperkenalkan diri.

“Nah, Luhan-ssi, kau boleh duduk di kursi yang kosong,”

“Baiklah,”

“Yoona-ah, cepat kau pindah tempat ke belakang. Kau duduk dengan Joohyun saja,” perintah Jessica.

“Enak saja. Kau saja yang pindah. Jadi, Luhan bisa duduk disampingku,” balas Yoona.

“Apa? Beraninya kamu!,”

“Memangnya aku takut padamu?,”

Kedua sahabat itu pun bertengkar. Kris dan Sehun mencoba melerai. Murid-murid lainnya mulai mengadakan taruhan dan berteriak mendukung salah satunya. Sedangkan guru yang berada di depan hanya bisa geleng-geleng kepala.

Luhan melewati sekumpulan murid-murid yang asik menonton pertengkaran antara Jessica dan Yoona lalu duduk disamping Joohyun. Joohyun terperangah saat Luhan sudah duduk disampingnya.

“K-Kau duduk di-disini?,” tanya Joohyun gugup.

“Iya. Boleh, kan?,” balas Luhan dengan senyuman terbaiknya.

Wajah cantik Joohyun memerah seperti kepiting rebus. Hal itu membuat Luhan mengacak-acak rambut Joohyun dengan gemas. Joohyun pun merasa semakin panas dan salah tingkah.

“Kau itu manis sekali. Aku jadi tertarik,” ucap Luhan.

“Eh?,”

Joohyun menundukkan kepalanya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia harap, Luhan tidak mendengar suara jantungnya tersebut.

>>>

Waktu istirahat telah tiba. Semua orang melakukan aktivitas mereka masing-masing. Jessica dan Yoona memilih makan di kantin, sedangkan Joohyun memisahkan diri dengan pergi ke perpustakaan.

“Uh, ini semua karena kau, Yoona-ah. Luhan jadi harus duduk dengan Joohyun. Padahal, aku tahu sekali kalau Luhan itu sangat menginginkan duduk disampingku. Dari awal dia masuk kelas, dia selalu memperhatikanku. Aku tahu dia sangat mengagumi kecantikanku,” ucap Jessica.

Yoona memutar bola matanya, “Luhan itu tidak sedang memandangmu. Matamu saja yang rabun. Jelas sekali kalau Luhan itu memandangiku dan terpesona oleh kecantikan alamiku, bukan dengan kecantikan make-up mu itu,” balasnya.

“APA? KECANTIKANKU INI ALAMI, NONA BERTUBUH KURUS!,” teriak Jessica kesal.

“KECANTIKANKU LEBIH ALAMI, NONA BERTUBUH PENDEK!,” teriak Yoona tak kalah kesal.

“Sudah, sudah! Jangan bertengkar demi memperebutkanku, Sica-ya, Yoona-ssi!,” ucap Chanyeol.

“SIAPA YANG MEMPEREBUTKANMU???!!,” teriak Jessica dan Yoona kepada Chanyeol hingga lelaki bertubuh tinggi itu harus terpental(?) ke lantai.

“Dasar, si bodoh itu,” cibir Kris.

“A-Aku tidak akan bersikap sepertinya lagi,” ucap Sehun takut.

Yuri tertawa senang melihat kejadian itu, “Ini kejadian langka. Dua sahabat bertengkar. Aku merasa berada di surga,” ucapnya.

Tapi, tidak dengan Sooyoung. Gadis itu sedang menggigit baju seragamnya dengan raut wajah sedih, “My Channie! Kasihan sekali dia harus menjadi korban angin puting beliungnya Jessica-ssi dan Yoona-ssi,” ucapnya.

Yuri menatap sahabatnya itu aneh, “Imajinasimu terlalu buruk, Sooyoung-ah,”

>>>

Joohyun sedang membaca buku sejarah di perpustakaan. Tiba-tiba, ia merasa seseorang duduk disampingnya. Dengan takut, Joohyun menoleh perlahan.

“Lu-Luhan-hmmm!,” hampir saja Joohyun berteriak keras jika Luhan tidak membungkam mulut gadis cantik itu. Bukan apa-apa, hanya saja Luhan tidak ingin mereka berdua dimarahi oleh penjaga perpustakaan lalu di usir.

Dengan perlahan, Luhan melepaskan dekapan tangannya di mulut Joohyun. Joohyun kini sangat malu karena bibirnya baru saja disentuh oleh telapak tangan yang lembut milik Luhan.

“M-Maaf,” ucap Luhan.

“T-Tidak. A-Aku yang seharusnya me-meminta ma-maaf,” ucap Joohyun.

Luhan tersenyum, dan bagi Joohyun itu adalah senyuman terindah yang pernah ia lihat. Luhan mengacak rambut Joohyun pelan, “Kau sangat menggemaskan. Berbeda dengan gadis yang lain. Aku jadi semakin tertarik,”

“Eh?,” dan wajah Joohyun kembali memerah.

“Nah, wajah memerahmu muncul lagi. Sepertinya wajahmu yang seperti ini akan menjadi wajah favoritku. Boleh ku foto?,”

Joohyun menggeleng cepat, “T-Tidak boleh. M-Maaf,”

Luhan tertawa pelan, “Aku hanya bercanda kok. Dan, jangan berkata maaf terus. Aku bosan mendengarnya,” ucapnya.

Joohyun menundukkan wajahnya. Ia sangat malu dengan lelaki di hadapannya itu. Seolah-olah, Luhan datang dan memberikan banyak harapan untuknya. Dan Joohyun tak ingin hanya sekedar harapan.

>>>

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Joohyun dan Luhan semakin dekat saja. Meskipun Joohyun memang selalu gugup jika berada di dekat Luhan. Sedangkan Jessica dan Yoona tidak berhenti bertengkar dan mencoba berbagai cara untuk mendekati Luhan. Tetapi, Luhan selalu menanggapinya dengan bercanda.

“Argh! Susah sekali mendapatkan Luhan. Aku tak percaya Luhan tak luluh padaku,” gerutu Jessica kesal.

“Aku juga tidak percaya. Padahal aku selalu bersikap ramah padanya. Biasanya, kan, setiap lelaki menyukai tipe gadis yang ramah,” ucap Yoona.

“Tidak semua lelaki menyukai tipe gadis ramah. Buktinya, penggemarku lebih banyak darimu. Padahal kan aku selalu bersikap dingin pada mereka,” ucap Jessica.

“Iya, iya. Terserah apa katamu saja. Aku lelah bertengkar denganmu setiap hari,” ucap Yoona.

Jessica menghela napas berat, “Aku juga. Tapi, menurutmu, apakah ada yang aneh dengan Joohyun?,”

“Kau juga berpendapat seperti itu?,” tanya Yoona.

Jessica mengangguk, “Dia menjadi sering memisahkan diri dengan kita. Padahal, ia tak pernah seperti itu sebelum Luhan datang,”

“Dan anehnya, di saat yang sama, Luhan juga tidak ada,” ucap Yoona.

Jessica menggigit bibirnya, “Jangan bilang kalau mereka..,”

Yoona menggeleng cepat, “Tidak! Tidak mungkin Joohyun mengkhianati kita,” ucapnya.

Jessica mendesis, “Mungkin saja, kurus. Kau saja mau mengkhianatiku demi mendapatkan Luhan, apalagi Joohyun,” ucapnya.

“Tapi, Joohyun bukan tipe yang seperti itu. Lagi pula, Joohyun tidak pernah tertarik pada lelaki,” ucap Yoona.

“Tentu saja kita tidak tahu. Joohyun itu kan jarang sekali mau bercerita kepada kita. Apalagi tentang perasaannya,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk pelan, “Benar juga, ya,” ucapnya setuju, “Jadi, kita harus bagaimana?,” tanyanya.

“Ya, bagaimana lagi? Tentu saja kita harus memastikan kebenarannya besok,” jawab Jessica.

>>>

Joohyun sedang membaca buku di kantin. Tetapi, ia tak bisa senyaman biasanya karena kedua sahabat yang ada dihadapannya itu sedang menatapinya dengan tatapan tajam mereka. Joohyun bergedik ngeri, apalagi ia baru pertama kali melihat Yoona bersikap seperti itu kepadanya.

“T-Teman-teman, a-ada apa?,” tanya Joohyun takut.

“Tell the truth,” Jessica mendekatkan wajahnya sedikit ke wajah Joohyun, “Are you like Luhan?,” tanyanya.

Seketika Joohyun membeku saat itu juga. Ia tak dapat mengeluarkan satu kata pun.

“Hm. Right. Seo Joohyun likes Luhan. See, Im Yoona? Dugaanku selalu benar,” ucap Jessica.

“A-Aku—,”

“Joohyun-ah, aku tidak percaya. Ternyata kau lebih jahat dari Jessica. Kau mengkhianatiku secara diam-diam. Ku pikir sainganku hanya Jessica, ternyata kau juga turut serta. Bahkan selama ini, kau lah yang paling dekat dengan Luhan,” ucap Yoona kecewa.

“Yoona-ssi, a-aku tidak—,”

“Tidak perlu mengelak, Seo Joohyun! Kalau kau menyukai Luhan, mengapa kau tak pernah mengatakannya kepada kami? Kalau kami mengetahuinya, kami kan bisa membantumu untuk mendapatkannya,” ucap Jessica.

“Eh?,” Joohyun mengerjap bingung.

Yoona dan Jessica saling memandang, dan seketika tertawa lepas.

“Astaga! Aktingmu benar-benar jelek, kurus,” ucap Jessica di sela tawanya.

“Kau pikir aktingmu bagus, pendek?,” balas Yoona di sela tawanya.

“K-Kalian—,”

“Jangan mengira kalau kami marah padamu, Joohyun-ah. Kami tahu kalau kau tak pernah merasakan cinta. Jadi, kami merasa senang sekali saat mengetahui Joohyun kami sudah jatuh cinta pada lelaki di sekolah ini,” ucap Yoona.

“Kalian tidak marah?,” tanya Joohyun takut.

“Sebenarnya kami marah karena kau tidak terang-terangan mengatakan hal ini kepada kami. Tapi, kami tahu kau sangat tertutup bahkan kepada sahabat-sahabatmu. Jadi, kami memakluminya,” jawab Jessica.

“Lagi pula, kami tidak mempermasalahkan siapa yang akan mendapatkan Luhan. Yang terpenting, kita tetap bersahabat. Lelaki di dunia ini kan banyak. Aku dan Jessica memiliki banyak penggemar. Jadi, tidak ada yang perlu di khawatirkan,” ucap Yoona.

Joohyun menunduk, “Tidak. Kalian salah,” ucapnya.

Jessica dan Yoona menatap Joohyun bingung, “Apa maksudmu?,” tanya mereka serempak.

“Sebenarnya..,”

“Joohyun-ah,” panggil Luhan.

Joohyun menoleh dengan malu-malu, “A-Ada apa, Luhan-ssi?,” tanyanya.

Luhan terlihat gelisah sendiri, “Aish. Aku harus jujur atau tidak, ya?,” gumamnya.

Joohyun mendengar jelas gumaman lelaki yang ia kagumi itu. Jantung Joohyun semakin berdebar kencang. ‘Jangan katakan kalau Luhan-ssi ingin menyatakan cinta kepadaku?’, batinnya.

“Joohyun-ah, kita sudah cukup akrab, kan?,” tanya Luhan.

“I-Iya,” jawab Joohyun gugup.

“Boleh aku jujur padamu?,” tanya Luhan.

‘Bagaimana ini? Aku belum siap menjadi kekasih Luhan-ssi. Aku juga belum siap menjadi love rival Jessica-ssi dan Yoona-ssi’, batin Joohyun bingung.

Luhan menghela napas berat, “Sebenarnya, sejak aku masuk sekolah ini, aku sudah jatuh cinta pada—,”

Joohyun menggigit bibirnya sambil memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas-remas rok yang ia kenakan.

“—Jessica,”

Joohyun tersentak kaget. Ia menatap Luhan tak percaya, “A-Apa?,”

“Dia memiliki kecantikan yang luar biasa. Aku sampai tidak tahan untuk menatapnya. Padahal, aku ingin sekali duduk disampingnya. Tapi, ia duduk bersama orang lain dan hanya tempatmu yang tersisa. Tapi, di saat itu juga, aku merasa nyaman denganmu meskipun kau terlalu kaku. Ku pikir kita sangat cocok menjadi teman. Terlebih lagi, kau adalah sahabat Jessica. Jadi, menurutku, aku bisa mencari tahu banyak hal tentang Jessica darimu,” ucap Luhan panjang lebar.

Joohyun masih syok. Ternyata dugaannya selama ini salah. Luhan menyukai Jessica, bukan dirinya maupun Yoona.

Luhan menggenggam kedua tangan Joohyun, “Kau mau membantuku agar aku bisa berpacaran dengan Jessica, kan?,” tanyanya penuh harap.

Joohyun mengangguk cepat dengan perasaan tak rela. Tapi, apa boleh buat? Cintanya bertepuk sebelah tangan. Mau tidak mau, cepat atau lambat, Joohyun harus merelakan Luhan.

“Tidak bisa dipercaya,” ucap Jessica kaget.

“Kau tidak mengarang cerita, kan?,” tanya Yoona tak percaya.

“Aku berkata jujur,” jawab Joohyun sambil menunduk sedih.

Yoona menatap Jessica, “Jadi, apa kau akan menerima Luhan?,” tanyanya.

Jessica terdiam sejenak. Namun, beberapa detik kemudian, ia merangkul Yoona dengan erat. Hal itu membuat Yoona maupun Joohyun bingung.

“Dan membiarkan kedua sahabatku sedih? Never!,” jawab Jessica.

“A-Aku tidak sama sekali keberatan,” ucap Yoona.

“Well, menurutku, lebih baik kita bertiga melupakan lelaki itu. Perasaan merelakan itu sangatlah menyakitkan. Meskipun kita bisa tersenyum di depan, tetapi kita akan menangis di belakang. Dan itu bukanlah hal yang baik. Sungguh tega aku sebagai sahabat membiarkan sahabatnya menangis,” ucap Jessica.

“Sica-ah,” gumam Yoona terharu.

“Yang terpenting adalah kita tetap bersahabat dan selalu bersama. Meskipun awalnya kita adalah love rival, tetapi pada akhirnya tidak ada yang memenangkan pertarungan ini. Kita tetap bersahabat karena persahabatan itu susah dicari sedangkan cinta mudah untuk dicari,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk, “Apalagi kita adalah gadis-gadis cantik dan berkualitas. Pasti kita akan mendapatkan cinta dengan mudah. Benar, kan, Joohyun-ah?,”

Joohyun tersenyum dan mengangguk.

Mereka bertiga pun berpelukan. Murid-murid di kantin yang memperhatikan mereka turut senang. Apalagi lelaki berwajah oriental—Xiao Luhan. ‘Syukurlah jika persahabatan kalian tetap terjalin erat. Meskipun aku harus berbohong dengan mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Jessica. Padahal sebenarnya, aku menyukaimu, Seo Joohyun. Tapi, aku lebih menginginkan kalian tetap bersama karena tidak ada yang bisa menggantikan persahabatan’, batinnya sambil tersenyum.

    END

Review, please~!

(Request FF) – What Is Love


Title : What Is Love

 

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

 

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin (Kai)
  • SNSD’s Tiffany as Tiffany Hwang

Support Cast :

  • Sistar’s Hyorin as Kim Hyorin
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • T-Ara’s Jiyeon as Park Jiyeon
  • Ailee as Amy Lee
  • SNSD’s Hyoyeon as Kim Hyoyeon
  • etc

 

Genre : School-life, Romance, Friendship

 

Length : Oneshot

 

Note : Ini adalah ‘Request FF’ dari rani. Hopeful you can enjoy this story. And I hopeful ma readers can be enjoy, too! Happy reading!

 

***

 

Jessica dan Tiffany telah tiba di sekolah baru mereka. SM Art Academy, nama sekolah baru mereka yang terletak di kota Seoul, Korea Selatan. Suasana yang cukup ramai menyambut mereka. Semua mata tertuju kepada mereka karena tidak ada sebelumnya yang pernah melihat mereka.

 

“Murid baru, eh?,”

 

“Woah! Cantik sekali,”

 

“Mereka pindah dari sekolah mana, ya?,”

 

“Kira-kira mereka satu kelas denganku, tidak, ya?,”

 

Dan sebagainya desas-desus dari murid-murid itu.

 

“Tidak menyenangkan sekali,” gumam Jessica.

 

Tiffany mengernyit bingung, “Kenapa?,” tanyanya.

 

“Kita berada di kelas yang berbeda. Nanti aku duduk dengan siapa?,”

 

Tiffany tersenyum, “Kau maupun aku akan mendapatkan teman baru. Itu sudah pasti,” jawabnya.

 

Jessica menghela napas berat, “Aku tidak yakin murid-murid disini ramah-ramah,” ucapnya.

 

“Setidaknya penduduk Korea dikenal dengan kesopanannya. Aku rasa sekolah ini tidak akan lebih buruk daripada sekolah di United States,” ucap Tiffany.

 

Jessica memaksakan dirinya untuk tersenyum. Ia kurang menyukai Korea. Entahlah karena apa.

 

***

 

2-1’s Class

 

“Annyeonghaseyo. Nama saya Tiffany Hwang. Saya biasanya dipanggil Tiffany. Saya berasal dari United States dan pindah kemari bersama orangtua saya. Saya harap, kalian bisa menerima saya sebagai teman kalian,”

 

“Ah, tentu saja. Siapa yang tidak mau berteman dengan gadis secantik dirimu?,” sahut seorang murid laki-laki.

 

“Huuuuuu!!!!!!!!,” sorakan dari para murid perempuan menyambut murid laki-laki itu.

 

“Kau dari United States tapi bahasa Korea-mu fasih sekali. Meskipun nada bicaramu masih seperti penduduk Amerika pada umumnya,” sahut seorang murid perempuan.

 

“Terima kasih. Ayahku berasal dari Korea. Jadi, aku juga mempelajari bahasa Korea,” jawab Tiffany.

 

“Tiffany-ssi, silakan duduk dengan Amy Lee,” ucap seorang pengajar sambil menunjuk murid perempuan yang tadi berbicara dengan Tiffany, “Dia juga berasal dari Amerika. Ku pikir, kau akan merasa lebih mudah mengenal tempat ini jika berteman dengannya,” tambahnya.

 

“Terima kasih,”

 

Tiffany pun berjalan dan duduk disamping Amy. Amy tersenyum ramah dan mengulurkan tangannya, “Namaku Amy Lee. Kau boleh memanggilku Amy,” ucapnya.

 

Tiffany menjabat tangan Amy, “Salam kenal, Amy-ssi,” ucapnya.

 

***

 

2-2’s Class

 

“Boleh aku tahu siapa namamu?,”

 

“Hyoyeon,” jawab seorang murid perempuan berambut pirang.

 

Jessica mendengus kesal. Teman sebangkunya benar-benar tidak ramah. Jessica merasa sangat tidak nyaman di kelas ini. Apalagi seorang murid laki-laki yang terus memandanginya.

 

“Hyoyeon-ssi, siapa sih murid laki-laki itu? Aku tidak suka dipandangi seolah-olah dia ingin memakanku,” bisik Jessica.

 

Hyoyeon memutar bola matanya, “Namanya Kai. Dia adalah the most killer boy in this academy,” jawabnya.

 

“K-Killer?,” pekik Jessica kaget.

 

“Jangan berani dekat-dekat dengannya. Dia adalah playboy cap kapak. Dia suka mempermainkan perempuan. Tapi, saat ini dia hanya berpacaran dengan murid perempuan terkaya di sekolah ini, Kim Hyorin!,” jawab Hyoyeon.

 

“Namanya hampir mirip denganmu,” ucap Jessica.

 

“Dia adalah sepupuku. Tapi, aku tidak suka dengannya karena dia suka memamerkan tubuhnya kepada orang-orang,” ucap Hyoyeon.

 

Jessica menatap murid perempuan yang duduk disamping Kai, “Apakah dia yang bernama Hyorin?,” tanyanya kepada Hyoyeon.

 

Hyoyeon mengangguk, “Hm,” jawabnya.

 

Jessica mengangguk mengerti. Sampai saat ini, Kai masih terus memandanginya. Jessica pun memutuskan untuk memperhatikan pelajaran daripada mempedulikan Kai.

 

***

 

Jessica dan Tiffany sedang makan siang di kantin. Semua murid masih memperhatikan dua murid baru itu. Tampaknya, mereka akan mudah terkenal.

 

“Yang berambut hitam itu—murid baru juga?,” tanya Hyorin.

 

Amy mengangguk, “Dia adalah teman sebangkuku,” jawabnya.

 

“Dia satu kelas denganmu?,” tanya Jiyeon kaget.

 

“Benar sekali,” jawab Amy.

 

“Ku akui, mereka lumayan cantik,” ucap Jiyeon.

 

“Kai juga sedari tadi memperhatikan si rambut cokelat itu!,” ucap Hyorin kesal.

 

“Si Jessica itu?,” tanya Jiyeon.

 

Hyorin mengangguk, “Sepertinya Kai tertarik padanya,” ucapnya.

 

“Tenang saja, Hyorin-ah. Kai tidak pernah benar-benar serius menyukai perempuan. Dia hanya menyukaimu,” ucap Amy.

 

“Tapi, aku tetap tidak suka pada Jessica itu. Popularitasnya dan temannya itu akan menurunkan popularitas kita,” ucap Hyorin.

 

“Kau benar juga,” ucap Jiyeon setuju.

 

“Pokoknya, kita harus menemukan cara untuk mempertahankan popularitas kita. Kita tidak boleh kalah dari mereka,” ucap Hyorin.

 

“Aku setuju!,” seru Jiyeon.

 

Amy mengusap tengkuknya, “Selama kita tidak melakukan kekerasan, aku juga setuju,” ucapnya.

 

***

 

Hari kedua Jessica dan Tiffany di sekolah baru mereka.

 

Jessica sedang membawa beberapa buku ditangannya. Karena hal itu, Jessica tidak bisa melihat apa yang ada didepannya. Dan…

 

BRAKKK!!!

 

Jessica menabrak seseorang. Buku-bukunya juga berserakan di lantai.

 

“Maafkan aku. Aku sangat menyesal,” ucap Jessica.

 

“Tidak apa-apa,” jawab murid yang Jessica tabrak. Jessica mengulurkan tangannya dan disambut oleh murid lelaki itu. Dan saat murid itu mendongak,

 

“K-Kai?,”

 

“Oh, kau tahu namaku?,” tanya murid lelaki itu yang tak lain adalah Kai.

 

“Hyoyeon memberitahuku,” jawab Jessica.

 

Kai tersenyum, “Jadi, kau mencari tahu namaku?,”

 

Jessica spontan syok, “Apa? Tidak. Jangan salah paham. Kau yang memperhatikanku saat itu. Jadi, aku menanyakannya kepada Hyoyeon,” jawabnya.

 

Kai menaikkan sebelah alisnya, “Aku? Memperhatikanmu?,”

 

“K-Kau tidak sadar?,” tanya Jessica tak percaya.

 

“Aku tidak pernah memperhatikanmu,” jawab Kai.

 

Wajah Jessica memerah karena malu. Jadi, selama ini aku salah paham? Aku terlalu percaya diri?, batinnya.

 

Jessica segera memunguti buku-bukunya, “Aku harus pergi!,” pamitnya lalu pergi dari sana.

 

Kai melihat tingkah Jessica pun tertawa menyeringai, “Manisnya gadis itu. Aku semakin tertarik,” gumamnya.

 

***

 

Kai dan Sehun sedang bermain catur di rumah Kai. Di sela-sela bermain, mereka membicarakan hal-hal ringan. Seperti..

 

“Bagaimana hubunganmu dengan Hyorin?,” tanya Sehun.

 

“Biasa saja. Aku sudah bosan dengan tubuhnya. Andai saja dia tidak memerasku dengan uang-uang milyaran darinya, hubungan ini pasti sudah berakhir sejak lama,” jawab Kai.

 

Sehun terkekeh pelan, “Padahal menurutku kalian cocok sekali, Kai. Kalian berdua adalah dua murid pembunuh di sekolah kita,” ucapnya.

 

“Aku sedang tertarik kepada gadis lain saat ini, Sehun-ah,” ucap Kai.

 

“Oh, ya? Siapa?,” tanya Sehun.

 

“Jessica Jung,” jawab Kai.

 

Sehun mengangguk, “Dia memang cantik. Tubuhnya mungil dan putih. Tidak salah kau tertarik dengannya,” ucapnya.

 

“Well—aku tidak ingin mencicipi tubuhnya seperti gadis-gadis lain. Dia terlalu manis untuk ku perlakukan seperti itu,” ucap Kai.

 

“J-Jangan bilang kau jatuh cinta padanya?,”

 

Kai terdiam sejenak. Keringat mulai keluar dari tubuhnya. Jatuh cinta? Apakah aku sedang jatuh cinta pada Jessica? Tapi, aku tidak tahu soal cinta. Jadi, bagaimana aku bisa jatuh cinta?, pikirnya.

 

“Ingin bertaruh denganku?,” tawar Sehun.

 

Kai mengernyit bingung, “Bertaruh soal apa?,” tanyanya.

 

“Berpacaran dengan Jessica selama satu minggu. Lalu, kau putusi dia dan katakan bahwa kau berpacaran dengannya hanya karena bertaruh,” jawab Sehun.

 

Kai terdiam kembali. Ia sibuk menimbang-nimbang tawaran Sehun.

 

“Setiap aku ingin menyakiti perempuan, aku tidak pernah ragu. Tapi, mengapa kali ini berbeda?,” gumam Kai pelan, sangat pelan.

 

“KAI!,” tegur Sehun.

 

“Ah— ngg—a-apa yang akan kau berikan jika aku berhasil melakukannya?,” tanya Kai.

 

Sehun tersenyum tipis, “Akan ku berikan mobilku,” jawabnya.

 

***

 

Jessica dan Tiffany sedang mengerjakan tugas di perpustakaan. Perpustakaan itu kosong, hanya ada Jessica, Tiffany, dan seorang pustakawati.

 

“Sica-ah, ku dengar Kai sering mendekatimu,” ucap Tiffany.

 

Wajah Jessica memerah. Ia spontan menundukkan kepalanya, “D-Darimana kau mendapatkan berita tak bermutu itu?,” tanyanya.

 

“Amy,” jawab Tiffany.

 

“Oh. Teman Hyorin dan Jiyeon itu?,”

 

“Sepertinya kau tidak menyukai mereka bertiga,” ucap Tiffany.

 

“Tentu saja. Mereka sombong dan suka memamerkan tubuh mereka,” jawab Jessica.

 

“Amy tidak seperti itu,” ucap Tiffany.

 

“Aku tidak tahu soal dia. Aku hanya tahu soal Hyorin dan Jiyeon,” ucap Jessica lalu kembali menulis.

 

Tiffany mengangkat bahunya. Ia pun juga kembali menulis.

 

***

 

Jessica berjalan menelusuri koridor dari toilet perempuan. Ia berjalan kembali menuju kelasnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Kai dan Sehun berada di ujung koridor.

 

“Apa yang mereka lakukan pada jam pelajaran seperti ini?,” gumam Jessica.

 

 Jessica pun memutuskan untuk mengintip dan mendengarkan pembicaraan mereka.

 

“Aku akan menyatakan cinta pada Jessica hari ini,”

 

DEG!

 

Jessica benar-benar syok mendengarnya. Kai mencintaiku?, tanyanya dalam hati dengan perasaan tak percaya. Yang benar saja. Mana mungkin lelaki sebejat Kai mencintai perempuan.

 

“Kau benar-benar akan melakukannya?,” tanya Sehun.

 

“Kai bukanlah lelaki yang tidak mau menerima taruhan dari siapapun,” ucap Kai.

 

Tubuh Jessica menegang, “T-Taruhan?,”

 

“Bersiap-siaplah mobilmu akan menjadi milikku,” ucap Kai.

 

“Aku tidak peduli. Yang ku inginkan adalah pertunjukan sempurna yang akan kau tampilkan minggu depan,” jawab Sehun.

 

Kai menyeringai paksa, “Tenang saja, Sehun-ah. Akan ku pastikan air mata Jessica habis pada minggu depan,” ucapnya.

 

Jessica mengepalkan tangannya. Ia segera pergi dari tempat itu tanpa ketahuan oleh Kai maupun Sehun.

 

***

 

“APA??!!!!,”

 

“Aku harus bagaimana, Fany-ah?,” tanya Jessica.

 

“Tolak saja cintanya,” jawab Tiffany.

 

“Betul juga!,” seru Jessica.

 

“Dengan begitu, kau akan menjadi perempuan pertama yang menolak cintanya,” ucap Tiffany.

 

“Kau benar,” ucap Jessica setuju.

 

“Jessica-ssi!,”

 

Jessica dan Tiffany menoleh ke sumber suara. Dan mereka kaget, orang yang mereka bicarakan sudah ada di dekat mereka.

 

“Kai?,” pekik Jessica.

 

“Bisa kita bicara sebentar?,” tanya Kai.

 

***

 

Kai terlihat seperti bukan Kai yang biasanya. Ia sedang tengkurap di atas ranjangnya. Sprei ranjangnya basah. Mata Kai memerah.

 

Kai sedang menangis.

 

Pasalnya, ini pertama kalinya cinta Kai ditolak. Dan entah kenapa, Kai merasa sangat sakit hati.

 

“Kenapa aku sakit hati begini? Apa aku mencintai Jessica?,” tanya Kai pada dirinya sendiri.

 

Kai mengacak-acak rambutnya prustasi. Tanpa ia sadari, Sehun mengintipnya dari balik pintu kamarnya yang terbuka sedikit.

 

Sehun tersenyum kecil, “Akhirnya Jessica datang juga ke kehidupanmu, Kai. Dengan begitu, hatimu akan kembali dihiasi oleh sesuatu yang bernama cinta,” gumamnya.

 

***

 

Jessica sedang membaca buku di perpustakaan sendirian. Namun, ia menghentikan aktivitasnya saat ia melihat seseorang duduk di seberangnya.

 

“Sehun-ssi?,”

 

“Boleh aku bicara denganmu sebentar?,” pinta Sehun.

 

Jessica menutup bukunya, “Jika kau ingin memintaku untuk menerima cinta Kai, lebih baik kau pergi,” ucapnya.

 

“Aku tahu kau tidak menyukai Kai. Tapi, Kai sangat mencintaimu,” ucap Sehun.

 

Jessica tertawa hambar, “Kau pikir aku tidak tahu soal taruhan kalian?,”

 

Sehun tersentak, “K-Kau tahu?,”

 

Jessica tersenyum paksa, “Pembicaraan kita selesai. Kau boleh pergi,” ucapnya.

 

“Tidak. Biarkan aku menjelaskan semuanya!,” pinta Sehun.

 

Jessica terdiam sejenak. Tanpa persetujuan dari Jessica, Sehun mulai berbicara.

 

“Kai adalah seorang broken home,” ucap Sehun.

 

“Aku tidak membutuhkan informasi itu,” ucap Jessica.

 

“Dia kehilangan ibunya saat dia lahir. Setelah itu, ayahnya selalu memukulnya karena ayahnya menganggap Kai adalah anak pembawa sial karena telah lahir hingga membunuh nyawa ibunya. Kai seumur hidup tak pernah merasakan cinta. Bahkan ayahnya membuangnya ke jalanan. Suatu hari, ayahku menemukan Kai di kolong jembatan. Dia sedang menangis. Ayahku pun membawa Kai pulang ke rumah. Kai tinggal bersama kami hingga dewasa. Meskipun Kai telah mendapatkan cinta dari keluargaku, tetapi Kai tidak pernah bisa merasakan cinta yang sebenarnya. Kai selalu mempermainkan perempuan dan menganggap perempuan adalah sampah, seperti yang dilakukan ayah Kai kepada Kai. Tapi, setelah kau hadir, aku sangat terkejut,”

 

“U-Untuk apa kau terkejut?,”

 

“Kau membuat Kai berubah. Bahkan, Kai mengakhiri hubungannya dengan semua kekasihnya termasuk Hyorin. Aku tahu, sebenarnya Kai mencintaimu. Kau berhasil membuat Kai jatuh cinta. Tapi, Kai tidak berani mengatakan yang sebenarnya kepadaku. Aku mengajaknya untuk bertaruh, semata-mata untuk mengujinya. Dan kau tahu, saat kau menolaknya, apa yang terjadi?,”

 

Jessica menggigit bibirnya, “A-Apa yang terjadi?,”

 

“Kai menangis dikamarnya dalam waktu yang lama. Dia juga membanting barang-barang miliknya. Dia sangat prustasi, Jessica-ssi. Dia sangat mencintaimu,” jawab Sehun.

 

“A-Aku masih tidak bisa percaya,” ucap Jessica.

 

“Aku berbicara jujur, Jessica-ssi. Aku tidak sedang berbohong. Aku meminta satu hal kepadamu. Tolong buat Kai berubah. Hanya kau yang bisa melakukannya. Ajari dia tentang cinta. Dan setelah itu, sifat buruknya akan menghilang. Hanya kau yang bisa melakukannya,”

 

Jessica menunduk. Ia masih bingung dan juga takut. Tapi, disisi lain, ia sangat ingin membantu. Lagipula, Kai juga berhasil menyinggahi hatinya.

 

***

 

Tok! Tok! Tok!

 

“Kai, bisakah hari ini kau memasukkan makanan atau air ke dalam perutmu?,” tanya Sehun dari luar kamar Kai.

 

“Aku tidak lapar,” jawab Kai dengan nada yang lemah.

 

Sehun menghela napas berat, “Aku membawakan seseorang untukmu. Jadi, tolong buka pintunya!,”

 

“Kau membawakan abeoji?,”

 

“Tolong buka pintunya, Kai-ssi,”

 

Kai terdiam. Kai mengenal suara ini. Suara yang sangat Kai sukai. Perlahan, Kai bangun dari tidurnya dan berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka pintunya.

 

“KAI???!!!!,” pekik Jessica dan Sehun kaget. Mereka melihat penampilan Kai yang acak-acakan. Wajah Kai pucat dan matanya bengkak. Jessica semakin cemas melihatnya.

 

“Apa yang kau lakukan? Penampilanmu seperti zombie!,” ucap Jessica cemas.

 

“Aku baik-baik saja,” jawab Kai.

 

“Aku tinggalkan kalian berdua,” ucap Sehun lalu pergi meninggalkan mereka.

 

“Apa yang membawamu kemari? Sehun memaksamu, bukan?,” tanya Kai.

 

Jessica menggeleng, “Ini adalah keinginanku sendiri. Kau tidak masuk selama tiga hari. Tentu saja aku sangat cemas,”

 

Kai tersentak, “Kau mencemaskanku?,”

 

“Kau harus makan. Kau juga harus membersihkan diri. Kau bisa sakit,” ucap Jessica.

 

“K-Kenapa kau mencemaskanku?,” tanya Kai.

 

Jessica terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, senyuman manis terukir dibibirnya.

 

“Aku mencemaskanmu karena aku peduli padamu. Aku peduli padamu karena aku menyayangimu. Aku menyayangimu karena aku mencintaimu,” jawab Jessica tulus.

 

Kai menggeleng cepat, “Tidak mungkin. Kalau kau mencintaiku, mengapa kau menolakku?,” tanyanya.

 

“Karena aku tahu soal taruhanmu dengan Sehun. Ku pikir kau ingin mempermainkanku saja,” jawab Jessica.

 

Kai lagi-lagi syok, “Bagaimana kau ta—,” kalimatnya terputus saat Jessica mencium bibir Kai singkat. Wajah Kai memerah padam, hingga Jessica tertawa melihatnya.

 

“Kau terlalu banyak bertanya, Kai. Seperti haraboji saja,” ucap Jessica.

 

Kai menjadi salah tingkah. Ia menggaruk-garuk kepalanya seperti orang bodoh.

 

Sehun dan Tiffany yang mengintip mereka pun cekikikan gemas.

 

“Aku seperti sedang menonton cinta monyet,” ucap Tiffany.

 

“Mereka berdua sangat menggemaskan,” ucap Sehun.

 

END

YEAH~! Selesai juga deh. Sorry buat rani kalau ceritanya kurang pas buat kamu. Aku bikin sebisaku. Dan inilah hasilnya. Semoga kamu suka, ya?

 

Don’t forget to review!

(Request FF) – Lie


Title : Lie

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • EXO-M’s LuHan as Xiao Luhan

Support Cast :

  • EXO-M’s Xiumin as Kim Minseok
  • f(x)’s Krystal as Krystal Jung
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • EXO-K’s Chanyeol as Park Chanyeol
  • etc

Genre : Friendship, Romance, Angst

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari PiaChu. Semoga FF ini memuaskan, ya?—alias tidak mengecewakan. Keke~! Happy reading!

***

 

Seorang murid perempuan sedang berlari di sepanjang jalannya. Beberapa kali ia melirik arlojinya. Beberapa kali juga ia mempercepat larinya. Hingga waktu telah sampai ke detik 60, murid perempuan itu sampai di depan gerbang sekolahnya.

Namun, sayang sekali, gerbang telah tertutup.

“Ahjussi, tolong bukakan gerbangnya!,” pinta murid perempuan itu.

Security itu menggeleng, “Tidak bisa, Yoona-ssi. Kau terlambat dan artinya kau tidak boleh masuk—,”

“Ijinkan dia masuk, ahjussi!,”

Security dan murid perempuan bernama Yoona itu menoleh ke sumber suara. Security itu tersentak kaget, sedangkan Yoona tersenyum senang.

“Tapi, dia terlambat, Jessica-ssi,” ucap Security itu.

“Saya adalah ketua osis di sekolah ini. Saya akan memberikan hukuman pada Im Yoona. Jadi, ijinkan dia untuk masuk. Ini perintah dari Kepala Sekolah,” ucap murid perempuan itu tegas. Jessica namanya.

Security itu mengangguk mengerti. Ia segera menjalankan perintah dari Jessica. Yoona pun berhasil masuk.

“Ayo ikut dengan saya!,” ajak Jessica tegas.

Yoona mengangguk mengerti. Mereka berdua berjalan memasuki koridor sekolah hingga berada jauh dari tempat Security itu berada.

“WE DID IT!!!,” teriak Jessica dan Yoona bersamaan sambil melakukan hi-five.

“Kau hebat, Sica-ya. Tak sia-sia kau menjabat sebagai ketua osis. Apalagi ayahmu sendiri adalah Kepala Sekolah di sekolah ini,” ucap Yoona.

“Itu bukan apa-apa, Yoona-ya. Yang penting sekarang, ayo kita masuk ke kelas sebelum Kang songsaenim masuk,” jawab Jessica.

Mereka berdua pun berlari menuju kelas mereka.

***

“Annyeonghaseyo. Nama saya Xiao Luhan. Panggil saja Luhan. Senang berkenalan dengan kalian. Saya harap, kalian dapat membantu saya. Terima kasih,”

“Baik, Luhan-ssi. Kau boleh duduk disamping Kim Minseok,”

“Terima kasih, songsaenim,”

Luhan berjalan menuju tempat yang ditunjuk oleh guru Kang. Ia duduk disamping murid laki-laki yang memiliki pipi berisi. Mereka pun berjabat tangan.

“Namaku Minseok. Salam kenal,”

Luhan mengangguk ramah, “Salam kenal juga,” jawabnya.

Disisi lain, Yoona terus memperhatikan murid baru berwajah manis itu.

“Ah.. dia manis sekali,” gumam Yoona.

Jessica menoleh ke arah Yoona, “Siapa?,” tanyanya.

“Xiao Luhan. Ah, namanya juga sangat manis. Dia berbeda dengan lelaki lain,” jawab Yoona berbunga-bunga.

Jessica terkekeh pelan. Ia kembali melanjutkan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru Kang. Sedangkan Yoona masih sibuk memandangi Luhan, dan Luhan tak menyadari hal itu.

***

 

“Aku harus mendapatkan nomor teleponnya!,” tekad Yoona.

Jessica menaikkan sebelah alisnya, “Kau masih membicarakan soal murid baru itu?,” tanyanya.

“Sica-ya, aku sedang jatuh cinta padanya. Kau harus mengerti mengapa aku masih membicarakannya dan akan selalu membicarakannya!,” jawab Yoona.

“Kau tidak pernah seperti ini sebelumnya,” ucap Jessica lalu memasukkan kimchi ke dalam mulutnya.

“Kau harus mendukungku, Sica-ya. Bukannya bersikap seperti ini,” ucap Yoona kesal.

“Oke, oke. Aku mendukungmu. Aku selalu mendukungmu, Yoona-ya. Kita adalah sahabat, ingat?,”

Yoona masih memasang wajah cemberut. Namun, beberapa detik kemudian, wajah ceria terpasang diwajah cantik Yoona.

“Biarkan aku memelukmu!,” seru Yoona seraya merentangkan tangannya.

“No! No! Jangan sekarang. Aku masih ingin menikmati kimchi-ku,” tolak Jessica waspada.

Yoona tertawa ringan, begitu juga dengan Jessica. Persahabatan mereka sangat manis. Bahkan semua orang berpendapat begitu.

“Siapa gadis itu?,” tanya Luhan.

Minseok menoleh ke arah yang dipandang oleh Luhan, “Yang mana?,” tanyanya.

“Yang memiliki rambut berwarna cokelat,” jawab Luhan.

“Oh, dia adalah Jessica. Ketua osis di sekolah ini,” jawab Minseok.

“Aku bisa bertanya tentang peraturan di sekolah ini, benar?,” tanya Luhan.

“Bertanya denganku juga bisa kok,” jawab Minseok.

“Tapi, dia pasti lebih tahu daripada kau,” ucap Luhan.

“Well—aku tidak bisa menyalahkan perkataanmu,” ucap Minseok.

Luhan tersenyum tipis, “Mungkin aku akan meminta nomor teleponnya,” gumamnya pelan.

***

 

Yoona dan Jessica mengemasi peralatan tulis dan buku mereka ke dalam tas mereka. Begitu juga dengan murid-murid yang lain. Namun, aktivitas Jessica maupun Yoona terhenti saat seseorang yang Yoona dambakan menghampiri meja mereka.

“L-Luhan-ssi?!,” pekik Yoona.

“Maaf mengganggu waktunya sebentar,” ucap Luhan.

“A-Ada apa?,” tanya Yoona.

“Hm.. aku ingin meminta nomor teleponmu—,”

Luhan meminta nomor teleponku? Apakah aku sedang bermimpi?, teriak Yoona di dalam hatinya.

“—Jessica-ssi,” lanjut Luhan.

Yoona spontan syok mendengarnya. Sedangkan Jessica bingung dan tidak enak hati kepada Yoona sendiri.

“Nomor teleponku?,” tanya Jessica tak percaya.

Luhan mengangguk, “Mari bertukar nomor telepon. Aku ingin—,”

“Bertukar nomor telepon denganku saja!,” sahut Yoona.

Luhan menjadi bingung. Ia mengusap tengkuknya pelan, “Maaf. Tapi, aku ingin—,”

“Ponselku rusak!,” seru Jessica memotong kalimat dari Luhan.

Yoona mengangguk, “Jadi, bertukar nomor telepon denganku saja,” ucapnya.

“O-Oke,”

***

 

Yoona terlihat tak seceria biasanya di kantin. Ia sedang mengaduk-aduk sup-nya dengan wajah yang terkesan tak berselera makan. Jessica menghela napas berat saat menyadari keanehan yang dipancarkan sahabatnya itu.

“Yoona-ya, berhenti bersikap aneh!,” pinta Jessica.

“Bagaimana aku bisa berhenti? Luhan telah membuatku patah hati,” ucap Yoona.

Jessica menaikkan sebelah alisnya, “Patah hati? Bukankah kau sudah mendapatkan nomor teleponnya?,” tanyanya.

“Iya. Tapi, di dalam pembicaraan kami di telepon, dia selalu menanyakan soal dirimu. Kalau pun dia menanyakan hal lain, dia hanya menanyakan tentang peraturan sekolah,” Yoona menghela napas berat, “Aku rasa dia menyukaimu,” tambahnya.

“Yoona-ya..,”

Yoona menggenggam kedua tangan Jessica, “Berjanjilah padaku kau tidak akan pernah menjalin hubungan dengan Luhan!,” serunya.

Jessica terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, ia menganggukan kepalanya.

“Ya. Aku berjanji. Bukankah kita sudah berjanji kalau kita takkan mencintai lelaki yang sama lagi?,”

Yoona mengangguk, “Kau benar,” jawabnya.

Kini, giliran Jessica yang menangkup wajah Yoona dengan kedua tangannya. “Sekarang, kembalikan Im Yoona yang ceria. Aku tidak suka melihat wajahmu yang ditekuk seperti itu,” ucapnya.

Yoona tersenyum lebar, “Ijinkan aku memelukmu!,” serunya.

“Tidak mau!,”

***

 

Jessica sedang menikmati es krim di kedai dekat rumahnya. Musim panas seperti ini sangatlah nikmat untuk menyantap es krim. Apalagi es krim adalah salah satu makanan favorit Jessica.

“Boleh aku duduk disini?,”

Jessica mendongak hingga matanya membulat sempurna, “Luhan-ssi?,” pekiknya.

Luhan tersenyum, “Bolehkah?,” tanyanya lagi.

“Ah, oh, tentu saja boleh. Silakan,” jawab Jessica.

Luhan pun duduk disamping Jessica. Ia juga membawa es krim yang ia pesan. Dan es krim pesanan Luhan ternyata sama dengan pesanan Jessica.

“Woah! Es krim pesanan kita sama,” seru Luhan.

Jessica tertawa, “Kebetulan sekali, ya?,”

“Itu artinya kita berjodoh!,”

Jessica tersentak. Ia menatap Luhan tak percaya. Ketegangan yang dirasakan Jessica berhenti saat melihat Luhan tertawa renyah.

“Kau manis sekali. Aku hanya bercanda kok,” ucap Luhan.

Wajah Jessica memanas. Ia tidak tahu kenapa. Mungkin karena aku sedang dipuji, pikirnya.

“Jangan bergerak!,” seru Luhan tiba-tiba.

Jessica spontan kaget kembali. Ia menahan anggota tubuhnya untuk tidak bergerak. Luhan menggerakkan tangannya hingga menyentuh bibir Jessica. Wajah Jessica semakin memanas bahkan memerah. Luhan kembali tertawa renyah.

“Aigoo! Kau sangat manis dan menggemaskan,” ucap Luhan.

Jessica tidak tahu harus menyembunyikan wajahnya dimana. Ia benar-benar malu. Luhan mengusap kepalanya dengan lembut sambil tertawa. Dan untuk yang pertama kalinya, Jessica menyadari bahwa pendapat Yoona tentang Luhan itu benar. Luhan sangat manis, menurut Jessica saat ia melihat Luhan dari jarak dekat. Selama ini, Jessica tak pernah memperhatikan Luhan lebih dari lima detik.

***

 

Jessica menatap langit-langit kamarnya dengan tatapan kosong. Ia sedang memikirkan sesuatu. Ia kembali teringat memori masa lalunya dengan Yoona.

“Aku menyukaimu!,”

 

Jessica sangat syok mendengar pernyataan dari Sehun. Apalagi Yoona yang berada disamping Jessica. Jessica menatap Yoona takut, sedangkan Yoona menahan air matanya.

 

“Maukah kau menjadi kekasihku, Jessica-ya?,” tanya Sehun.

 

“Ngg—aku—aku tidak bisa,” jawab Jessica.

 

Yoona maupun Sehun menatap Jessica tak percaya.

 

“K-Kenapa?,” tanya Sehun.

 

“Aku tidak pernah tertarik padamu, Sehun-ssi. Aku hanya menganggapmu sebagai teman tidak lebih,” jawab Jessica.

 

“Sica-ya..,”

 

“Oke. Aku mengerti. Paling tidak, aku sudah mengungkapkan perasaanku,” ucap Sehun lalu pergi dari tempat itu.

 

Jessica beralih menatap Yoona yang sudah berlinangan air mata.

 

“Apa kau lakukan, bodoh? Membohongi dirimu sendiri?,” tanya Yoona.

 

“Aku memang tidak pernah menyukainya, Yoona-ya. Aku tidak pernah berbohong padamu, ingat?,”

 

“Apa kau benar-benar jujur? Atau kau menolaknya karena aku?,” tanya Yoona.

 

“Aku jujur, Yoona-ya. Aku berjanji takkan pernah menyukai lelaki yang sama dengan lelaki yang kau sukai. Aku tidak ingin ada yang tersakiti. Lagipula, aku memang tidak menyukai Sehun,” jawab Jessica.

 

Yoona mengacungkan kelingkingnya, “Pink promise?,”

 

Jessica tersenyum seraya mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Yoona, “I promise!,” jawabnya.

 

Jessica menghela napas berat. Ia sendiri yang membuat perjanjian itu, tapi ia sendiri yang melanggarnya.

“Apa yang terjadi dengan wajahmu, eonni?,”

“Krystal?,” pekik Jessica seraya beranjak bangun, “Sejak kapan?,” tanyanya.

“Baru saja kok,” jawab Krystal seraya duduk di tepi ranjang Jessica, “Tell me, what happen?,” tanyanya.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak ada apa-apa,” jawabnya.

“Mungkin kau bisa membohongi sahabatmu itu, tapi kau tak bisa membohongiku!,” ucap Krystal.

Jessica menatap adiknya tajam, “Krystal, jaga perkataanmu!,” bentaknya.

“Memang benar, kan? Kau selalu membohongi Yoona eonni dan menyimpan rasa perih sendiri. Sedangkan dia berbahagia di atas penderitaanmu. Kau sangat malang, eonni!,” ucap Krystal.

Jessica terdiam. Didalam hatinya, ia membenarkan perkataan Krystal. Selama ini, Jessica memang berkorban banyak untuk Yoona. Selalu ia lakukan, apapun itu, asal Yoona ceria.

***

 

Jessica sedang memunguti buku-buku di atas meja perpustakaan. Belum selesai Jessica memunguti, seseorang telah memunguti sebagian bukunya.

“Biarkan aku membantu, ya?,”

Jessica menggeleng, “Tidak perlu. Letakkan kembali buku-buku itu,” jawabnya.

“Ayolah. Aku kan ingin—,”

“Sudah ku bilang, tidak perlu! Aku tidak butuh bantuanmu! Pergi dari sini dan jangan pernah dekati aku lagi, Luhan-ssi!,” bentak Jessica marah.

“Kau marah padaku? Apa kesalahanku?,” tanya Luhan.

“Kesalahanmu adalah mendekatiku! Jauhi aku mulai detik ini!,” jawab Jessica.

“Aku tidak mau!,” ucap Luhan.

Jessica mengerjap kaget, “A-Apa?,”

“Kau tidak bisa melarangku untuk dekat denganmu. Aku punya hak untuk berteman dengan siapa saja,” ucap Luhan.

“Tapi, aku tidak mau berteman denganmu,” ucap Jessica.

“Kenapa?,” tanya Luhan.

“Karena aku tidak mau!,” jawab Jessica sambil meletakkan buku-buku yang ia pegang lalu pergi.

Namun, Luhan berhasil menahan kepergiannya.

“Kenapa kau menahanku?,” tanya Jessica kesal.

“Karena aku ingin menahanmu,” jawab Luhan.

“Kenapa kau selalu ingin mendekatiku? Kenapa bukan Yoona saja?,” tanya Jessica.

Luhan terdiam sejenak, “Yoona?,”

Jessica mendadak grogi, “Yah—ngg—Yoona dekat juga denganmu, bukan? Jadi, kenapa kau tidak berteman dengan Yoona saja?,” tanyanya.

“Karena dari awal, aku hanya ingin berteman denganmu. Aku tidak pernah ingin berteman dengan Yoona,” jawab Luhan.

“Apa? Tapi—kenapa?,”

“Karena aku menyukaimu!,” jawab Luhan.

Jessica sangat syok sekarang. Ia kembali ditembak oleh lelaki yang Yoona sukai. Dan kali ini, di dalam hatinya berteriak “Terima, Jessica! Bukankah kau juga mulai tertarik padanya?,”. Tapi, ia masih mengingat Yoona.

“Tapi, aku tidak menyukaimu!,” ucap Jessica.

“Bohong!,”

Jessica dan Luhan menoleh ke sumber suara. Jessica terperangah saat melihat sahabatnya sendiri berjalan menghampiri mereka.

“Yoona-ya..,”

“Sudah berapa banyak kau membohongiku, Sica-ya?,” tanya Yoona.

“A-Aku—,”

“Kenapa kau selalu tak mau jujur padaku? Kenapa kau membiarkanku bahagia di atas penderitaanmu?,” tanya Yoona.

“Aku tidak—,”

“Cukup! Akhiri semua kebohonganmu. Kau membuatku menjadi membenci diriku sendiri!,” ucap Yoona, air matanya tumpah begitu saja.

Jessica memeluk Yoona erat, “Maafkan aku. Memang benar. Selama ini aku selalu berbohong. Tapi, aku melakukan itu semua karena aku menyayangimu. Aku tak ingin kau bersedih,”

“Tapi, aku akan semakin sedih jika kau bersedih. Kau pikir aku ini sahabat macam apa, Sica-ya?,”

“Yoona-ya..,”

“Tolong akhiri semua ini. Jangan pernah berbohong padaku lagi. Dan kau juga menyukai Luhan, bukan? Aku melihat kalian berdua sangat mesra di kedai es krim,”

“Kau melihatnya?,” tanya Jessica dan Luhan kompak.

Yoona mengangguk, “Kalau kau mengira aku marah, ya aku sangat marah. Tapi, dunia ini tidak akan berhenti begitu saja, Sica-ya. Aku pasti akan menemukan seseorang yang tepat untukku, yang bisa membahagiakanku, seperti Luhan yang bisa membuatmu senang,”

“A-Aku minta maaf,” ucap Jessica.

“Tidak perlu minta maaf. Aku lah yang seharusnya minta maaf kepadamu karena kau sudah menderita selama bersamaku. Maafkan aku, Sica-ya,”

Jessica menggeleng, “Kau tidak membuatku menderita,” ucapnya.

Yoona mengusap air matanya, “Bolehkah aku memelukmu lagi?,” tanyanya.

Jessica mengangguk, “Tentu saja, sahabatku!,” jawabnya.

Mereka kembali berpelukan dengan tangis menyertai mereka. Luhan yang menyaksikan pemandangan itu tersenyum tipis.

“Seperti inikah indahnya persahabatan,” gumam Luhan.

END

Flash Back

 

Yoona berlari sekencang-kencangnya setelah melihat sesuatu yang tak pernah ia ingin lihat. Kemesraan Luhan dan Jessica di kedai es krim membuat hatinya remuk. Entah kemana tujuannya sekarang, Yoona sendiri tidak tahu. Ia terus berlari tanpa tahu arah.

BRAKKK!!!

Karena tidak fokus, Yoona menabrak seorang lelaki jangkung yang sedang berdiri memandangi langit.

Yoona mengusap air matanya, “Maafkan aku,” sesalnya.

“Aku tidak mempermasalahkan soal itu. Kenapa kau menangis?,”

“Tidak apa-apa,” jawab Yoona.

Lelaki itu menyodorkan minuman kaleng kepada Yoona, “Minumlah ini. Minuman ini sangat segar dan akan membuat perasaanmu membaik,” ucapnya.

Yoona meraihnya dengan ragu. Ia meminum minuman tersebut hingga habis.

“Woah! Kau haus sekali ternyata,” ucap lelaki itu.

“Mungkin ini karena efek berlari tadi,” ucap Yoona sambil terkekeh pelan.

Lelaki itu menepuk pipi kanan Yoona pelan, “Nah, begini lebih baik. Kau sangat cantik jika sedang ceria,” ucapnya.

Yoona merasakan sesuatu yang panas menjalar diwajahnya. Semburat merah menghiasi pipinya yang putih. Lelaki itu terkekeh pelan sambil menjulurkan tangannya.

“Namaku Chanyeol. Senang bertemu denganmu, gadis manis,” ucap lelaki itu.

Yoona menunduk malu. Tetapi, ia tetap menjabat tangan lelaki itu, “Namaku Yoona,” ucapnya.

“Nama yang manis, seperti orangnya!,” puji Chanyeol.

Lagi, wajah Yoona kembali memanas dan memerah.

—————————————————————————————————————

Selesai \^v^/ semoga PiaChu suka dengan FF ini, ya? Juga readers setiaku. Jangan lupa tinggalkan jejak!

(Request FF) – Detective Love


Title : Detective Love

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • EXO-M’s LuHan as Xiao Luhan

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
  • SNSD’s Sunny as Lee Sunny
  • EXO-K’s Baekhyun as Byun Baekhyun
  • etc

Genre : School-life, Romance, Friendship

Length : Oneshot

Note : FF ini adalah ‘Request FF’ dari AliyaGorjessspazzer. Semoga puas dengan cerita yang saya buat dan semoga tidak mengecewakan, ya? Buat readers, semoga kalian suka. Jangan lupa komentarnya dan jangan memplagiat cerita saya!

***

 

Keanehan, bau yang mencurigakan, situasi yang membingungkan. Ketiga hal itu sangat berkaitan erat dengan apa yang pernah dirasakan oleh seorang Detektif. Namun, kali ini bukan misi tentang pembunuhan, pencurian, atau penganiyayaan.

Misi kali ini adalah tentang…

Cinta.

Oh Sehun memakai kacamata hitam pemberian ayahnya yang menjabat sebagai seorang Detektif Internasional. Dengan barang-barang yang diperlukan seorang Detektif di dalam tas miliknya, Oh Sehun telah siap berangkat menuju sekolahnya.

“Misteri akan segera dipecahkan,” gumam Oh Sehun.

***

 

Oh Sehun adalah seorang murid dari Performing Art School di Seoul. Ia sangat terkenal karena jabatan yang dimiliki ayahnya. Bahkan, banyak yang memprediksi bahwa Oh Sehun juga akan seperti ayahnya di masa depan nanti.

Oh Sehun memiliki seorang kekasih yang sangat cantik. Namanya Jessica Jung. Murid berdarah Amerika-Korea itu sangat terkenal di sekolah tersebut karena selain sekolah, dia juga adalah seorang model di majalah-majalah terkenal. Meskipun begitu, Jessica bukanlah gadis yang sombong dan memilih teman. Jessica berteman dengan siapa saja. Termasuk lelaki berdarah China bernama Xiao Luhan.

Target tersangka tak lain adalah lelaki itu sendiri. Lelaki itu sangat dekat dengan Jessica—kekasih Oh Sehun. Hal itu tentu membuat Sehun terbakar cemburu. Meskipun Jessica mengatakan bahwa hubungan mereka hanya sebatas teman, tetapi bau yang mencurigakan masih bisa tercium di hidung Sehun.

Untuk yang pertama kalinya, Oh Sehun tidak mempercayai Jessica Jung.

“Sehun-ah, selamat pagi!,” sapa Jessica.

“Selamat pagi, sayang,” balas Sehun.

Bibir mereka menyatu dalam sepuluh detik hingga mereka menjadi pusat perhatian karena telah berciuman di depan pintu kelas mereka. Semua murid juga tahu bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Jadi, tidak ada yang mempermasalahkan hal itu kecuali para penggemar Sehun dan Jessica.

“Kau membawa pekerjaan rumahmu?,” tanya Jessica.

“Jangan meremehkan orang jenius, sayang,” jawab Sehun.

Jessica tersenyum sambil memukul dada Sehun pelan. Mereka pun berjalan dan duduk di kursi mereka masing-masing.

Sehun duduk satu meja dengan Xiao Luhan—target tersangka dalam misinya. Sementara Jessica duduk satu meja dengan Im Yoona. Meskipun berteman, Sehun selalu curiga terhadap Luhan. Melihat ketampanan Luhan, Sehun merasa takut tersaingi. Murid tercantik di sekolah ini—Im Yoona—saja kagum kepada Luhan. Dan hal itu bisa jadi dirasakan oleh Jessica.

Tidak boleh! Jessica tidak boleh jatuh cinta pada lelaki China ini, batin Sehun.

“Apa yang mengganggumu, Sehun-ah?,” tanya Luhan.

“Eh? Tidak. Aku baik-baik saja,” jawab Sehun.

“Oke,” dan Luhan pun kembali memainkan rubiknya.

Selain Sehun, Luhan juga adalah murid yang jenius di sekolahnya. Permainan rubik dari Luhan sangat mengagumkan. Bagaimana bisa seseorang memecahkan teka-teki rubik kurang dari satu menit? Itu sangatlah tidak mudah, pikir Sehun.

“Luhan hebat sekali, ya?,” seru Yoona.

Jessica mengangguk setuju, “Memecahkan permainan rubik bukanlah hal yang mudah,” ucapnya.

“Aku jadi semakin menyukainya!,” ucap Yoona.

Jessica tersenyum, “Kalian pasti sangat cocok jika bersama,” ucapnya.

“Benarkah?,”

“Tentu saja. Kau cantik dan Luhan itu tampan. Pasangan yang sempurna,” jawab Jessica.

Wajah Yoona memerah seperti tomat setelah mendengarnya.

***

 

Jessica dan Sehun sedang makan berdua di kantin. Namun, tiba-tiba…

“Boleh aku ikut bergabung?,” tanya Luhan.

Sehun memutar bola matanya. Sedangkan Jessica tersenyum menyambut Luhan, “Silakan,” jawabnya.

Bahkan Luhan mengambil tempat disamping Jessica, bukan disamping Sehun.

“Menyebalkan!,” gumam Sehun pelan sambil menusuk-nusuk daging di piringnya dengan garpu yang ia pegang.

“Sehun-ah, ada masalah?,” tanya Jessica cemas.

“Ah, tidak,” jawab Sehun.

***

 

“Luhan itu sangatlah tampan,” ucap Taeyeon.

“Dia juga sangat manis,” ucap Sunny.

“Apa aku cocok dengannya?,” tanya Yoona.

Taeyeon dan Sunny mengangguk kompak.

“Tapi, kau harus berhati-hati dengan Jessica,” ucap Sunny.

“Kenapa? Bukankah Jessica sudah memiliki Sehun?,” tanya Taeyeon.

“Jessica dan Luhan sangatlah dekat. Aku curiga dengan hubungan mereka,” jawab Sunny.

“Kira-kira, Sehun yang berjiwa detektif curiga tidak, ya?,” tanya Taeyeon.

“Semoga saja begitu. Jadi, Luhan bisa menjadi milikku seorang!,” jawab Yoona.

Tanpa mereka sadari, seorang murid laki-laki mendengarkan percakapan mereka.

“Bahkan murid yang payah akan pelajaran seperti Sunny saja curiga dengan hubungan Jessica dan Luhan,” gumam murid laki-laki itu yang tak lain adalah Oh Sehun.

Sehun mengepalkan tangannya, “Aku harus menyusun strategi. Aku tidak akan membiarkan Luhan merebut Jessica!,”

***

 

“Luhan-ssi, ku dengar kau sedang mengincar seorang murid perempuan di sekolah ini,” ucap Baekhyun.

Luhan tersenyum malu, “Ya. Begitulah,” ucapnya.

Sehun berada di balik dinding mendengarkan percakapan mereka dengan memasang pendengaran yang tajam.

“Wah. Murid perempuan itu pasti sangat beruntung sekali, ya?,”

“Tidak. Aku lah yang beruntung jika aku berhasil mendapatkannya,”

Sehun menulis di buku catatan kecilnya, “Aku lah yang beruntung jika aku berhasil mendapatkannya,” gumamnya.

“Oh, ya? Memangnya murid itu sangat cantik, ya?,” tanya Baekhyun.

“Dia itu sempurna,” jawab Luhan.

Sehun kembali menulis, “Dia itu sempurna,” gumamnya.

“Beritahu aku ciri-cirinya!,” pinta Baekhyun penasaran.

“Dia memiliki mata yang indah, senyuman yang manis, wajah yang sempurna, dan sifat yang ramah,” jawab Luhan.

Sehun menulis seperti apa yang dikatakan Luhan.

“Aku jadi penasaran siapa perempuan itu,” ucap Baekhyun.

Luhan tertawa mendengarnya.

Sehun memasukkan buku catatan kecilnya ke dalam sakunya. Informasi berhasil ia dapatkan. Selanjutnya, ia harus menjalankan rencana B.

***

 

“Terima kasih, Jessica-ya. Selama ini kau sudah banyak membantuku,” ucap Luhan.

“Iya. Aku senang bisa membantumu, Lu,” jawab Jessica.

Sehun mengikuti mereka dari belakang namun ia berada sangat jauh dari mereka. Ia menggunakan alat pendengar pada jarak jauh di telinga kanannya sehingga ia dapat mendengarkan percakapan Jessica dan Luhan sangat jelas.

Luhan menghentikan langkahnya. Jessica juga ikut berhenti. Luhan pun berposisi berhadapan dengan Jessica.

Luhan memegang kedua bahu Jessica, “Terima kasih sudah menjadi sahabat terbaikku. Dan sebentar lagi kau akan menjadi—,”

“SEHUN!!!!,” seru Baekhyun yang berada dibelakang Sehun.

“Astaga! Kau ini mengagetkanku saja. Sudah sana pergi,” usir Sehun.

“Iya deh,” jawab Baekhyun lalu pergi meninggalkan Sehun.

Sehun beralih kembali menatap Jessica dan Luhan. Matanya membulat sempurna saat melihat Luhan dan Jessica berpelukan.

“Apakah tadi—Luhan telah menyatakan perasaannya kepada Jessica? Dan Jessica menerimanya?,” gumam Sehun tak percaya.

Tapi, Sehun bukan tipe orang yang langsung mengambil keputusan. Sehun masih belum mengumpulkan bukti yang akurat.

“Oke. Aku akan melakukan rencana B,” gumam Sehun.

***

 

Satu hari telah berlalu. Sekolah tetap aktif karena hari ini bukan hari minggu atau hari libur. Jadi, semua murid masih belajar di sekolah dan semua pengajar masih mengajar di sekolah.

Sehun memutuskan akan melakukan rencana B. Ia sudah memikirkan matang-matang selama satu malam hingga ia kurang tidur. Jessica pun berkali-kali menanyakan keadaannya yang sangat tidak baik.

“Kau begadang lagi?,” tanya Jessica.

Sehun mengangguk, “Ada eksperimen yang sedang ku lakukan,” jawabnya.

“Kau masih seorang pelajar, Sehun-ah. Berhenti melakukan hal yang mengganggu pelajaranmu,” ucap Jessica.

“Setelah eksperimen ini selesai, aku berjanji akan berhenti,” ucap Sehun.

Jessica tersenyum. Ia mengusap kepala Sehun dengan sayang. Sehun selalu menuruti apa yang dikatakan oleh Jessica. Sehun sangat mencintai Jessica. Tak heran ia selalu melakukan apapun demi Jessica.

Tiba-tiba, seorang pengajar masuk ke kelas mereka. Semua murid kembali ke kursi masing-masing. Pengajar itu menjelaskan materi pelajaran yang disukai oleh Sehun. Tapi, Sehun lebih tertarik untuk menginterogasi teman sebangkunya itu.

“Luhan,” panggil Sehun.

Luhan menoleh, “Ya?,”

“Boleh aku menanyakan sesuatu?,” tanya Sehun.

“Tentu saja,” jawab Luhan.

Sehun menarik napas sejenak, “Bagaimana pendapatmu tentang Jessica?,”

Luhan mengernyit bingung, “Apa maksudmu?,” tanyanya.

“Maksudku, bagaimana Jessica itu menurutmu?,” tanya Sehun.

“Oh. Dia orang yang ramah,” jawab Luhan.

“Karakter fisiknya?,” tanya Sehun.

“Dia memiliki mata yang indah, senyuman yang manis, dan wajah yang sempurna—”

Tidak salah lagi, pikir Sehun. Jadi, selama ini Luhan memang menyukai Jessica? Dan saat mereka berpelukan itu ternyata benar sesuai dengan apa yang dipikirkan Sehun?

“Jadi mereka menjalin hubungan dibelakangku?,” gumam Sehun pelan.

“—seperti—eh, Sehun-ah?,”

Belum selesai Luhan berbicara, Sehun sudah keluar dari kelas tanpa meminta ijin dengan pengajar. Wajahnya terlihat marah. Jessica merasa cemas dan meminta ijin untuk ke toilet, bermaksud untuk mengejar Sehun.

***

 

Jessica sudah mencari ke seluruh ruangan di sekolah, tapi ia tak kunjung menemukan Sehun. Dan pencariannya berakhir di atap sekolah. Ia menemukan Sehun yang sedang menatapi langit biru.

“Sehun-ah,”

Sehun berbalik. Namun, bukan seperti harapan Jessica, Sehun melemparkan tatapan dinginnya kepada Jessica.

“Untuk apa kau kemari?,”

“Ada apa, Sehun-ah? Ceritakan semuanya kepadaku. Aku berjanji akan membantumu,” ucap Jessica.

“Kau tidak akan bisa membantu,” ucap Sehun.

“K-Kenapa?,”

“Bisakah kau membantu untuk menjelaskan perselingkuhanmu, eh?,” tanya Sehun berapi-api.

“Perselingkuhan apa maksudmu?,” tanya Jessica bingung.

“Tidak perlu berakting, Jessica Jung. Aku sudah tahu semuanya. Kau dan Luhan. Kalian berpacaran, bukan?,”

Jessica spontan syok mendengarnya. Ia menggeleng cepat, “Aku tidak pernah sekalipun memikirkan hal itu, Sehun-ah. Apalagi melakukannya,” jawabnya.

“Lalu, apa maksud pelukan kemarin di koridor?,” tanya Sehun.

“Saat itu Luhan berterima kasih karena aku sudah menjadi sahabat terbaiknya,” jawab Jessica.

“Dan sebentar lagi akan menjadi—,”

“Saudara terbaiknya! Itu yang Luhan katakan hingga aku memeluknya sebagai ucapan terima kasih,” potong Jessica.

Sehun mengerjap, “Saudara? Apa maksudmu? Kau dan Luhan—,”

“Ayahku dan ibunya sudah bertunangan. Dan sebentar lagi akan menikah. Maaf karena aku belum memberitahumu. Aku berniat menjadikan ini sebuah kejutan,” jawab Jessica.

“Tapi, Luhan menyukai seseorang yang cirinya sama persis denganmu!,” ucap Sehun.

“Dan kau belum mendengarkan kelanjutan dari kalimatku yang sempat terputus karena kepergianmu, Oh Sehun!,”

Sehun dan Jessica menoleh ke sumber suara, “LUHAN??!!,”

“Saat kau menanyakan bagaimana pendapatku tentang Jessica, aku menjawabnya dia memiliki mata yang indah, senyuman yang manis, wajah yang sempurna, dan sifat yang ramah. Seperti—,” Luhan tersenyum tipis, “—seseorang yang selama ini ku sukai, Im Yoona,” lanjutnya.

Sehun mengerjap kaget, “J-Jadi—kau—itu—,”

“Intinya, kau hanya salah paham, Sehun-ah. Aku dan Jessica bukan apa-apa selain sahabat dan saudara,” ucap Luhan.

Sehun tersenyum malu. Melihat itu, Jessica tertawa ringan.

“Ini pertama kalinya kau gagal menyimpulkan permasalahan, bukan?,” tebak Jessica.

Sehun mengusap tengkuknya, “Sepertinya begitu,” jawabnya.

Jessica memeluk Sehun erat, “Jangan pernah membuatku mencemaskanmu lagi, oke? Misimu sudah selesai sekarang. Jadi, kau tidak boleh begadang lagi,” ucapnya.

“Okay, master!,” jawab Sehun seraya mengusap kepala Jessica.

Luhan hanya tersenyum melihat pasangan dihadapannya itu.

Sehun menatap ke langit biru. Misi cintaku.. selesai!

END

Yang ini agak pendekan, ya? Sorry buat AliyaGorjessspazzer u.u

Tapi, semoga kamu suka ya sama ceritanya. Sorry aku bikin jadi aneh gini. Pengen ada nuansa baru aja sih. Soalnya cerita-cerita jaman sekarang udah banyak yang pasaran. Jadi, aku mencari sesuatu yang lain.

Buat readers dan khususnya AliyaGorjessspazzer, ayo tinggalkan jejak! ^^

(Request FF) – Fall In Love With Bad Girl


Title : Fall In Love With Bad Girl

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • EXO-M’s LuHan as Xiao Luhan

Support Cast :

  •  SNSD’s Sooyoung as Choi Sooyoung
  •  SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  •  SNSD’s YoonA as Im Yoona
  •  EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • etc

Genre : School-life, Romance, Comedy

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari Park Yuko. Semoga bisa diterima dan bisa memuaskan anda dan juga ma all beloved readers!

***

 

Menjadi seorang gadis tomboy adalah hal yang biasa. Tetapi, menjadi seorang gadis yang tidak memiliki kekasih seumur hidupnya bukanlah hal biasa. Statusnya sebagai gadis tomboy membuatnya tak bisa merasakan apa itu cinta, apa itu pacaran, apa itu kekasih. Padahal teman-temannya sering merasakan tiga hal itu. Iri, tentu saja. Meskipun memiliki jiwa seperti laki-laki, tetapi gadis ini juga ingin seperti teman-temannya.

Namanya Jessica Jung. Nama seorang murid di Seoul Performing Art School yang paling ditakuti oleh kaum adam maupun hawa. Nama yang sangat terkenal bahkan di luar sekolah sekali pun. Nama yang menyedihkan bagi Jessica sendiri karena baginya nama itu membawa penderitaan untuknya.

“Aku sudah tidak perawan lagi,”

“APA???!!!!,” teriak tiga sahabat Yoona.

“Dimana kalian melakukannya?,” tanya Yuri.

“Berapa ronde, eoh?,” tanya Sooyoung.

“SIAPA YANG BERANI MENGOTORIMU, IM YOONA? TAKKAN KU MAAFKAN LELAKI ITU!!!!,” teriak Jessica murka.

Yoona terkekeh pelan, “Tenang. Bukan miss V milikku yang tidak perawan. Tapi—,” wajah Yoona memerah, “—bibirku,” lanjutnya.

“Oh, jadi Yoona sudah melakukan ciuman pertama?,” tanya Yuri.

Yoona mengangguk malu.

“Akhirnya!,” seru Sooyoung turut senang.

Yuri menyikut lengan Jessica, “Bagaimana denganmu, eh?,” tanyanya.

Jessica menghela napas berat, “Aku tidak tertarik dengan yang namanya cinta,” jawabnya.

“Apa benar?,” tanya Sooyoung dengan tatapan menggodanya.

“Bawakan saja lelaki paling tampan di dunia ini. Aku tetap takkan jatuh cinta kepadanya,” ucap Jessica.

“Keras kepala sekali,” bisik Yoona kepada Yuri.

“Padahal kemarin aku mendengar dia mengigau ingin memiliki kekasih,” bisik Yuri kepada Yoona.

“Bagaimana kalau kita bertaruh?,” tawar Sooyoung.

Jessica mengernyit, “Bertaruh apa?,” tanyanya.

“Kau harus menjalin hubungan dengan Kim Jongin, si tampan yang jago kungfu itu,”

Jessica spontan syok, “WHAT THE HELL!!!,” teriaknya.

“Untuk apa itu, Sooyoung-ah?,” tanya Yoona.

“Jessica sendiri yang berkata kalau dia takkan jatuh cinta meskipun kita membawakan lelaki tampan. Jadi, jika Jessica menjalin hubungan dengan Jongin, pasti Jessica akan merasakan cinta,” jawab Sooyoung.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak mungkin! Satu bulan berpacaran dengannya pun aku takkan jatuh cinta kepadanya,”

“Oke! Deal!,” seru Sooyoung.

“Eh?,”

“Satu bulan berpacaran dengan Kim Jongin. Jika kau jatuh cinta, kau kalah. Jika tidak, aku yang kalah. Terserah kau ingin minta apa dariku,” ucap Sooyoung.

“Tapi, bagaimana caranya Jessica bisa berpacaran dengan Kim Jongin? Bukankah itu hal yang mustahil?,” tanya Yuri.

Sooyoung tersenyum licik, “Tenang saja. Serahkan semuanya kepadaku,” jawabnya.

Jessica, Yuri, dan Yoona menatapnya horor.

***

 

BRAKKK!!!!

Jongin baru saja membanting temannya—Oh Sehun—ke lantai di ruangan lapangan basket. Semua teman-teman lelakinya dan beberapa murid perempuan bertepuk tangan.

“Hebat, Jongin! Permainan kungfumu tidak tertandingi,”

“Kau sangat baik bermain kungfu,”

“JONGIN OPPA, KAU SANGAT KEREN!!!!!,” teriak para murid perempuan.

Sehun beranjak berdiri, “Hebat, teman. Kau hampir meremukkan tulangku,” pujinya.

“Maaf jika membuatmu terluka, Sehun-ah,” ucap Jongin.

“Tidak apa. Aku tidak masalah,”

“HEI! KIM JONGIN!!!!!,”

Semua yang ada disana menoleh ke sumber suara. Choi Sooyoung yang sedang berada di ambang pintu. Suara itu berasal darinya.

“JANGAN SOMBONG DULU! KAU BELUM BERTANDING MELAWAN TEMANKU YANG LEBIH HEBAT DARIMU!,” teriak Sooyoung.

Mereka semua tertawa, termasuk Jongin sendiri.

“Siapa temanmu itu?,” tanya Jongin.

Sooyoung langsung menarik Jessica dan membawanya masuk. Para murid terkaget-kaget dan ketakutan.

“J-Jessica?,” pekik Sehun tak percaya.

“Oh. Jadi gadis tomboy ini yang lebih hebat dariku?,” tanya Jongin angkuh.

“Tentu saja!,” jawab Sooyoung.

Jessica hanya diam, tak berani berkata apapun.

“Bagaimana kalau kita bertaruh?,” tawar Sooyoung.

“Bertaruh apa?,” tanya Jongin.

“Jika kau berhasil menang, aku akan menjadi pembantumu selama satu bulan penuh,” ucap Sooyoung.

“Menarik,” bisik Sehun kepada Jongin.

“Dan jika gadis itu yang menang?,” tanya Jongin.

“Kau harus menjadi kekasihnya,”

“APA?????!!!!!!!!!,”

“Menjadi kekasihnya? Apa kau gila?,” tanya Jongin tak percaya.

Jessica menunduk sambil menutupi wajahnya yang memerah karena malu.

“Oh. Jadi, kau takut kalah?,” tanya Sooyoung.

“Enak saja. Tidak ada kata kalah di dalam kamusku,” jawab Jongin, “Oke. Aku terima. Mari kita mulai sekarang,”

Sooyoung menepuk bahu Jessica, “Kau harus menang!,” bisiknya.

“Aku tidak bisa bermain kungfu,” bisik Jessica.

“Kalahkan dia dan selesai. Kau untung, aku juga selamat dari neraka,” bisik Sooyoung.

“Bersedia ditempat. Saling membungkuk. Dan mulai!,” seru Sehun.

Jessica dan Jongin pun mulai bertanding.

***

 

Jessica merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini merupakan hari terburuk yang pernah ia alami. Jessica tidak kalah dalam pertandingan itu. Dan mulai hari ini, Jessica dan Jongin resmi menjadi sepasang kekasih.

“Apa yang harus aku lakukan? Bahkan aku tidak tahu harus melakukan apa! Atau aku berhenti sekolah saja?,”

Jessica mengacak-acak rambutnya prustasi. Ini benar-benar di luar dugaannya. Ia pikir, ia akan kalah dan keluar dari rencana gila yang disusun oleh Sooyoung. Tapi, ternyata, ia menang.

“Bagaimana nanti jika aku bertemu dengan Jongin? Atau dengan para penggemarnya itu?,”

Jessica sangat prustasi hari ini.

***

 

Jessica berjalan menelusuri koridor sekolahnya dengan suasana yang sangat suram. Para penggemar Kim Jongin menatapinya dengan penuh benci. Tapi, mereka tidak berani melawan ataupun mengejek Jessica. Karena mereka tahu jika mereka berani kepada Jessica, mereka akan segera dimasukkan ke dalam pemakaman.

“Jessica-ah!,” seru Yuri sambil merangkul bahu Jessica.

Jessica tersentak, “Kau mengagetkanku saja, Yuri-ah,” ucapnya sambil mengelus dadanya pelan, “Ada apa?,” tanyanya.

“Hanya ingin menyapa sahabatku yang baru saja memiliki kekasih,” jawab Yuri dengan senyuman lebarnya.

Wajah Jessica memanas. Ia segera melepaskan rangkulan Yuri dan segera berlari meninggalkannya. Yoona dan Sooyoung yang kebetulan lewat pun menghampiri Yuri.

“Kenapa Jessica pergi?,” tanya Yoona.

Yuri tersenyum lebar, “Dia sedang salah tingkah,” jawabnya.

Sementara itu, Jessica terus berlari di sepanjang koridor sekolah. Hingga ia menabrak seorang murid laki-laki yang baru saja keluar dari kelasnya.

“Aw!,”

“Maafkan aku. Aku sangat menyes—,” Jessica mendongak dan tercengang, “—Kim Jongin?,” pekiknya.

“Oh. Seorang gadis preman di sekolah meminta maaf? Tidak biasanya,” ucap Jongin.

“Tentu saja dia harus meminta maaf kepadamu, Jongin-ah. Dia kan kekasihmu,” sahut Sehun yang berada disamping Jongin.

Wajah Jessica kembali memanas. Ia segera berlari meninggalkan mereka berdua.

“Kau ini bicara apa, Sehun-ah? Aku bukan kekasihnya!,”

“Jangan pernah lupa fakta bahwa kau kalah taruhan dengan Choi Sooyoung,” ucap Sehun.

Jongin mengacak-acak rambutnya, “Gah! Aku benar-benar tertimpa sial!,” gerutunya.

***

 

“Annyeonghaseyo. Nama saya Xiao Luhan. Panggil saja Luhan. Senang berkenalan dengan kalian. Saya harap, kalian dapat membantu saya. Terima kasih,”

“WHOA!!!!!!,”

“TAMPANNYA!!!!!!!,”

“MANIS!!!!!!!!!,”

Seperti itulah teriakan dari para murid perempuan di kelas tersebut. Luhan pun duduk disamping gadis yang ditakuti hampir semua murid, Jessica Jung.

“Namaku Luhan,” ucap Luhan.

“Aku sudah tahu,” jawab Jessica dingin.

“Bagaimana dengan namamu?,” tanya Luhan.

“Jessica,”

Luhan mengusap tengkuknya, “Oh. Senang berkenalan denganmu, Jessica-ssi,” ucapnya.

“Hm,”

Luhan tersenyum sambil memandangi Jessica yang tengah fokus mendengarkan pelajaran di kelas. Diam-diam, Luhan telah jatuh ke dalam pesona rahasia yang dimiliki oleh Jessica. Pesona yang hanya bisa dilihat dari jarak dekat.

“Menarik,” gumam Luhan pelan.

***

 

Jessica sedang makan di kantin bersama ketiga sahabatnya. Kantin itu cukup dipenuhi oleh murid-murid.

“Jessica-ah, kau tidak makan bersama kekasihmu?,” tanya Sooyoung sambil menunjuk Jongin dengan dagunya.

“Dia itu bukan kekasihku,” ucap Jessica.

“Kalian sudah resmi berpacaran, Sica-ah. Kalian adalah sepasang kekasih,” ucap Yoona.

“Ini semua kan karena ide gila dari Sooyoung,” ucap Jessica kesal.

“Permisi,”

Keempat murid perempuan itu menoleh ke sumber suara. Yoona, Sooyoung, dan Yuri terperangah melihat siapa yang menyapa mereka.

“Tampannya!,” kagum Yuri.

“Manis!,” kagum Yoona.

“Juniornya besar tidak, ya?,” gumam Sooyoung pelan. Pelan sekali hingga hanya Yoona yang mendengarnya. Yoona menahan tawanya setelah mendengar gumaman Sooyoung.

“T-Terima kasih. Bolehkah aku bergabung disini?,”

“Kau bisa duduk di tempat lain, Luhan-ssi,” ucap Jessica.

“K-Kalian saling kenal?,” tanya Yuri tak percaya.

“Dia murid baru di kelasku,” jawab Jessica santai.

“Disini, hanya Jessica yang ku kenal. Jadi, boleh aku bergabung disini, ya?,” pinta Luhan.

“Boleh boleh!,” jawab Sooyoung.

“Tentu saja!,” jawab Yuri.

“Silakan duduk,” ucap Yoona.

Luhan pun mengambil tempat disamping Jessica. Sehun yang melihatnya dari kejauhan pun menyikut lengan Jongin.

“Ada apa?,”

“Lihat! Kekasihmu bersama Luhan, murid baru yang sudah menjadi sangat populer di sekolah ini,” ucap Sehun.

Jongin menaikkan alisnya, “Lalu?,”

“Kau tidak cemburu?,” tanya Sehun.

“Memangnya aku ingin berpacaran dengannya? Aku melakukan ini hanya karena kalah taruhan. Lagipula, mana mungkin aku jatuh cinta kepada gadis preman itu,” seru Jongin.

“Jaga kata-katamu, Jongin-ah. Hati-hati kalau kau sampai menjilat ludahmu sendiri,”

“Aku tidak akan termakan oleh kata-kataku. Tenang saja,” ucap Jongin yakin. Ia kembali melanjutkan makannya sambil menatap Jessica bersama Luhan. Apa yang dilihat Luhan tentang Jessica? Mengapa dia mau mendekati Jessica?, batinnya.

***

 

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Jessica dan Jongin semakin parah. Keduanya terus bertengkar. Benar-benar tidak seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Sementara itu, hubungan Jessica dan Luhan semakin dekat. Luhan selalu berusaha mendekati Jessica hingga Jessica menyerah. Mereka pun mulai berteman dan Jongin semakin curiga akan hubungan mereka.

“Kau benar-benar tidak cemburu pada si Luhan itu?,” tanya Sehun.

“Tidak akan pernah, Oh Sehun!,” jawab Jongin.

Di perpustakaan, Jessica dan Luhan sedang membaca buku pelajaran.

“Jessica-ya, bisakah kau menjelaskan apa maksud pertanyaan yang ini?,” tanya Luhan.

Jessica pun menjelaskannya kepada Luhan. Dan diam-diam, Luhan tak memperhatikan penjelasan Jessica. Melainkan memperhatikan wajah Jessica.

“Cantik,”

“Apa?,” tanya Jessica.

“T-Tidak. Maksudku, aku mengerti,” jawab Luhan grogi.

Jessica mengangguk pelan, “Oke,” ucapnya.

***

 

“Berkencan?,” pekik Jessica kaget.

“Kau tidak mungkin bisa jatuh cinta kepada Jongin jika hubungan kalian terus seperti ini. Kalian harusnya pergi jalan-jalan berdua,” jawab Sooyoung.

“Sooyoung-ah, ini gila. Sangat gila. Bagaimana dengan dia? Memangnya dia mau?,”

Sooyoung mengangguk, “Tentu saja dia mau!,” jawabnya.

“Berkencan? Yang benar saja!,”

 

“Kim Jongin, jika kau menolaknya, itu artinya kau takut jatuh cinta pada Jessica,” ucap Sooyoung.

 

Jongin menggeleng cepat, “Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis preman itu, Sooyoung-ssi,” bantahnya.

 

“So?,”

 

Jongin menghela napas berat, “Baiklah. Aku setuju. Aku akan berkencan dengannya,” jawabnya akhirnya.

 

“Oke. Jemput Jessica di alamat ini,” ucap Sooyoung seraya memberikan selembar kertas kecil kepada Jongin.

 

“Oke,” jawab Jongin pasrah.

 

***

 

Jongin sedang bersandar di mobilnya yang sedang diparkir di depan rumah milik Jessica. Beberapa kali Jongin melirik jamnya. Jongin tak menyangka, gadis tomboy seperti Jessica yang tidak suka berdandan ternyata bisa lama juga. Benar-benar di luar dugaan, pikirnya.

“Maaf. Aku membuatmu lama menunggu!,”

“Ya sudah. Tidak apa-ap—,” kalimat Jongin terhenti dan ia tercengang pada seorang gadis yang berdiri dihadapannya itu, “K-Kau Jessica?,” tanyanya ragu.

“Maaf. Bukan aku yang menginginkan ini. Yuri memaksaku untuk berdandan. Dia lah yang mendandaniku seperti ini,”

Jongin masih tercengang melihat penampilan Jessica. Wajahnya memang sangat mirip Jessica. Tapi, penampilannya sangat berbeda. Jongin masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Aku masih tidak percaya,” gumam Jongin pelan.

“Kau bicara apa, Jongin-ssi?,” tanya Jessica.

Jongin mengibaskan tangannya dengan cepat, “Tidak. Bukan apa-apa. Ngg—ayo berangkat!,”

Jessica mengangguk setuju. Keduanya masuk ke dalam mobil milik Jongin. Dan mereka akan melangsungkan kencan pertama mereka.

***

 

Jongin sedang berbaring di ranjangnya. Ia memainkan ponselnya dan melihat-lihat folder foto di ponselnya. Terdapat banyak foto pemandangan, wahana bermain, dan satu foto yang sangat menarik baginya. Hingga foto tersebut ia jadikan sebagai walpaper ponselnya.

Gambar

Jongin tertawa sambil mengingat bagaimana caranya ia mendapatkan foto tersebut.

“Akhirnya aku telah mencoba wahana paling berbahaya itu!,” seru Jessica.

Jongin menaikkan alisnya, “Memangnya kau tidak pernah menaiki wahana yang tadi itu sebelumnya?,” tanyanya.

“Setiap pergi ke Lotte World bersama Yoona, Sooyoung, dan Yuri, mereka pasti tidak mau menemaniku naik wahana itu. Terima kasih karena kau sudah mau menemaniku,”

Wajah Jongin memanas. Ia menundukkan kepalanya agar wajah merahnya tak terlihat oleh Jessica.

“Ya. Tidak masalah,” jawab Jongin.

“Oke. Mari kita menaiki wahana yang lain!,” seru Jessica seraya berjalan mendahului Jongin.

Jongin mengeluarkan ponselnya saat ponselnya mulai bergetar. Ia membaca pesan dari Sooyoung.

From : Sooyoung-evil friend

Selamat bersenang-senang! Semoga kalian akan menyadari perasaan kalian masing-masing. Keke~!

Jongin terkekeh pelan. Kemudian, ia mendapatkan ide yang bagus. Ia arahkan ponselnya ke arah Jessica, dan..

“Jessica-ssi,”

Jessica berbalik, “Ya?,” jawabnya. Dan suara kamera serta sinar flash pun terdengar dan terlihat.

“YA! KIM JONGIN! UNTUK APA MENGAMBIL FOTOKU?,” teriak Jessica kesal.

“Penampilanmu saat ini sangat langka. Aku akan menyebarkannya!,” jawab Jongin.

“TIDAK! TIDAK BOLEH! KAU TIDAK BOLEH MENYEBARKANNYA!,”

“AKU AKAN MENYEBARKANNYA!,”

“Kau jahat, Kim Jongin! Ku mohon, jangan!,”

Jongin tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, “Jessica.. Jessica.. Mana mungkin aku menyebarkan fotomu. Kalau aku melakukannya, aku pasti akan segera kehilanganmu karena semua lelaki akan merebutmu dariku,”

Tersadar akan ucapannya, Jongin menepuk mulutnya sendiri.

“Apa yang ku katakan tadi? Untuk apa aku peduli pada Jessica? Kenapa aku tidak ingin kehilangan Jessica?,”

Jongin mengacak-acak rambutnya.

***

 

“Jessica-ya!,” panggil Luhan sambil berlari mengejar Jessica.

“Eh? Ada apa, Lu? Bukankah kau harus segera pulang karena kau akan pergi ke China?,” tanya Jessica.

“Ngg—ada yang ingin ku sampaikan kepadamu sebelum aku pergi ke China,” jawab Luhan.

“Sangat penting, ya? Kalau tidak penting, kau sampaikan saat setelah kau kembali ke Seoul saja,” ucap Jessica.

“Tidak bisa. Itu terlalu lama,” ucap Luhan.

“Oke. Jadi, ada apa?,”

“Ngg—,” Luhan menarik napas dalam, “—maukah kau menjadi kekasihku?,”

“A-Apa?,” pekik Jessica tak percaya.

Luhan mengangguk, “Jadilah kekasihku. A-Aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama. Aku ingin hubungan kita lebih dari sahabat,”

“A-Aku—aku—,”

“Jessica tidak bisa menjadi kekasihmu!,” seru seorang murid laki-laki seraya menghampiri mereka.

“J-Jongin?,”

“Siapa kau?,” tanya Luhan.

“Aku adalah kekasih Jessica,” jawab Jongin.

Luhan mendadak syok dibuatnya. Ia menatap Jessica meminta penjelasan.

“Memang benar aku kekasihnya. Tapi, hubungan kami tidak—,”

“Ku sarankan kau segera menjauh dari kehidupan Jessica. Aku tidak ingin Jessica dekat dengan lelaki lain selain aku,” ucap Jongin lalu segera menarik Jessica pergi.

“J-Jongin-ssi, lepaskan!,”

Jongin terus menarik tangan Jessica dan membawanya ke belakang sekolah.

“Untuk apa kau membawaku kemari? Dan apa maksud perkataanmu kepada Luhan tadi?,” tanya Jessica marah.

“Bukankah sudah jelas? Aku adalah kekasihmu,” jawab Jongin.

“Tapi, kita tidak saling mencintai,” ucap Jessica.

“Mungkin itu kau. Tapi, tidak dengan aku,”

Jessica tersentak, “A-Apa?,”

“Selama ini aku sangat tidak menyukaimu. Tapi, aku tidak tahu mengapa seiring berjalannya waktu, aku mulai tertarik kepadamu meskipun aku masih tidak yakin. Dan sekarang, aku sudah memantapkan perasaanku. Aku selalu marah jika kau dekat dengan Luhan. Aku tidak suka kau bersama lelaki lain. Dan aku hanya ingin menjadi satu-satunya lelaki yang dekat denganmu,” ucap Jongin.

“J-Jongin..,”

“Aku tahu kau tidak mencintaiku. Aku bisa mengerti. Aku tidak akan memaksa. Jika kau ingin mengakhiri hubungan ini, aku tidak apa-apa. Tidak usah pedulikan aku. Yang penting, aku sudah mengatakan bahwa—,” Jongin menarik napas dalam, “—aku mencintaimu!,”

Jongin berbalik, berniat ingin pergi. Namun, Jongin menahan langkahnya saat ia merasakan sepasang tangan melingkari perutnya. Jessica sedang memeluknya dari belakang.

“Aku juga mencintaimu, bodoh!,”

“A-Apa?,”

“Selama ini aku menutupi perasaanku. Selama ini aku sudah jatuh cinta kepadamu. Kau berbeda dengan yang lain. Kehebatan kungfumu membuatku semakin tertarik kepadamu. Kau bukan lelaki yang lemah, dan aku suka itu. Setelah Sooyoung bertaruh denganmu, aku selalu menghindarimu. Aku takut, sikap salah tingkahku kepadamu dapat kau ketahui dengan mudah. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman dan terbiasa bersamamu. Dan perasaan itu semakin menjadi. Dan aku tidak pernah menyukai Luhan lebih dari sahabat,” ucap Jessica.

Jongin berbalik dan memeluk Jessica erat, “Jadi, perasaanku terbalaskan?,” tanyanya.

“Tentu saja,” jawab Jessica.

“Tak ku sangka, aku akhirnya bisa jatuh cinta kepada gadis preman. Padahal aku mati-matian bersumpah bahwa aku takkan pernah jatuh cinta kepadamu,” ucap Jongin.

“Aku juga melakukan hal yang demikian kepada ketiga sahabatku yang selalu ingin tahu soal hubungan kita,” ucap Jessica.

“Tapi, aku tidak peduli. Sekarang, tidak ada lagi kecanggungan diantara kita,” ucap Jongin.

Jessica mengangguk. Mereka bertatapan dalam diam. Hal itu berlangsung selama satu menit. Dan akhirnya sesuatu yang baru telah terjadi. Sehun dan Sooyoung berhasil mengabadikan ciuman pertama Jessica dan Jongin di kamera milik mereka.

END

Huah! Selesai, deh! Buat Park Yuko, semoga kamu suka dengan FF ini, ya? Readers juga, ya. Dan jangan lupa komentarnya.

Baca juga ‘Request FF’ lainnya, yaks? ^^

Who I Love? (Chapter 5)


who-i-love

Title : Who I Love?

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
o EXO-M’s LuHan as Xiao Lu Han
o EXO-K’s Chanyeol as Park Chanyeol

Support Cast :
o SNSD’s Seohyun as Oh Seohyun
o SNSD’s YoonA as Im Yoona
o EXO-K’s Baekhyun as Byun Baekhyun
o SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
o EXO-M’s Xiumin as Kim Minseok
o etc

Genre : Fluff, Romance, Friendship

Length : Series

    Poster by © pearlshafirablue

>>>

Jessica dan Sehun spontan mundur dan mereka berdua terjatuh dari atas ranjang ke lantai yang dingin.

“Aw!,” ringis keduanya.

Seohyun menghampiri Sehun dan membantunya berdiri, “Kau tidak apa-apa?,” tanyanya.

Sehun menggeleng seraya bangkit dengan bantuan Seohyun.

Sedangkan Jessica bangkit dengan sendirinya. Chanyeol, Baekhyun, dan Taeyeon pun menghampirinya.

“Apa yang terjadi, Jung-ya? Apa yang kalian lakukan?,” tanya Chanyeol panik.

“Aku tidak tahu. Aku lupa,” jawab Jessica.

Taeyeon mendesis, “Kau terlalu polos, Sica-ah,” cibirnya.

Seohyun menarik Sehun hingga menghampiri teman-temannya.

“Kalian berdua harus menjelaskannya sekarang!,” perintah Seohyun.

“Kami tidak melakukan apa-apa, Seohyun-ah. Tadi malam ia ketakutan karena listrik padam dan ia memintaku untuk menemaninya tidur,” jawab Sehun.

“APA?,” pekik Jessica, “Aku yang memintamu?,” tanyanya tak percaya.

“Ku rasa kepalamu terbentur saat kau jatuh tadi. Apa kau benar-benar lupa, Jessica Jung?,”

Jessica mengusap kepalanya, “Ingatanku belum bisa terkumpul jika baru bangun,” jawabnya, “Bagaimana jika kita bicarakan ini setelah mandi dan sarapan?,” usulnya.

“Ide bagus!,” setuju Chanyeol.

Taeyeon menggelengkan kepalanya, “Mengapa hal ini menjadi rumit?,” gumamnya prustasi.

***

Sesuai usul Jessica, mereka semua berkumpul di ruang tengah setelah mandi dan sarapan. Mereka tengah menanti penjelasan Jessica setelah Jessica berhasil memulihkan memorinya yang tadinya menghilang.

“Apa kau sudah mengingatnya?,” tanya Seohyun.

Jessica mengangguk, “Semua yang di katakan Sehun benar,” jawabnya.

Sehun tersenyum puas. Untunglah Jessica tidak membual dengan mempertinggi derajatnya. Ya, biasanya Jessica selalu seperti itu meskipun ia sedang terlibat dalam masalah besar.

“Tapi tetap saja Sehun yang duluan masuk ke kamarku,” tambah Jessica dengan ekspresi cemberutnya.

Baekhyun memukul kepala Sehun, “Untuk apa kau masuk ke kamarnya?,” tanyanya.

Sehun membalas memukul kepala Baekhyun, “Untuk tidur, tentu saja. Jika kalian tidak menguasai ranjangku, mungkin hal ini tidak akan terjadi,” jawabnya.

Baekhyun dan Chanyeol saling menatap. Lalu mereka menatap Sehun sambil menyengir seperti kuda.

“Sudah ku duga biang permasalahannya adalah mereka,” gumam Taeyeon.

“Jadi, semua ini berakhir sampai disini?,” tanya Chanyeol.

“TIDAK!,” jawab Seohyun.

Taeyeon, Chanyeol, dan Baekhyun menatap Seohyun bingung. Sedangkan Jessica dan Sehun menatap Seohyun horor. Mereka merasa mereka akan ketiban musibah setelah ini.

“Melanggar peraturan rumah dari haraboji yaitu tidur berdua dalam satu ranjang dan berbeda jenis akan di kenakan pasal—,”

“Seohyun-ah, kita ini bukan pemerintah, hakim, atau sejenisnya,” sahut Taeyeon datar.

Seohyun menyengir, “Maafkan aku. Aku terlalu berkeinginan menjadi seorang politikus,” jawabnya.

“Kami akan benar-benar di hukum?,” tanya Sehun.

Seohyun mengangguk, “Kita tidak bisa melupakan peraturan yang di buat dari haraboji, Sehun-ah. Beliau menginginkan rumah ini selalu menjadi suci,” jawabnya.

“Tapi, kami tidak melakukan apapun selain tidur, Seohyun-ah,” ucap Jessica.

“Maaf, Sica-ya. Aku tidak bisa. Ini adalah peraturan dari haraboji,” ucap Seohyun.

Sehun dan Jessica menghela napas berat kompak. Mereka sudah pasrah dengan hukuman apa yang akan di berikan oleh Seohyun.

“Tenang saja. Hukumannya ringan kok,” ucap Seohyun.

“Baiklah. Apa hukumannya?,” tanya Sehun.

Seohyun tersenyum, “Tangan kalian harus di borgol selama satu hari,” jawabnya.

“DI BORGOL??!!,” teriak Sehun dan Jessica tak percaya.

“Iya,” jawab Seohyun, “Kalian akan selalu bersama dalam satu hari,” lanjutnya.

“Aku tidak rela melihat Sehun bersama Jessica terus selama satu hari,” rengek Chanyeol.

“Seohyun-ah, apa ini tidak berlebihan?,” tanya Taeyeon.

Seohyun tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

“Satu hari? Tidak masalah. Kapan hukumannya di mulai?,” tanya Sehun.

“Besok, saat sekolah,” jawab Seohyun.

“APA?????!!!!,” teriak Sehun dan Jessica lagi.

***

“Ayo kita berangkat sekarang!,” seru Seohyun.

Sehun dan Jessica keluar dari rumah dalam keadaan terborgol satu sama lain. Itu artinya, mereka takkan bisa terpisahkan selama borgol tersebut tidak bisa di buka karena kuncinya ada di tangan Seohyun.

“Apa yang akan di katakan para guru, Seohyun-ah?,” tanya Sehun lemas.

“Akan ku katakan pada mereka bahwa ini adalah ritual yang di buat oleh haraboji,” jawab Seohyun.

“Benar-benar alasan yang tidak masuk akal,” gumam Sehun.

“Bagaimana jika aku ingin ke toilet?,” tanya Jessica.

“Kalian pasti bisa mengatasinya sendiri,” jawab Seohyun.

Sehun dan Jessica menghela napas kasar. Mereka berdua berjalan masuk ke dalam mobil dan duduk di belakang. Sementara Seohyun mengambil alih mengemudi yang biasanya di pegang oleh Sehun.

***

Jessica merasakan aura kegelapan dimana-mana. Semua murid perempuan di kelasnya menatapnya tajam. Ya, tentu saja karena mereka tidak rela idola mereka terus menempel bersama si murid baru berdarah campuran itu.

“Meskipun itu ritual dari haraboji-nya, tetap saja aku tidak rela,” seru seorang murid perempuan.

“Kenapa bukan aku saja yang di borgol bersama Sehun?,”

“Ah, aku benar-benar iri pada Jessica itu,”

Jessica mengusap kupingnya yang memanas. Andai saja laki-laki yang di borgol bersamanya adalah Luhan, Jessica pasti sudah merasa berada di surga meskipun ia belum tiada.

“Aku ingin ke toilet,” ucap Sehun, dengan wajah yang memucat.

“K-Ke toilet?,”

Sehun beranjak berlari keluar dari kelas. Tentu saja Jessica ikut berlari karena tangannya akan terus mengikuti kemana Sehun pergi. Dan yang benar saja. Mereka pergi menuju toilet laki-laki.

“Sehun-ah, aku tidak mau!,” protes Jessica.

“Aku sudah tidak tahan, Jessica-ya. Ayo cepat masuk,” seru Sehun.

Dengan paksaan, akhirnya Sehun dan Jessica masuk ke dalam toilet. Minseok yang baru keluar dari toilet mengerjap kaget.

“Oh Sehun dan Jessica Jung—berdua di dalam toilet?,”

***

“Benarkah?,”

Minseok mengangguk cepat. Ia masih syok melihat dua murid yang masuk ke dalam toilet itu. Ia tampak berpikir keras, apa saja yang mereka lakukan disana?

Luhan menyeruput tehnya, “Itu artinya, aku sudah benar 100%, hyung,” ucapnya.

Minseok mengernyit heran, “Benar apanya?,” tanyanya.

“Soal Sehun dan Jessica. Itu artinya Sehun pasti menyukai Jessica,” jawab Luhan.

“Aku tidak bisa menyalahkan perkataanmu. Dua murid berbeda jenis masuk ke dalam toilet. Sangat wajar jika di katakan mereka memiliki ikatan,” ucap Minseok.

Luhan mengangguk mantap.

“Apa aku mengganggu?,” tanya seorang murid perempuan yang menghampiri meja Luhan dan Minseok di kantin, “Apa aku boleh bergabung?,” tanyanya.

“Tentu, Yoona-ah,” jawab Luhan, di sertai senyuman khasnya.

Yoona duduk di samping Luhan, “Aku benar-benar masih mengingat tempat ini, Luhan. Maksudku—meja ini. Kita selalu makan disini berdua, bukan?,”

Luhan mengangguk, “Meja kita,” ucapnya.

Wajah Yoona bersemu merah. Ia selalu seperti ini di setiap Luhan mengeluarkan kata demi kata yang mampu membuat jantungnya berdetak tidak normal. Yoona akui, ia masih mencintai lelaki oriental di sampingnya itu.

“Lihat! Yoona sunbae dan Luhan sunbae sepertinya akan memulai hubungan mereka lagi,”

“Aku iri pada mereka,”

“Mereka adalah pasangan yang sangat cocok,”

“Setidaknya Luhan sunbae lebih pantas di sandingkan dengan Yoona sunbae daripada si murid berdarah campuran itu,”

Telinga Jessica benar-benar panas mendengarnya. Ia segera bangkit dan ingin pergi. Namun, kekuatannya tidak cukup besar untuk menarik Sehun mengikutinya. Sehun masih melahap makanannya sambil menarik Jessica untuk duduk kembali.

“Kau cemburu, eoh?,” tanya Sehun.

“Tidak,” jawab Jessica.

“Bagus kalau begitu,” ucap Sehun.

Jessica menatap Sehun bingung, “Bagus apanya?,” tanyanya.

Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Jessica, “Bukankah sudah ku bilang, jangan mendekati Luhan lagi. Dia bukan orang yang baik,” jawabnya.

Wajah Jessica memerah seperti tomat. Sehun menjauhkan wajahnya saat melihat mereka menjadi pusat perhatian semua murid di kantin. Sehun kembali melahap makanannya dan bertindak seolah ia tidak melakukan hal apapun.

Sedangkan jantung Jessica berdetak kencang. Untuk yang pertama kalinya, ia bisa melihat Sehun dengan jarak sedekat itu. Sebenarnya dua kali. Bukankah Sehun dan Jessica pernah berciuman sebelumnya? Tentu saja wajah mereka berjarak dekat. Hanya saja, saat itu Jessica tidak begitu menyadarinya karena Jessica terlalu syok dengan apa yang di lakukan Sehun kepadanya. Jadi, ia menganggap ini yang pertama kalinya. Dan Jessica akui, Jessica sempat terhipnotis dari mata indah milih musuh bebuyutannya itu.

Jessica menarik napas, “M-Mengapa kau selalu berkata dia bukan orang yang baik?,” tanyanya, mencoba mengalihkan pikiran anehnya tadi.

“Kau akan tahu nanti,” jawab Sehun.

Jessica mengerucutkan bibirnya, “Jangan membuatku penasaran,” rengeknya.

“Aku akan memberitahumu jika kau mau menjadi kekasihku,” ucap Sehun.

“Itu mudah. Aku mau—,” Jessica tersadar, “APA??!!,” teriaknya, membuat mereka kembali menjadi pusat perhatian.

Sehun menjitak kepala Jessica, “Teriakanmu itu lebih parah daripada teriakan lumba-lumba,” cibirnya.

Jessica mengusap kepalanya, “Aku kaget,” ucapnya, “Jangan meminta yang aneh-aneh, bodoh,”

Sehun terkekeh, “Kau benar-benar tidak bisa di ajak bercanda, ya?,”

“Kau sendiri sangat payah untuk mengajak orang bercanda,” ucap Jessica kesal.

“Bukankah sudah ku bilang jangan lagi memanggilku payah? Aku sudah mengalahkanmu bertanding dua kali,” seru Sehun.

“Tapi, gelar payahmu tetap tidak bisa di hilangkan, payah,” jawab Jessica.

“Dasar darah campuran!,” ejek Sehun.

“Dasar payah!,” balas Jessica.

Perdebatan antara Sehun dan Jessica kembali menjadi pusat perhatian semua orang.

“Kau yakin mereka memiliki ikatan?,” tanya Minseok, yang melihat perdebatan di antara Sehun dan Jessica.

Luhan menggigit bibirnya, “Aku menjadi kurang yakin sekarang,” jawabnya.

“Mengapa tangan mereka di borgol?,” tanya Yoona.

Luhan dan Minseok menatap tangan mereka yang di borgol. Mereka baru menyadarinya sekarang.

“Pasti mereka melakukan hal bodoh lagi,” gumam Minseok.

Luhan menyeringai, “Pasti ini trik Sehun agar Jessica tidak bisa mendekatiku,” gumamnya pelan.

“Kau bicara apa, Luhan-ah?,” tanya Yoona.

Luhan menggeleng, “Bukan apa-apa,” jawabnya.

***

Seohyun sedari tadi senyum-senyum sendiri melihat Jessica dan Sehun duduk berdua meskipun keduanya masih berdebat. Taeyeon merasa ada yang tidak beres. Ia pun menghampiri Seohyun.

“Apa yang kau sembunyikan?,” selidik Taeyeon.

Seohyun mendadak grogi, “Ngg—a-aku tidak—,”

“Jangan bohong!,” potong Taeyeon, “Kau tidak bisa membohongiku, Seohyun-ah. Mungkin kau bisa membohongi Jessica yang polos itu,”

“Baiklah, akan ku katakan padamu,” ucap Seohyun akhirnya.

Taeyeon tersenyum puas. Ia pun memasang panca inderanya untuk mendengarkan perkataan Seohyun.

“Hukuman yang ku buat, ku tujukan untuk mereka, karena aku ingin mereka bersatu,”

“Sudah ku duga,” jawab Taeyeon.

Seohyun mengerjap, “K-Kau tahu?,” tanyanya tak percaya.

“Terlihat sangat jelas, Seohyun-ah. Bahkan Baekhyun juga mengira seperti itu. Sangat aneh kau membuat hukuman konyol itu jika alasannya bukan seperti itu,” jawab Taeyeon, “Tapi, yang menjadi pertanyaan adalah—mengapa kau menginginkan mereka bersatu? Apa kau tidak cemburu?,” tanyanya.

Seohyun tersenyum, “Aku tidak cemburu. Dan—entah mungkin karena aku dan Sehun memiliki ikatan seperti saudara, aku bisa merasakan bahwa Sehun menyukai Jessica. Meskipun secara tidak langsung Sehun tak memberitahuku,” jawabnya.

“Kalian memang bersaudara, Seohyun-ah,” ucap Taeyeon, “Meskipun awalnya kalian hanya bersahabat,” lanjutnya.

Seohyun mengangguk. Ia kembali menatap Sehun dan Jessica yang sedang bertatapan. Ia kembali tersenyum melihatnya.

“Benar-benar pasangan yang cocok,” gumam Seohyun.

“Cocok darimana? Mereka selalu bertengkar setiap saat,” gumam Taeyeon pelan.

***

Waktu untuk pulang sekolah pun telah tiba. Seohyun berjalan di samping Sehun dan Jessica yang masih di borgol. Jessica senang karena sebentar lagi borgol mereka akan di lepas. Tetapi berbeda dengan Sehun. Sehun merasa dengan di borgol, Jessica takkan bisa bertemu dengan Luhan. Ya, Sehun selalu ingin melindungi Jessica dari Luhan.

“Astaga!,” pekik Seohyun tiba-tiba.

“Ada apa, Seohyun-ah?,” tanya Sehun.

“Buku matematika milikku tertinggal di kelas, Sehun-ah,” jawab Seohyun.

“Aku akan mengambilnya,” ucap Sehun.

“Tidak!,” seru Seohyun.

Sehun mengernyit, “Kenapa?,” tanyanya.

“Kau dan Jessica pergi ke mobil terlebih dahulu. Aku akan mengambilnya sendiri. Mana mungkin aku membiarkan kalian berdua kembali ke kelas dalam keadaan di borgol seperti itu. Kalian pasti akan kelelahan,” jawab Seohyun.

“Benar juga,” gumam Jessica.

“Aku segera kembali,” pamit Seohyun, lalu berlari menuju kelasnya.

Sehun dan Jessica kembali berjalan menelusuri koridor sekolah yang mulai menyepi. Tiba-tiba, mata mereka menangkap dua murid yang berada di ujung koridor sedang berpelukan.

“Luhan sunbae dan Yoona sunbae,” lirih Jessica.

Ya, mereka adalah Luhan dan Yoona. Terlihat jelas bahwa Yoona sedang menangis di dalam pelukan Luhan. Jessica yang merupakan penggemar berat Luhan merasa miris melihatnya. Tak tahan, Jessica pun berlari dan spontan Sehun juga ikut berlari karena tangannya di borgol.

Dan entah setan apa yang merasuki diri Jessica, Jessica memiliki kekuatan yang sangat besar. Bahkan untuk menarik Sehun yang lebih besar darinya saja ia bisa melakukannya dengan mudah. Sehun terus mengerjap tak percaya. Bahkan ia merasa lelah karena Jessica terus berlari dan membuatnya mau tidak mau harus berlari juga.

Sehun kaget saat Jessica berlari ke balkon sekolah. Ia pikir Jessica akan membawanya ke lantai dasar. Tapi, Sehun mengerti, Jessica sedang sedih karena sakit hati. Sehun membenci fakta tersebut.

Jessica duduk di kursi panjang bersama Sehun. Angin menyapu wajah keduanya dengan lembut. Air mata terus merembes membasahi pipi halus milik Jessica. Jessica terus menunduk seolah tidak peduli Sehun berada di sampingnya.

“Hentikan, payah. Kau tidak cantik saat menangis,” seru Sehun.

“Diam, bodoh. Memangnya aku peduli?,” balas Jessica setengah berteriak.

Sehun menelan salivanya kasar. Sepertinya Jessica benar-benar kelewatan batas. Hanya karena lelaki bajingan itu kau seperti ini, Jessica-ya? Konyol sekali, batin Sehun kesal.

“Oh, hentikan!,” ucap Sehun, seraya menarik Jessica ke dalam pelukannya. Kini Jessica terisak di dalam pelukan seorang Oh Sehun. Sehun memeluknya erat dengan penuh kebencian di dalam hatinya karena seorang Xiao Luhan berhasil melukai gadis yang menyinggahi hatinya. Ya, Sehun menyukai Jessica.

“Apakah aku kurang cantik, Sehun-ah? Atau aku sama sekali tidak cantik?,” tanya Jessica, yang masih berada di dalam pelukan Sehun.

“Kau ini bicara apa? Tentu saja kau cantik,” jawab Sehun.

“Tadi kau bilang aku tidak cantik?,” tanya Jessica.

“Hei, kau hanya tidak cantik saat menangis, payah,” jawab Sehun.

Jessica memukul dada Sehun kesal. Ia melepaskan diri dari pelukan Sehun sambil mengusap air matanya. Sehun benar-benar tidak bisa membuat perasaanku membaik, tidak seperti Luhan sunbae, gumamnya dalam hati.

Sehun tersenyum tulus, “Tapi—,” ia menahan kalimatnya sejenak hingga Jessica menoleh ke arahnya. “Di saat kau tersenyum, tertawa, kesal, marah, bahkan tidak tersenyum pun, kau selalu terlihat sangat cantik,” lanjut Sehun.

“S-Sehun-ah,” lirih Jessica.

“Sebenarnya cantik atau tidak, itu tidak terlalu penting,” Sehun menoleh ke arah Jessica, “Tetapi, yang paling penting adalah—apakah lelaki bisa menerima perempuan itu apa adanya dan mencintainya setulus hatinya?,”

Mata Jessica berkaca-kaca mendengarnya. Kata-kata terindah yang pernah Jessica dengar. Dan kata-kata itu berasal dari seorang lelaki yang selalu bersikap dingin dan tidak ada romantisnya sama sekali. Lelaki itu adalah Oh Sehun.

“Sehun-ah, kau—,”

“Apakah kau yakin Luhan bisa menerimamu apa adanya?,” tanya Sehun, memotong perkataan Jessica.

Jessica menunduk, “A-Aku tidak tahu,” jawabnya.

Sehun tersenyum, “Jangan terlalu berharap kepadanya, Jessica-ya. Lihat dan tataplah lelaki yang selalu berada di sampingmu, bukan lelaki yang membuatmu bahagia dalam waktu sekejap,” ucapnya.

Jessica mengangkat kepalanya. Speechless? Tentu saja. Jessica bahkan merasa lelaki yang berada di sampingnya saat ini bukanlah Oh Sehun.

“Oh, ternyata kalian disini!,”

Jessica dan Sehun menoleh ke belakang. Seohyun berhasil menemukan mereka dan menghampiri mereka.

“Kita harus pulang sekarang. Aku lapar,” rengek Seohyun.

“Hngg—bukumu sudah di temukan, Seohyun-ya?,” tanya Jessica.

Seohyun mengangguk, “Hm,” jawabnya, “Sebenarnya bukan aku yang menemukannya, tapi Chanyeol,” lanjutnya.

Sehun mengusap kepala Seohyun, “Oh, ada apa denganmu dan Chanyeol, uh? Kau tidak memberitahu kakakmu ini?,” godanya.

Wajah Seohyun memerah, “Kau ini bicara apa, Sehun-ah? Aku dan Chanyeol hanya teman kok,” bantahnya malu-malu.

Jessica dan Sehun terkekeh melihat Seohyun salah tingkah. Untuk yang pertama kalinya, Jessica melihat Seohyun seperti sedang jatuh ke dalam jurang cinta. Jessica yakin, Seohyun jatuh cinta pada Chanyeol. Pertanyaannya adalah, apakah Chanyeol juga menyukai Seohyun?, pikir Jessica.

***

Luhan dan Minseok berjalan menelusuri koridor sekolah. Tiba-tiba, seorang perempuan menghampiri mereka.

“Oh, Yoona-ah?,”

“Hm—Minseok-ya, bisa aku pinjam Luhan sebentar?,” pinta Yoona.

“Oh, tentu saja,” jawab Minseok, lalu pergi mendahului mereka.

“Ada apa, Yoona-ah?,” tanya Luhan.

Yoona menggigit bibirnya, “Aku berpikir bahwa—kita dapat memulai kembali hubungan kita,” ucapnya.

Luhan mengerjap, “Ngg—k-kau—,”

“Aku masih mencintaimu, Luhan-ah,” ungkap Yoona, “Selama di United States, aku tidak bisa melupakanmu. Aku selalu memikirkan kenangan kita bersama dan—aku berharap kita bisa kembali bersama lagi,”

Luhan mengusap tengkuknya, “A-Aku tak pernah memikirkan hal ini,” ucapnya.

Tubuh Yoona menegang, “M-Maksudmu—kau t-tidak lagi men-mencintaiku?,” tanyanya takut.

Luhan mengangguk pelan. Saat itu pula, air mata Yoona berlinang membasahi pipinya.

“Jadi, perhatianmu selama beberapa hari ini—hanya sebagai apa?,” tanya Yoona.

“Ku pikir kita hanya bisa berteman, Yoona-ah,” jawab Luhan.

Yoona mulai terisak. Berat baginya untuk menerima kenyataan ini. Namun, sesuatu melintasi pikirannya.

“Semua ini karena Jessica Jung, bukan?,” tebak Yoona.

“A-Apa?,”

“Sooyoung memberitahuku bahwa kau dekat dengan Jessica selama aku tidak ada. Kau mencintainya, bukan? Hingga kau melupakanku,”

“Y-Yoona-ah, b-bukan seperti itu,”

“Lalu apa, Luhan-ah? Lalu mengapa kau tidak mencintaiku lagi?,” tanya Yoona.

Luhan segera menarik Yoona ke dalam pelukannya. Yoona menangis hebat di dalam pelukan Luhan. Sedangkan Luhan hanya memeluk Yoona erat sambil memikirkan sesuatu.

Setelah tangisan Yoona mulai reda, Luhan melepaskan pelukannya. Ia mengusap air mata Yoona.

“Aku hanya ingin kita menjadi teman, Yoona-ah. Hanya teman,” ucap Luhan, lalu pergi meninggalkan Yoona sendirian. Di dalam hatinya, ia sibuk merutuki dirinya. Sebenarnya Luhan juga masih mencintai Yoona. Tetapi, demi membalas dendamnya kepada Oh Sehun, ia terpaksa melakukan ini semua.

“Aku tidak akan membiarkanmu hidup, Jessica Jung. Kau telah mengambil separuh jiwaku yaitu Luhan. Akan ku pastikan kau mati!,” gumam Yoona murka.

    TBC

Wuaahhh! Konflik mulai bertebaran. Hehe! Habis gue kurang srek kalo bikin FF yang jalan ceritanya mulus gitu aja. Jadi, gue tambahin deh konfliknya. Kayaknya Chanyeol udah tereleminasi nih? Benarkah? Jangan salah! Kita kan belum tau Chanyeol suka atau gak sama Seohyun. Meskipun Chanyeol pernah deg-degan ngeliat Seohyun, tapi kita tau kalo Chanyeol itu sukanya sama Jessica. Duh, kok jadi cerita gue? Ya udah lah, komen aja mah!

By the way, terima kasih buat kalian semua karena udah berhasil membuat gue ngelanjutin FF ini dengan komentar yang banyak. Komentar terbanyak yang pernah aku punya dari semua FF ku.

Sacred In The Dust


Title : Sacred In The Dust

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
• SNSD’s Jessica as Jessica Jung
• EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :
• EXO-M’s LuHan as Xiao Lu Han
• EXO-K’s Kai as Kim Jongin
• EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
• SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
• SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
• SNSD’s Seohyun as Seohyun Jo
• SNSD’s YoonA as Im Yoona
• etc

Genre : Angst, Romance, Friendship

Length : Oneshot

Rating : PG17

Note : Terinspirasi dari lagu malaysia, lupa siapa penyanyinya yang pasti judul lagunya ‘Suci dalam debu’ sama dengan arti judul FF ini. Saya jatuh cinta sama liriknya apalagi pas di bawain oleh Alex Rudiart di X-Factor. Keke

    Poster © AzaleaChoi74 @ Graphics Art

>>>

Jessica sedang berjalan menelusuri koridor kampus di iringi ejekan dari para mahasiswa di kampus tersebut yang di tujukan kepadanya. Jessica sudah terbiasa dengan hal ini karena memang setiap hari mereka melakukan hal tersebut kepada Jessica.

Menyakitkan?

Tentu saja. Hingga Jessica harus meng-nonaktifkan pendengarannya. Bahkan Jessica sangat berharap bahwa ia bisa menjadi tunarungu. Namun, inilah pemberian Tuhan untuknya. Kesalahan harus di bayar dengan kesalahan. Kesalahan fatal yang ia buat membuahkan hasil yang sangat menakutkan.

Dan akhirnya.. Jessica sampai di kelasnya—ruang kelas jurusan bisnis manajemen. Jessica duduk di kursinya. Hingga datanglah dosen tampan dan muda masuk di kelas mereka.

“Good morning, everyone!,”

“Good morning, Mr. Kris,” balas semua mahasiswa.

Kris menatap Jessica yang sedang menunduk. Ia tersenyum kecil.

“What’s wrong, Jessica Jung?,” tanya Kris.

Jessica spontan mengangkat kepalanya. Wajah murungnya ia hapus sebisanya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

“If you sick, you must go to clinic!,” ucap Kris.

“No, thanks. I’m very well, sir,” jawab Jessica.

“Mana mungkin Jessica Jung sakit!,” seru Yuri.

“Pasti dia kelelahan karena sudah bercinta dengan banyak pria,” sahut Seohyun.

Seisi kelas menertawakan Jessica, kecuali Kris dan Kim Joonmyun—salah satu mahasiswa di kelas tersebut.

“Silent!,” ucap Kris, setengah berteriak.

Semua mahasiswa mengatup rapat mulut mereka. Jika Kris marah, kelas mereka akan hancur. Kris merupakan dosen muda yang sering sekali emosi. Bahkan para mahasiswa menganggapnya adalah seorang psikopat.

Kelas tersebut memulai pelajaran. Semuanya tampak sedang serius mengisi lembar soal yang di berikan Kris. Termasuk Jessica. Jessica sangat bersungguh-sungguh dengan jurusannya ini. Cita-citanya adalah menjadi seorang pebisnis atas yang ternama. Namun, cita-citanya seperti sekedar bayangan semu karena sedikitpun tak bisa ia capai karena statusnya yang jelek di mata semua orang.

Segumpal kertas tiba-tiba saja muncul di atas mejanya. Jessica mencari-cari sumber yang melemparkan kertas tersebut. Oh, ternyata player nomor 1 di kampusnya—Kim Jongin. Jongin sedang tersenyum kepada Jessica.

Jessica pun membuka kertas tersebut dan membaca isinya.

I want a beautiful night tonight. Please go to Swan Hotel in Busan. Don’t worry, I’ll pay you and I’m not tell anybody. Okay, honey?

Jessica menghela napas kasar. Terlebih lagi Jongin memakai bahasa Inggris yang sangat mudah ia mengerti. Jongin memintanya untuk melayaninya di Hotel Swan di Busan. Dia berjanji akan membayarnya dan tidak memberitahu orang lain.

Namun, segumpal kertas kembali ia dapatkan. Tanpa basa-basi, Jessica langsung membukanya.

WANITA JALANG!

Jessica bisa melihat Yuri yang menatapnya tajam. Oh, Yuri adalah mantan kekasih Jongin yang sampai saat ini masih mengejar Jongin.

Jessica tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan memaksa dirinya untuk menyandang status tersebut. Dan seharusnya, Jessica di keluarkan dari kampusnya karena Jessica sudah mencemarkan nama baik kampus tersebut. Hanya saja banyak pihak yang masih tidak percaya dengan isu yang sudah tersebar luas di seluruh Korea Selatan. Jessica merupakan mahasiswa berprestasi. Sangat sulit untuk mempercayai bahwa Jessica adalah seorang wanita jalang.

>>>

Jessica sudah tiba di Hotel Swan. Jongin sudah mengirimkan nomor kamar melalui pesan teks. Setelah menanyakan resepsionis, Jessica segera pergi menuju kamar bernomor 121.

Dan.. Jessica sudah tiba di kamar tersebut. Jongin adalah pelanggan setia Jessica. Mereka sudah sering melakukan seks hingga Jessica mempercayai bahwa Jongin tak akan melaporkan ini kepada siapapun. Jessica sangat mengharapkan itu.

Pintu kamar tersebut terbuka. Jongin dengan keadaan telanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek memasang wajah polosnya. Ia tersenyum melihat Jessica mengenakan dress merah sepaha yang memperlihatkan paha mulus yang tak pernah membosankan seorang Kim Jongin.

“Ayo masuk, sayang. Aku sudah tidak sabar,” ucap Jongin.

Jessica menghela napas kasar. Terkadang dirinya ingin menangis. Ia sudah terjebak di dunia ini. Ia hanyalah debu yang sudah tak suci lagi.

Jongin berjalan hingga ia berada di belakang Jessica. Tangannya melingkari perut Jessica dan berusaha mendorong agar Jessica yang sedari tadi melamun untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ia pesan.

>>>

Jessica terbangun dari tidurnya. Ia menemukan dirinya berada di tempat asing. Oh, ia hampir lupa apa yang ia lakukan tadi malam bersama pria yang saat ini masih terlelap di sampingnya. Mereka berdua tak mengenakan busana dan hanya terbalut oleh selimut. Jessica pun segera beranjak dan meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Jessica pergi menuju kamar mandi di kamar tersebut untuk membersihkan diri.

Setelah selesai berpakaian lengkap, Jessica melihat Jongin yang juga sudah berpakaian lengkap berjalan menghampirinya. Jongin memberikan uang dengan angka yang lumayan besar kepada Jessica.

“Tadi malam kau lemas sekali. Harusnya kau membalasku. Aku menginginkan malam seperti malam pertama kita bertemu lain kali. Aku akan membayarmu lebih,” ucap Jongin.

Jessica terkisap dengan pria yang berada di hadapannya. Ia benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Jessica yakin, bukan hanya dirinya yang menjadi partner seks seorang Kim Jongin.

>>>

Jessica dan sahabatnya—Taeyeon—sedang makan siang di sebuah kafe. Hari ini merupakan hari libur untuk kelas mereka. Jadi, mereka bisa bebas tanpa harus penat memikirkan pelajaran.

“Tadi malam kau melayani Jongin lagi?,” tanya Taeyeon.

Jessica mengangguk lemas.

“Dia membayarmu berapa?,” tanya Taeyeon.

“Lima puluh juta won,” jawab Jessica.

Taeyeon sedikit kaget mendengar jumlah yang banyak. Namun ini sudah biasa untuk Jessica karena biasanya ia di bayar lebih oleh pria-pria lain. Namun, sepertinya hanya Kim Jongin yang paling banyak membayar Jessica. Sebelumnya Jongin pernah membayar Jessica sekitar satu milyar won.

“Pasti madam Rose sangat mencintaimu,” ucap Taeyeon.

“Maksudmu?,”

“Kau adalah mesin pencetak uang untuknya. Maka dari itu, sampai saat ini ia tak pernah mengijinkanmu berhenti menjadi pekerjanya. Jika kau melepas pekerjaan ini, maka ia akan melaporkan tentang perbuatanmu selama ini kepada semua orang,” jawab Taeyeon.

Jessica menghela napas berat, “Dia benar-benar mengancamku. Aku ingin sekali berhenti,” ucapnya.

“Kau sudah berada di posisi itu, Sica-ya. Mau tidak mau, kau harus menyelesaikan posisimu hingga akhir,” ucap Taeyeon.

Jessica terdiam. Inilah resikonya. Ia merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling sial di dunia. Ya, ia selalu merasa seperti itu.

>>>

Jessica sedang memeluk sebuah buku tebalnya sambil berjalan menelusuri koridor kampusnya. Saat ia melewati tikungan, tiba-tiba saja ia menabrak seorang mahasiswa. Buku yang Jessica peluk menjadi terjatuh ke lantai.

“M-Maafkan aku. Aku sangat menyesal,” sesal Jessica.

Mahasiswa itu tersenyum lalu meraih buku tebal milik Jessica dan memberikannya pada Jessica.

“Lain kali hati-hati, Jessica-shi,” ucapnya lembut.

Jessica terpana akan senyuman dan suara lembutnya. Siapa yang tak terpana dengan kesempurnaan Kim Joonmyun—mahasiswa tampan dengan kepribadian yang sangat baik. Jessica merasa tidak pantas berteman dengan pria sesuci Kim Joonmyun yang sering berdoa ke gereja dan menyumbang dana yang ia dan keluarganya punya untuk orang-orang yang tidak mampu.

“A-Aku permisi dulu, Joonmyun-shi,” ucap Jessica, seraya membungkuk sopan lalu meninggalkan Joomnyun.

Joonmyun berbalik dan menatap punggung Jessica yang semakin menjauh. Ia mengukir senyuman di bibirnya. Benar-benar gadis yang manis, batinnya.

>>>

Jessica masuk ke dalam kelasnya. Ia melihat Jongin yang sedang bersama teman-temannya tersenyum ke arahnya. Jessica tak mempedulikan pria yang menidurinya kemarin malam itu. Jessica segera duduk di tempatnya.

Seperti biasa, di mejanya penuh dengan gumpalan kertas. Jessica membukanya satu persatu. Semua isinya sama saja. Kertas yang mengatai Jessica adalah seorang pelacur sialan. Jessica memasukkan gumpalan kertas tersebut ke dalam tasnya daripada ia harus melihat keadaan mejanya yang berantakan.

Jessica baru saja ingin mengambil pena miliknya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Pena miliknya ia letakkan di dalam buku tebalnya. Tetapi, ia sudah mengobrak-abrik setiap halaman buku tersebut dan ia belum mendapatkannya.

“Mencari ini?,”

Jessica mendongakkan kepalanya. Oh, ternyata pria suci—Kim Joonmyun. Jessica mendadak grogi. Selalu saja grogi di setiap ia berjumpa dengan Joonmyun yang selalu ramah pada semua orang. Ia pikir Joonmyun berbeda dengan pria-pria lain yang bajingan.

Jessica perlahan meraih pena yang di pegang oleh Joonmyun, “T-Terima kasih,” ucapnya.

Joonmyun tersenyum, membuat Jessica menelan salivanya kasar. Oh my goodness, senyumannya seperti malaikat, pikir Jessica.

“Aku harap kita bisa berteman,” ucap Joonmyun, lalu kembali ke kursinya.

Jessica terdiam sembari memikirkan kalimat terakhir Joonmyun. Berteman? Apa Joonmyun tidak salah bicara?, pikirnya.

Jessica sangat menyadari bahwa ia seribu kali tidak pantas untuk berteman dengan Joonmyun. Maka dari itu, ia masih tak percaya Joonmyun mengatakan kalimat hangat seperti itu.

>>>

Sudah dua hari berlalu, ia tak mendapatkan pekerjaan. Mungkin saat ini pekerja-pekerja Madam Rose masih sanggup melayani pria-pria brengsek selagi Jessica masih sibuk kuliah.

Tiba-tiba, Tao—mahasiswa satu kelas dengan Jessica—menghampiri Jessica. Jessica sempat kaget. Ia sempat berpikir apakah pria asal China itu ingin di layani olehnya juga seperti Jongin. Karena yang ia tahu, Tao dan Jongin adalah sahabat, juga dengan Sehun dan Chanyeol.

“Jessica-shi, ada kabar buruk,” seru Tao.

Jessica spontan berdiri. Ia melihat wajah panik dari Tao, “Apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Sahabatmu—Kim Taeyeon jurusan kelas seni, dia terjatuh dari tangga dan sekarang sedang di rawat di ruang kesehatan,” jawab Tao.

Jessica pun segera berlari keluar dari kelasnya. Melihat itu, Tao tersenyum puas. Ia mulai mengetik pesan melalui ponselnya untuk sahabatnya Sehun.

Mission complete. Sekarang aku tinggal mengurus Jongin dan Chanyeol agar mereka tak mengetahui hal ini.

>>>

Jessica segera berlari menuju ruang kesehatan. Setelah ia sampai, ia segera membuka pintu ruang tersebut.

“Taeyeon-ah?,” panggil Jessica.

Tidak ada seorang pun di ruang kesehatan. Kasur-kasur di ruang tersebut pun tak ada yang menempati.

Tiba-tiba, seorang pria yang muncul di belakang Jessica segera menutup dan mengunci rapat pintu tersebut. Otomatis Jessica berbalik. Jessica pun menjadi syok.

“S-Sehun-shi?,” pekiknya.

Sehun tersenyum sambil berjalan mendekati Jessica. Namun Jessica terus berjalan mundur hingga punggung Jessica menabrak kasur di hadapannya.

“Semakin hari, kau semakin menggoda saja, Jessica-shi,” ucap Sehun.

“Apa maumu?,” tanya Jessica, was-was.

“Mauku?,” tanya Sehun, seraya membuka kancing kemeja yang di kenakan Jessica satu persatu.

Kini Jessica mengerti. Rupanya ada lagi pria brengsek yang mau bermain denganku, batinnya.

“Aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku juga akan membayarmu. Tapi, aku meminta satu hal darimu,” ucap Sehun seraya memberikan sentuhan di setiap tubuh Jessica dengan tangannya.

“Apa?,” tanya Jessica.

“Kau harus merahasiakan ini dari partner seksmu, Jongin,” jawab Sehun, lalu mulai melumat bibir tipis Jessica.

Jessica pun hanya pasrah. Ya, apa yang bisa ia lakukan? Jika ia menolak, ia akan tahu apa resikonya. Sehun bisa saja memotret apa yang mereka lakukan dan melaporkannya kepada pihak kampus.

>>>

Jessica berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ada sebuah pemandangan yang sangat ia benci. Tepat di ruang tengah, ia melihat Ayahnya dan seorang wanita yang tidak ia kenal sedang melakukan seks di atas sofa.

Jessica naik ke lantai atas tanpa mempedulikan aktivitas Ayahnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dengan penuh air mata. Di raihnya sebuah figura yang di dalamnya terdapat foto seorang wanita cantik yang mirip dengannya.

“Mom, andai kau disini. Aku yakin, sampai saat ini pun aku masih perawan. Dan kita semua akan hidup bahagia. Dad tidak akan mabuk-mabukan dan suka berhutang hingga saat Dad tak punya uang, Dad akan menjual puteri tunggalnya sendiri,” ucap Jessica, terisak.

Jessica merebahkan tubuhnya sambil memeluk figura tersebut, “Aku harap kebahagiaan akan datang. Dan kesedihan akan segera berakhir,” gumamnya.

>>>

“Lancang sekali Tao dan Sehun!,” geram Taeyeon.

“Jangan keras-keras,” bisik Jessica.

“Tapi mengapa mereka memakai aku? Sampai mengatakan bahwa aku terjatuh dari tangga,” gerutu Taeyeon.

Jessica tersenyum pahit, “Namanya juga pria. Semuanya brengsek,” ucapnya.

“Tapi tidak dengan pria yang berjalan menuju kemari,” bisik Taeyeon.

Jessica mengernyit bingung. Ia mengikuti arah pandang Taeyeon. Ia begitu kaget saat Joonmyun sudah ada di dekatnya.

“Selamat pagi, Jessica-shi!,” sapa Joonmyun.

Jessica kembali grogi, “S-Selamat pagi,” balasnya.

“Boleh aku duduk disini?,” ijin Joonmyun.

Jessica mengangguk perlahan. Joonmyun tersenyum dan duduk di antara Jessica dan Taeyeon. Jessica menjadi canggung.

“Apa kau adalah Kim Taeyeon?,” tanya Joonmyun.

Taeyeon mengangguk, “Ya, salam kenal,” jawabnya.

Joonmyun membalasnya dengan senyuman. Taeyeon saja yang memiliki kriteria pria di atas rata-rata merasa terpesona pada Joonmyun, apalagi Jessica.

Mereka berada di kantin kampus. Ketiganya mulai melahap sarapan mereka.

“Jessica-shi, rumahmu dimana?,” tanya Joonmyun.

Jessica menggigit bibirnya, “U-Untuk apa kau menanyakan hal itu?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum tipis, “Siapa tahu suatu saat aku ingin berkunjung ke rumahmu,”

Rumahku di kunjungi oleh Joonmyun yang suci?, batinnya tak percaya.

Taeyeon menendang kaki Jessica, membuat Jessica kembali tersadar dalam lamunannya.

“Rumahku di kawasan gangnam,” jawab Jessica.

“Woah! Rupanya rumah kita berdekatan,” seru Joonmyun.

“B-Benarkah?,” tanya Jessica tak percaya.

Joonmyun mengangguk, “Kalau aku mengetahui ini dari awal, aku pasti akan sering bermain ke rumahmu,” jawabnya.

Jessica tersenyum tipis. Ia melihat inisiatif Joonmyun untuk berteman dengannya seperti besar sekali.

Terima kasih karena sudah mau berteman denganku, Kim Joonmyun, gumam Jessica dalam hati.

>>>

Jessica membuka lokernya yang penuh dengan gumpalan kertas. Ia menghela napas berat. Baru ia ingin meraih salah satu dari gumpalan kertas tersebut, tiba-tiba ada yang menari rambutnya kasar.

“Aw!,” rintih Jessica.

“Dasar wanita jalang! Apa kau kurang puas dengan pria-pria yang lain? Sekarang kau mau menodai pria sesuci Joonmyun?,” bentak Seohyun.

“Aku tidak pernah berniat untuk melakukan itu, Seohyun-shi,” ucap Jessica.

“Jangan sok suci. Kau itu hanyalah debu. Kau itu wanita kotor!,” seru Yoona, lalu menampar pipi Jessica.

“Aku tidak pernah menginginkan itu semua,” ucap Jessica, terisak. Akhirnya ia menangis.

“Alasan apa kali ini, Jessica Jung? Kau memang hebat karena semua dosen mempercayaimu. Tapi, kami tidak akan pernah mempercayaimu. Kau sering melakukan seks dengan Jongin, dan dua hari yang lalu bersama Sehun, bukan?,” seru Yuri.

“A-Aku tidak—”

“Jika Jongin mengetahui apa yang kau lakukan dengan Sehun, pasti mereka akan bertengkar hebat,” ucap Yoona.

“Lalu, apa peduli wanita murahan sepertimu? Kau tidak peduli bukan jika persahabatan mereka hancur? Kau hanya menginginkan kenikmatan, bukan?,” tebak Seohyun.

“CUKUP!!!,”

Mereka berempat menoleh ke sumber suara. Dan yang benar saja, Joonmyun lah orangnya. Ia menghampiri empat wanita itu dengan ekspresi yang berbeda dari biasanya. Ia tampak marah.

“Joonmyun-ah, wanita yang akhir-akhir ini dekat denganmu adalah seorang wanita jalang. Benar, kan, Jessica-shi?,” tanya Seohyun, seraya menarik rambut Jessica.

“Hentikan~” pinta Jessica, kesakitan sambil menangis.

“Cukup, Seohyun-shi. Jangan menyakitinya,” ucap Joonmyun.

“Wanita kotor sepertinya pantas untuk—”

PLAK!!

Seohyun memegang pipinya. Ia syok saat pria sebaik Joonmyun menamparnya. Pria yang selama ini ia kagumi telah menamparnya.

“Sebelum kalian memaki orang lain, lebih baik kalian bercermin,” ucap Joonmyun.

“Apa maksudmu?,” tanya Yuri.

“Yuri, kau juga merupakan partner seks Jongin, bukan?,” tebak Joonmyun.

“A-Aku tidak—”

“Aku sudah tahu belang kalian seperti apa. Dan Yoona, kau juga sering ke Hotel bersama pria-pria, bukan?,”

Yoona menelan salivanya kasar, “A-Aku—”

“Dan kau—Seohyun—saat kita mengerjakan tugas di kediaman Jongin, kau dan Chanyeol dan Tao melakukan seks ganda,” seru Joonmyun.

“Darimana kau tahu itu semua?,” tanya Seohyun.

“Soalmu, Sehun merekamnya melalui pentilasi di pintu kamar mandi milik Jongin. Sedangkan momen seks Yuri dan Jongin di abadikan oleh Jongin sendiri di kamera video miliknya. Dan soal Yoona, aku pernah melihatnya sendiri,” jawab Joonmyun.

Jessica menatap ketiga wanita yang menyiksanya tadi dengan tatapan tak percaya. Ternyata mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, batinnya.

“Tapi, Jessica lebih parah. Dia sudah bermain dengan banyak pria,” seru Yuri.

“Tapi kenyataannya Jessica tak memiliki niat untuk melakukan hal tersebut. Ia melakukannya karena terpaksa,” ucap Joonmyun.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya. Darimana Joonmyun mengetahui hal itu?, pikirnya.

“Sedangkan kalian—kalian menikmatinya dan menganggap itu bukan dosa besar. Setidaknya, Jessica lebih baik daripada kalian,” ucap Joonmyun, lalu menarik lengan Jessica dan pergi meninggalkan ketiga wanita itu.

>>>

Jessica berada di belakang kampusnya bersama Joonmyun. Mereka duduk di kursi sambil memandangi danau di hadapan mereka.

Jessica mengusap air matanya, “Darimana kau mengetahui identitasku?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum, “Madam Rose,” jawabnya.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya, “K-Kalian saling mengenal?,” tanyanya.

“Mungkin kau tak akan percaya. Tetapi, aku akan mengatakan fakta bahwa aku adalah anak kandung dari wanita yang kau anggap bos-mu itu,” jawab Joonmyun.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak mungkin,” gumamnya.

Joonmyun terkekeh, “Sudah ku bilang, kau tak akan percaya. Eomma adalah wanita yang baik dan selamanya menjadi yang terbaik. Namun, suatu hari beliau di jebak oleh seorang ahjussi. Mereka di dapati berada dalam satu kamar di hotel tanpa mengenakan busana apapun. Saat itu umurku masih 3 tahun dan saat itulah eomma dan appa bercerai dan appa menikah lagi dengan seorang wanita yang ayahnya adalah seorang pendeta di gereja,”

“Maka dari itu kau sangat suka berdoa disana?,” tanya Jessica.

Joonmyun mengangguk, “Aku senang punya eomma seperti dia. Tapi, aku tetap menyayangi eomma kandungku. Aku sering mengunjunginya dan beliau bercerita banyak tentangmu dan keluargamu. Aku saja yang berpura-pura tidak mengenalmu,” jawabnya.

Jessica menunduk. Ia memikirkan apakah bisa dengan pertolongan Joonmyun, ia meninggalkan profesi buruknya itu, pikirnya.

“Eomma sangat menyayangimu maka dari itu beliau tak ingin kau berhenti bekerja dengannya. Bukan karena beliau menginginkan uang penghasilanmu,” ucap Joonmyun.

Jessica menoleh ke arah Joonmyun.

“Tapi, cara eomma salah. Eomma sadar bahwa eomma telah membuatmu ternodai. Aku terus membujuk beliau untuk mengijinkanmu berhenti. Akhirnya beliau mau asalkan kau memang berniat untuk berhenti,” ucap Joonmyun, seraya menatap Jessica.

“Madam Rose mengijinkanku berhenti?,” tanya Jessica, dengan mata yang berbinar-binar.

Joonmyun mengangguk. Hal itu membuat Jessica hampir memeluknya. Namun, Jessica ingat bahwa Joonmyun adalah pria yang suci. Ia tak mungkin menodai seorang Kim Joonmyun, cucu tiri dari seorang pendeta.

“Tidak apa jika kau ingin memelukku,” ucap Joonmyun.

Jessica hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia mendongak ke langit di angkasa.

Akhirnya, kebahagiaan datang, mom, batinnya.

>>>

Jessica keluar dari ruang ujian dengan perasaan lega. Ia tak sabar menunggu hasil ujiannya. Apakah ia lulus atau tidak.

“Kau pasti lulus, Sica-ya,”

Jessica tersenyum pada pemilik suara hangat tersebut. Semenjak hari itu, persahabatan Jessica dan Joonmyun semakin dekat. Jessica juga tak lagi melayani pria-pria terutama Jongin maupun Sehun. Pernah suatu hari mereka berdua mengancam akan melaporkan apa profesi Jessica selama ini jika Jessica tidak melayani mereka. Namun, tampaknya Joonmyun berhasil menghandel masalah tersebut dengan ancaman akan menyebarkan video mesum Jongin dan Yuri, juga akan melaporkan pada Jongin bahwa Sehun sudah mengkhianati persahabatan mereka. Akhirnya, Jessica bebas dari tangan Jongin dan Sehun.

Namun, yang sampai saat ini masih Jessica sedihkan adalah Ayahnya yang tidak mau berubah. Masih saja senang berjudi dan melakukan seks dengan wanita-wanita lain.

“Jessica Jung~” panggil seorang dosen.

“Ya, Kang songsaenim?,” balas Jessica.

Dosen Kang memberikan sebuah amplop pada Jessica. Jessica meraihnya dan membungkuk sopan. Setelah dosen Kang pergi, Jessica segera duduk di sebuah kursi di ikuti Joonmyun.

“Haruskah ku buka sekarang?,” tanya Jessica ragu.

“Bukalah,” jawab Joonmyun.

Jessica perlahan membuka isi amplop tersebut. Dengan penuh perasaan takut, ia membaca isi surat tersebut.

“LULUS?,” pekik Jessica, tak percaya.

“Benar. Kau lulus, Sica-ya,” ucap Joonmyun.

Jessica terlalu senang hingga ia memeluk Joonmyun untuk yang pertama kalinya. Namun, dengan cepat ia melepaskan pelukan tersebut dan menunduk. Semburat merah menghiasi wajahnya.

“Maafkan aku,” ucap Jessica menyesal.

Joonmyun mengacak rambut Jessica, “Kau memang wanita yang lucu, Sica-ya. Tidak apa kok. Kita kan sahabat,”

Jessica mengangguk. Yeah, sahabat. Apakah selamanya kami akan menjadi sahabat? Ugh, jangan berharap lebih, Jessica. Kau itu bekas wanita kotor dan berdebu. Mana mungkin kau akan menikah dengan pria sesuci Kim Joonmyun, pikirnya.

>>>

Jessica merapikan map yang ada di mejanya. Ya, sekarang Jessica telah berhasil menggapai cita-citanya meskipun ia hanya menjadi sekretaris seorang pebisnis besar di Beijing, yaitu Xiao Lu Han. Jessica bekerja di sebuah perusahaan besar di Beijing, China. Pekerjaan ini membuatnya harus terpisah dengan sahabatnya, Joonmyun. Namun Joonmyun dan Jessica sering mengirim email dan seminggu sekali Joonmyun mengunjungi Jessica.

Jessica masih tak menyangka ternyata Tuhan memberikannya kesempatan untuk memperbaiki jalannya. Ini semua juga berkat Joonmyun yang selalu setia bersamanya. Bahkan Jessica sangat terkenal di negara Korea Selatan dan China berkat kecerdasan otaknya, ia berhasil membuat eksperimen untuk mendamaikan dua negara yang terlibat perseteruan dua tahun silam. Nama jeleknya di mata orang-orang yang mengatainya wanita kotor sepertinya sudah bersih kembali.

Tiba-tiba, telepon berdering di mejanya. Jessica mengangkat telepon tersebut.

“Nihao~”

“Jessica Jung, bisakah kau antarkan berkas hasil rapat kemarin ke ruanganku? Ini Luhan,”

Jessica mengangguk, “Baiklah. Saya akan segera kesana,” jawabnya.

Jessica segera menutup teleponnya. Ia membawa map hasil rapat dan segera keluar dari ruangannya menuju ruangan direktur, Luhan.

Jessica mengetuk pintu ruangan atasannya tersebut. Setelah mendengar suara mempersilakan masuk, Jessica pun membuka pintunya dan masuk dan tak lupa menutup pintu tersebut. Jessica menghampiri Luhan dengan map di tangannya.

Luhan melihat penampilan Jessica saat ini. Ia menyeringai. Betapa seksinya sekertarisnya itu. Jessica mengenakan seragam ketat dengan rok sepaha. Sebenarnya Jessica mempunyai seragam yang baru, tetapi karena belum kering, Jessica harus mengenakan seragam yang lama dan sudah mengecil.

“Maafkan aku karena seragamku—”

“Tidak apa. Aku lebih suka kau mengenakan seragam ini,” ucap Luhan, seraya bangkit dari kursinya.

Jessica mendadak takut saat Luhan menariknya untuk duduk bersama di sofa yang ada di ruangannya.

“J-Jadi—”

Luhan tersenyum misterius, “Apa kau lajang?,” tanyanya.

Jessica mengangguk pelan. Bagus, pikir Luhan.

Luhan pun menyergap Jessica dalam dekapannya. Jessica terbaring di atas sofa dengan Luhan di atasnya.

“Apa yang kau lakukan, tuan?,” tanya Jessica, takut.

Luhan mendekatkan bibirnya ke telinga Jessica, “Diam dan nikmatilah,” bisiknya, lalu mulai menghisap leher milik Jessica.

>>>

Jessica menangis dengan keadaan telanjang sambil duduk di lantai. Seragamnya sudah sobek akibat ulah direkturnya. Luhan pun dalam keadaan yang sama dengan Jessica namun Luhan masih terbaring lemah di atas sofa.

“Jangan menangis, sayang,” ucap Luhan.

Jessica tak mempedulikan perkataan Luhan. Jessica terus menangis. Ia tak menyangka ia kembali ternodai. Padahal ia sangat senang sudah berhasil melewati hari-harinya tanpa seks. Ia merasa ketakutan dan sepertinya..ia trauma.

“Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil. Tenang saja,” ucap Luhan.

Tidak, bukan itu yang aku inginkan, pikir Jessica. Jessica mencintai Joonmyun, bukan Luhan. Tapi, sepertinya Jessica memang lebih pantas menikah dengan Luhan daripada dengan Joonmyun yang terlalu suci untuk Jessica.

>>>

Luhan dan Jessica pergi ke dokter kandungan untuk mengecek apa yang Jessica alami. Apakah hamil atau tidak.

“Saya tidak tahu harus berkata apa,” ucap dokter kandungan itu.

“A-Ada apa, dokter?,” tanya Jessica takut. Ia menggenggam erat tangan Luhan.

“Nona Jessica mengalami kanker rahim,”

Jessica merasa petir yang sangat dahsyat menghantam hatinya. Hancur sudah masa depannya memiliki seorang momongan. Air mata Jessica berlinang deras.

“T-Tidak mungkin, dokter. Coba kau periksa sekali lagi,” pinta Luhan.

“Penyakit ini sudah stadium 4. Dan hal ini menyebabkan nona Jessica takkan memiliki anak bahkan bisa menyebabkan kematian,”

Jessica mendadak lemas mendengarnya. Pandangan Jessica mulai kabur hingga gelap.

>>>

Jessica membuka matanya perlahan. Ia kaget saat seorang pria tertidur di atas tangannya. Rambutnya berwarna hitam. Sudah pasti bukan Luhan, pikirnya.

Pria itu bangun dan bangkit. Jessica merasakan sesak pada pernafasannya. Ternyata pria itu adalah Kim Joonmyun—orang yang ia cintai.

“Kau sudah sadar,” ucap Joonmyun sambil tersenyum.

“Bagaimana kau bisa ada disini?,” tanya Jessica.

“Bosmu yang menghubungiku,” jawab Joonmyun.

“D-Dimana dia sekarang?,” tanya Jessica.

“Dia berada di Beijing,” jawab Joonmyun.

“J-Jadi, aku berada di—”

“Rumah sakit Mary. Seoul, Korea Selatan,” jawab Joonmyun seraya mengusap pipi Jessica.

“J-Joonmyun-ah, aku—nyawaku—”

“Sshh!,” seru Joonmyun, “Jangan berbicara yang aneh-aneh. Kau akan tetap hidup,”

“Tapi, aku takkan punya anak. Seandainya aku memeriksa kandunganku dari saat kita kuliah. Penyakitku pasti takkan separah ini,” ucap Jessica, sambil menangis, “Tak akan ada pria yang mau menikah denganku,” tambahnya.

“Aku mau kok,” ucap Joonmyun sambil tersenyum hangat.

Jessica menggeleng, “Aku bukan wanita yang pantas untukmu, Kim Joonmyun,”

“Lalu wanita seperti apa yang pantas untukku? Aku tak pernah mempedulikan bagaimanapun bentuknya, rupanya, statusnya. Asal dia bisa menerimaku apa adanya, aku siap untuknya,” ucap Joonmyun.

“J-Joonmyun-ah—”

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, Sica-ah. Kecuali Tuhan,” ucap Joonmyun.

Jessica tersenyum mendengarnya. Ia senang bisa bertemu dengan Joonmyun. Memori pertama kali mereka bertemu muncul di benak Jessica.

“Aku mencintaimu, Kim Joonmyun,” ucap Jessica.

Joonmyun mengecup punggung tangan Jessica, “Aku juga mencintaimu, Jessica Jung,”

Kalimat yang selalu di harapkan Jessica akhirnya dapat Jessica dengar. Meskipun kalimat itu hadir di detik-detik terakhirnya.

Jessica memejamkan matanya perlahan. Senyuman khas di bibirnya mulai memudar. Mesin perekam jantung terlihat datar dan mulai mengeluarkan suara tanpa henti.

Wajah Joonmyun memucat. Ia tak menyangka Jessica akan meninggalkannya secepat ini. Air matanya mulai merembes saat itu juga.

“JESSICA!!!!,”

>>>

Joonmyun menaburi bunga di atas makam seorang wanita yang sangat ia cintai. Hari ini memperingati hari ke-100 setelah kepergian kekasih hatinya. Ia menyesal karena ia tak mengungkapkan perasaannya dari awal. Tapi, Joonmyun bahagia karena wanitanya berhasil mencapai cita-citanya dan berkat perjuangannya selamai ini, namanya selalu di kenang oleh dua negara yang sempat bersekutu, Korea Selatan dan China.

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku disini baik-baik saja. Jika kau menanyakan aku sudah punya pacar atau belum, aku katakan padamu bahwa dari dulu sampai sekarang aku belum punya pacar apalagi istri,” ucap Joonmyun.

Joonmyun menghela napas berat.

“Aku tak menginginkan pernikahan di dunia. Aku ingin kita bertemu di surga dan menikah. Asal disana kau jangan mencari pacar, ya?,”

“Lucu sekali, Joonmyun-shi,”

Joonmyun menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari Luhan. Ia jadi teringat saat dirinya menghajar Luhan setelah tahu apa yang Luhan lakukan pada wanitanya di ruangannya.

“Jessica, ini aku calon suamimu. Apa kau masih ingat?,” tanya Luhan pada nisan.

Joonmyun mendesis, “Calon suami? In your dream,” cibirnya.

Luhan memicingkan matanya, “Aku adalah ayah dari bayi yang di kandung Jessica,”

“Apa kau sudah gila? Tidak ada bayi dalam kandungan Jessica,” ucap Joonmyun sedikit kesal.

Tiba-tiba, dua wanita berpakaian seperti perawat menghampiri Luhan dan memegang lengan kanan dan kirinya.

“Ayo kembali, tuan Luhan. Kita harus pulang ke rumah sakit,”

“Tidak mau. Aku mau ikut jika calon istriku juga ikut,” ucap Luhan, “Oh, ya, mana anakku?,” tanyanya.

Perawat itu menyerahkan boneka bayi pada Luhan. Luhan menimangnya dengan sayang.

“Joonmyun-shi, lihat. Ini buktinya. Aku dan Jessica punya bayi,” ucap Luhan, sambil tertawa.

Kedua perawat itu pun segera menyeret paksa Luhan dan pergi meninggalkan Joonmyun. Joonmyun hanya bisa melongo.

“Luhan ternyata memang gila. Aku rasa dia seperti itu karena merasa bersalah denganmu,” ucap Joonmyun, sambil kembali menaburi bunga di makam Jessica.

    END!

Fiuh! Akhirnya selesai juga. Pasti gaje, kan? Luhan di bikin gila. Pasti nanti pas pulang gue di jewer sama Luhan di rumah.
Minta reviewnya, ya? Ini request-an dari temen ku yang ngepens banget sama Suho-Sica. Semoga FF ini memuaskan, ya.

Who I Love? (Chapter 4)


Title : Who I Love?

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • EXO-M’s LuHan as Xiao Lu Han
  • EXO-K’s Chanyeol as Park Chanyeol

Support Cast :

  • SNSD’s Seohyun as Oh Seohyun
  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • EXO-K’s Baekhyun as Byun Baekhyun
  • SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
  • EXO-M’s Xiumin as Kim Minseok
  • etc

Genre : Romance, Fluff, Friendship

Length : Series

>>> 

Jessica berbaring di atas ranjang yang berada di kamarnya. Ia terus memikirkan kejadian tadi siang.

“Mengapa aku mengetahui Sehun begitu banyak?,” gumam Jessica.

Jessica menggigit bibirnya, “Jangan katakan aku menyukainya,”

Jessica beranjak bangun dan mengacak-acak rambutnya prustasi. Mungkin penampilannya saat ini seperti pengemis jalanan yang tinggal di kolong jembatan di Indonesia.

Namun, sebuah akal muncul di otaknya, “T-Tunggu dulu,” ucap Jessica.

“Aku dan Sehun kan tinggal satu rumah? Otomatis aku banyak mengetahui dirinya,” ucap Jessica—seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

Jessica mengusap dadanya pelan sambil tertawa keras. Jika tadinya seperti pengemis, tampaknya kita harus mengubahnya menjadi orang gila yang ada di rumah sakit jiwa.

Jessica menghela napas lega, “Syukurlah!,” gumamnya, “Ku pikir aku menyukainya. Pasti aneh jika aku menyukai pria semenyebalkan Sehun,” ucapnya.

Tiba-tiba terdengar ketukan di pintu Jessica. Jessica segera bangkit dari ranjangnya. Saat ia melintasi cermin, ia langsung mengoreksi dirinya di depan cermin. Betapa buruknya penampilannya sekarang.

“Ini semua karena omong kosong Taeyeon. Aku menjadi stres seperti ini,” gumam Jessica.

“Sica-ya~”

Jessica lupa. Tadi ada yang mengetuk pintu kamarnya. Jessica pun segera membuka pintu kamarnya.

“A-Astaga!,” seru Seohyun, kaget—akan penampilan Jessica.

Jessica terkekeh, “Aku tidak apa-apa kok,” ucapnya, “Saatnya makan malam, kan?,” tanyanya.

Seohyun hanya menganggukan kepalanya. Ia masih syok melihat penampilan Jessica.

“Aku akan segera turun. Kalian duluan saja,” ucap Jessica—lalu menutup pintunya kembali.

>>> 

“Sica-ya, sepertinya kau bahagia sekali,” seru Seohyun—melihat Jessica melahap porsi makannya dengan semangat dan penuh senyuman.

Jessica mengangguk cepat, “Iya. Aku bahagia sekali,” jawabnya.

Sedangkan Sehun terlihat tidak nafsu makan. Ia hanya mengaduk-aduk porsi makanannya dengan tatapan menyedihkan.

“Sehun-ah, apa kau baik-baik saja?” tanya Seohyun, cemas.

Sehun mengangguk lemah, “Aku hanya tidak nafsu makan saja,” jawabnya.

Seohyun mengangguk mengerti. Tampaknya Sehun memiliki masalah, batinnya.

Jessica pun ikut cemas dengan keadaan Sehun. Biasanya, Sehun akan menjadi cerewet dan banyak bertanya jika Jessica sedang bahagia. Tapi, sepertinya saat ini Sehun sedang sibuk dengan dunianya sendiri.

“Aku—payah?,” gumam Sehun, dalam hati.

>>> 

Luhan dan Minseok sedang mengerjakan data-data sekolah. Well, mereka adalah ketua dan wakil ketua osis. Jadi, wajar saja jika mereka selalu di sibukkan dengan tugas sekolah.

“Luhan-ah~” panggil Minseok.

Luhan mendongak, “Ada apa, hyung?,” tanyanya.

“Ku dengar, Yoona sudah kembali,” jawab Minseok, “Apa itu benar?,”

Luhan mengangguk mengiyakan.

“Dan—itu artinya hubunganmu dengan Yoona akan kembali?,” tanya Minseok.

“Inginku seperti itu, hyung. Tapi, aku harus menyelesaikan tugasku terlebih dahulu,” jawab Luhan.

“Tugas apa?,” tanya Minseok.

“Mengejar Jessica, hyung,” jawab Luhan.

Minseok mengerjap, “J-Jadi, kau masih mengejar gadis berdarah campuran itu?,” tanyanya.

Luhan tersenyum sinis, “Jessica adalah mangsaku, hyung. Setelah aku menghabisinya, maka semua dendam kita pada keluarga Oh Sehun akan terbalaskan,” jawabnya.

“Tapi—kenapa harus Jessica? Kenapa bukan Seohyun saja? Sudah jelas Sehun sangat menyayangi Seohyun,”

Luhan terkekeh pelan, “Apa gunanya aku menjadi putera dari seorang psikolog ternama di Asia, hyung?,” guraunya.

Minseok mengernyit bingung. Ia masih kurang mengerti.

“Aku bisa membaca Oh Sehun, hyung. Dan aku tahu, Jessica lebih berharga untuknya di bandingkan Seohyun. Percayalah padaku,”

>>> 

Jessica berjalan menuju kelasnya bersama Sehun dan Seohyun. Namun, di depan pintu ruang kelas mereka, Taeyeon sudah menghadang mereka. Dengan tangan di rentangkan di kanan dan kiri seperti orang-orangan sawah. Hanya saja Taeyeon tidak cocok di katakan seperti itu karena tubuhnya tidak seramping dan setinggi orang-orangan sawah.

“Beri jalan untukku, Kim Taeyeon,” ucap Jessica.

“Tidak akan,” jawab Taeyeon, “Kecuali kau mau ikut denganku,” tambahnya.

“Memangnya ada apa, Taeyeon-ah?,” tanya Seohyun.

“Ini urusan penting, Seohyun-ah. Ini masalah hati! Percintaan!,” jawab Taeyeon—dan ia menekankan kata hati dan percintaan.

Mendengar itu, pikiran Sehun menjadi semakin kacau. Ia menjadi penasaran apa yang sebenarnya mereka bahas. Sampai-sampai Sehun harus tersangkut-paut sehingga Jessica mengatainya payah.

Jessica menghela napas kasar, “Kita masih membahas hal kemarin?,” tanyanya.

“Aku hanya ingin keadilan, Jessica Jung. Aku sudah menceritakan tentang orang yang ku sukai. Sekarang, giliran kau menceritakan tentang orang yang kau sukai,” seru Taeyeon.

“Hei, aku tidak pernah memintamu untuk melakukan itu,” ucap Jessica, kesal.

“You—must—follow—me!,” seru Taeyeon—lalu menyeret Jessica pergi ke luar kelas.

“Seohyun-ah, tolong aku!,” pinta Jessica.

Seohyun hanya tersenyum kaku sambil melambai-lambaikan tangannya. Ia menggeleng pelan. Ada-ada saja mereka, batinnya—lalu masuk ke dalam kelas.

Sementara Sehun masih mematung di tempat. Siapa orang yang di sukai Jessica?, batinnya.

>>> 

“Sehun-ah, apa kau melihat Taeyeon?,” tanya Baekhyun—pada Sehun yang sedang duduk dengan tatapan kosong.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut Sehun. Sehun tidak seperti biasanya, batin Baekhyun.

“Sehun-ah, apa yang terjadi padamu?,” tanya Seohyun, cemas.

“Calm down, guys,” seru Chanyeol.

“Bagaimana bisa tenang? Sahabat kita sedang aneh seperti ini,” jawab Baekhyun, “Apa Sehun memiliki penyakit, Seohyun-ah?,” tanyanya.

Seohyun menggeleng cepat, “Sehun tidak punya penyakit kok,” jawabnya.

“Ku rasa Sehun sedang galau,” ucap Chanyeol.

Seohyun dan Baekhyun menatap Chanyeol dengan ekspresi bingung.

“Penyakit macam apa itu?,” tanya Baekhyun.

Chanyeol memainkan telunjuknya, “Itu bukan penyakit. Sebenarnya bisa di katakan penyakit. Tapi, cara menyembuhkannya bukan pada tim medis,” jawabnya.

“Lalu, bagaimana caranya?,” tanya Seohyun.

“Cukup dengan hibur dia hingga dia melupakan semua masalah yang membuatnya menjadi seperti ini,” jawab Chanyeol.

“Bagaimana cara menghiburnya? Di ajak bicara saja tidak bisa,” ucap Baekhyun.

Chanyeol tersenyum misterius, “Hanya ada satu cara,” ucapnya.

>>> 

“Kenapa bukan Seohyun saja?,” protes Jessica.

“Ayolah, Jung-ya. Sehun hanya akan mau bicara jika ia bersamamu,” ucap Chanyeol.

Jessica melipat tangannya di depan dadanya, “Sok tahu!,” ucapnya, “Sehun juga mau kok berbicara pada Seohyun,” ucapnya.

Chanyeol menggaruk kepalanya. Gadis ini tidak mengerti maksudku, batinnya.

“Kalian kan selalu bertengkar. Jadi kalian tampak akrab. Ah, kalian pokoknya harus berkencan,” seru Chanyeol.

“Masa aku harus berkencan dengan setan itu?,” gumam Jessica, malas.

“Ayolah, demi Sehun,” bujuk Chanyeol.

“Iya, iya. Aku mau,” jawab Jessica, akhirnya.

Chanyeol tersenyum. Aku melakukan ini karena aku tahu Sehun menyukaimu, Jung-ya. Aku melihatnya dari sorot matanya. Sangat terlihat jelas, batinnya.

>>> 

Jessica dan Sehun berada di sebuah kafe di Lotte World. Mereka baru selesai menaiki wahana bermain. Memang, tampaknya Sehun terkena virus galau. Meskipun bersama Jessica, meskipun menaiki wahana-wahana yang menyenangkan, wajah datarnya tetap tidak berubah. Sehun juga tidak banyak bicara sedari tadi.

“Sebenarnya ada apa denganmu?,” tanya Jessica, kesal.

Sehun menggeleng pelan. Hanya itu jawabannya.

Jessica mendesis, “Kau ini memang payah, ya?,”

DEG!

Sehun merasakan rasa sakit di dadanya saat Jessica kembali mengatainya payah. Jika kalian tak bisa membayangkan rasa sakitnya, bayangkan saja jika pacar atau orang yang kalian sukai mengatai kalian payah dalam artian yang buruk (bukan bercanda).

“S-Sehun-ah—”

Sehun memejamkan matanya. Ia mencoba menahan rasa sakitnya. Saat ia membuka matanya, ia memasang wajah marahnya. Dan itu membuat Jessica gelabakan kaget.

Sehun mencengkram kuat lengan Jessica, “Ikut aku!,” perintahnya.

“K-Kita mau kemana?,” tanya Jessica, takut.

Sehun tidak mempedulikan pertanyaan Jessica. Ia menarik tangan Jessica hingga keluar dari Kafe.

“Lepaskan aku, Sehun-ah,” berontak Jessica—seraya berusaha melepaskan cengkraman kuat Sehun dari lengannya.

Sehun terus menyeretnya hingga mendorong Jessica masuk ke dalam mobil milik Sehun. Sehun juga masuk dan mengunci pintu mobilnya. Sehun mengenakan sabuk pengaman, dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan penuh.

“Sehun-ah, hentikan! Kau ingin kita mati?,” tanya Jessica, geram.

Sehun tak mempedulikan perkataan Jessica. Ia terus fokus pada setirannya.

Dan, sampailah mereka ke tempat yang ingin di tuju oleh Sehun.

“Untuk apa kita ke tempat pelatihan bowling?,” tanya Jessica, bingung.

Sehun tak menjawab. Ia segera keluar dari mobilnya dan membukakan pintu untuk Jessica. Jessica segera keluar. Ia masih bingung sebenarnya ada apa dengan Sehun.

“Ayo masuk!,” ajak Sehun—seraya menarik lengan Jessica lagi. Kali ini tidak sekuat yang tadi.

Mereka pun masuk ke dalam tempat tersebut. Sehun segera mengambil bola bowling.

“Sebenarnya apa yang kau inginkan, Oh Sehun? Aku tidak mengerti,” ucap Jessica.

Sehun mendekatkan wajahnya pada wajah Jessica, “Aku ingin membuktikan bahwa aku tidak payah.” jawabnya.

“Eh?,”

Sehun memfokuskan matanya ke kumpulan benda-benda berwarna putih yang harus ia robohkan dengan bola bowling yang ada di tangannya.

“Siapa bilang aku payah di bidang olahraga?,” tanya Sehun—seraya melempar bola bowling hingga sukses mencetak angka.

Jessica memandang mata Sehun. Sehun pun melakukan hal yang sama. Sedetik kemudian, mereka tertawa renyah.

“Maksudku kau payah pada olahraga sepak bola dan lari maraton,” ucap Jessica.

“Oh—kau meremehkanku, Jessica Jung?,” tanya Sehun.

Jessica tersenyum dan mengangguk, “Bagaimana jika kita bertanding sepak bola?,” usulnya, “Jika aku menang, kau harus menghabiskan belut gosongku tiga piring,” taruhnya.

“A-Apa? Tidak mau. Belutmu kan tidak ada enaknya sama sekali,” tolak Sehun.

“Kalau begitu, aku akan menyebutmu payah setiap hari,” ucap Jessica.

Sehun mendesis, “Baiklah. Aku mau,” jawabnya, “Tapi, jika aku yang menang—”

“Uh-hu?,”

“Kau harus mau menjadi kekasihku,”

Jessica terkekeh, “Hanya itu? Mudah seka—” ucapnya tertahan karena merasa ada suatu kejanggalan. Saat ia sudah mendapatkan kejanggalan itu, “APA? JADI KEKASIHMU?,” teriaknya, syok.

Sehun terkekeh pelan, “Aku hanya bercanda,” jawabnya, “Kau tidak boleh memanggilku payah lagi saja. Bagaimana?,”

“Baiklah,” jawab Jessica.

>>> 

Seohyun melirik ke arah jam dinding, “Sudah pukul 9 malam. Tapi, mereka belum pulang juga,” ucap Seohyun, cemas.

Chanyeol memegang bahu Seohyun, “Tenang saja. Menurutku, mereka sedang bersenang-senang kok,” ucapnya.

Seohyun mengangguk sambil tersenyum manis. Chanyeol sempat terpana melihatnya. Mengapa aku baru sadar bahwa Seohyun sangat manis?, batinnya.

“Kau yakin Jessica berhasil menyembuhkan penyakit Sehun?,” tanya Baekhyun, ragu.

Chanyeol tersenyum, “Percayalah padaku,” jawabnya.

“KAMI PULANG!!!,”

Seohyun, Chanyeol, Baekhyun dan Taeyeon reflek berdiri. Mereka kaget melihat wajah berbinar dari Sehun.

“Chanyeol-ah, kau benar,” seru Baekhyun.

Chanyeol hanya tersenyum bangga.

“Sehun-ah, kenapa sampai selarut ini?,” tanya Seohyun.

Sehun tersenyum, “Aku dan Jessica bertanding sepak bola, dan aku menang. Tapi, Jessica meminta untuk tanding kembali dalam lari maraton. Dan sekali lagi, aku yang menang,” jawabnya, bersemangat.

“Woah! Hebat!,” seru Baekhyun, “Setahuku kau lemah dalam dua olahraga itu,” ucapnya.

“Tentu saja karena lawannya itu Jessica. Jessica kan perempuan,” ucap Taeyeon.

“Sica-ya, ada apa dengan wajahmu?,” tanya Seohyun—yang melihat wajah Jessica yang menegang.

Jessica mengerjap dan menggelengkan kepalanya dengan cepat, “A-Aku tidak apa-apa,” jawabnya, “Aku istirahat dulu, ya,” ucapnya—lalu segera berlari menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Sehun tersenyum melihat tingkah Jessica. Tiba-tiba, ia merasakan sakit di punggungnya, “Sepertinya sang juara juga butuh istirahat,” ucapnya.

Chanyeol menghela napas berat, “Padahal kami ingin mengajakmu bermain monopoli,” ucapnya, kecewa.

“Iya, iya, aku mau main. Tapi, aku mandi dulu, ya,”

“Tapi—apa ini tidak terlalu malam?,” tanya Taeyeon.

Baekhyun mengusap kepala Taeyeon, “Besok kan hari minggu. Jadi, tidak apa jika kau bangun kesiangan,” jawabnya.

Semburat merah merekah di wajah Taeyeon. Perlahan, ia menganggukan kepalanya.

“Bagaimana jika kalian menginap disini?,” usul Seohyun.

“Ide bagus, Seohyun-ah,” seru Taeyeon, Baekhyun, Chanyeol dan Sehun.

“Taeyeon tidur bersamaku saja,” ucap Seohyun.

Taeyeon mengangguk, “Baiklah,” jawabnya.

“Asyik! Aku tidur dengan Jung,” seru Chanyeol.

PLETAKKK!!!

“Kau tidur di kamarku bersama Baekhyun juga,” ucap Sehun.

>>> 

Jessica menyisir rambutnya yang habis di keringkan dengan hairdryer. Jessica baru selesai mandi. Sekujur tubuhnya tadi lengket karena keringat yang begitu banyak.

Namun, Jessica kembali teringat kejadian saat ia kalah tanding lari maraton tadi.

“Masa aku kalah lagi!,” gerutu Jessica, kesal.

 

Sehun terkekeh, “Ternyata yang payah itu kau, ya?,” ledeknya.

 

Jessica memicingkan matanya, “Apa-apaan itu payah? Aku tidak payah. Aku perempuan. Wajar jika kalah dengan laki-laki,” ucapnya.

 

Sehun hanya tertawa mendengarnya.

 

“Aku masih tidak terima. Masa aku kalah dengan Oh Sehun yang payah? Padahal saat tinggal di Amerika, aku selalu menjadi juara. Tapi, mengapa aku kalah? Apa lagi harus kalah dengan Oh Sehun yang pay—”

 

CHU~

 

Jessica terdiam saat Sehun mencium bibirnya. Sehun menempelkan bibirnya pada bibir Jessica sekitar 15 detik. Setelah itu, Sehun mulai memejamkan matanya dan melumat bibir Jessica. Jessica yang masih kaget dan syok hanya bisa diam selagi Sehun bermain dengan bibirnya. Namun, lama-kelamaan Jessica mulai menikmati ciuman Sehun. Jessica ikut memejamkan matanya dan membalas lumatan Sehun.

 

Jessica menepuk pipinya, “Ah, kenapa aku membalas ciumannya?,” tanyanya, prustasi.

“Apalagi ini adalah ciuman pertamaku. Kenapa harus Sehun yang merebutnya? Kenapa bukan Luhan sunbae saja yang jelas lebih tampan?,”

Lagi, Jessica harus melewati malamnya dengan pikiran yang membuatnya tak bisa tidur.

>>> 

Sehun keluar dari toilet di kamarnya. Sehun tersentak saat melihat Chanyeol dan Baekhyun sudah terlelap di ranjangnya. Bahkan, tidak ada tempat yang mereka sisakan untuk Sehun.

“Sebenarnya yang punya kamar itu siapa?,” gumam Sehun, kesal.

Sehun pun memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Ia berjalan menuju kamar Jessica. Di bukanya pintu kamar Jessica. Ternyata Jessica belum tidur.

“A-Ada apa kau kemari?,” tanya Jessica, was-was.

Sehun menutup pintu kamar Jessica, “Boleh aku tidur disini?,” tanyanya.

Mata Jessica membulat sempurna, “Enak saja. Tidur di kamarmu,” serunya.

“Baekhyun dan Chanyeol tidur di ranjangku. Aku tak di sisakan tempat,” jawab Sehun.

“K-Kalau begitu, tidur saja di sofa,” ucap Jessica, gugup.

Sehun berjalan menuju sofa yang terletak di kamar Jessica, “Kau pikir aku mau tidur di ranjangmu? Aku bukan pria mesum,” ucapnya.

Jessica mengerucutkan bibirnya. Namun, tiba-tiba saja listrik padam. Jessica berteriak keras. Sehun pun segera menyalakan ponselnya dan menghampiri Jessica dan memeluknya.

“Kau takut?,” tanya Sehun.

“Aku takut gelap,” jawab Jessica.

Sehun baru ingin beranjak pergi untuk mencari lampu, tapi Jessica menahannya.

“Tetap disini,” mohon Jessica.

“T-Tapi—”

“Aku takut, Oh Sehun,” ucap Jessica, takut.

Sehun mengangguk mengerti. Ia mendorong Jessica agar Jessica berbaring. Sehun ikut berbaring di sebelahnya sambil memeluknya. Posisi mereka saat ini berhadapan.

“Aku takut,” ucap Jessica.

“Tenang. Ada aku disini,” ucap Sehun, “Sekarang tidurlah,”

“Janji ya jangan tinggalkan aku,” ucap Jessica.

Sehun mengangguk, “Aku berjanji,” jawabnya.

Jessica pun mulai memejamkan matanya. Sehun terus mengusap punggung Jessica dengan tangannya yang melingkari perut Jessica. Lama-kelamaan, Sehun juga mengantuk. Akhirnya, Sehun pun memejamkan matanya dan tertidur.

>>> 

“Sehun menghilang!!,” seru Chanyeol dan Baekhyun.

“Kalian bercanda,” ucap Taeyeon.

“Untuk apa kami bohong? Dia tidak ada di kamar,” ucap Baekhyun.

“Ayo kita cari dia,” ucap Seohyun.

Seohyun, Baekhyun, Taeyeon dan Chanyeol pun berpatroli di rumah Sehun dan Seohyun. Saat Chanyeol tiba di depan kamar Jessica, dengan isengnya ia membuka pintu tersebut dengan lebar.

“ASTAGA!!,” teriak Chanyeol, syok.

Mendengar teriakan Chanyeol, otomatis Taeyeon, Baekhyun dan Seohyun menghampiri Chanyeol. Mereka pun melihat apa yang Chanyeol lihat.

“ASTAGA!!,” pekik ketiganya.

Mendengar teriakan itu, Jessica dan Sehun terbangun dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya. Sehun dan Jessica bangkit dan saling memandang. Setelah merasa sadar dan merasa ada kejanggalan, mereka berdua pun sama-sama berteriak.

“AAAAAA!!!!!,”

To Be Contiuned

Review, please!

Jangan ngecewain saya ya dengan komentar yang sedikit. Saya juga butuh komentar berisi kritikan dan saran. Dan saya harap tidak ada siders disini. Kali ini saya gak boongan lagi. Chapter kemaren komentarnya kurang dari 20, tapi tetep saya lanjutin. Tapi, di chapter ini, jika komentarnya kurang dari 30, saya gak akan lanjutin FF ini. Suwer! Kalo saya ngelanggar, saya bakal bikin FF sebanyak 20 dalam waktu satu hari (FF Oneshot). Itu jika saya tetap memposting lanjutannya meskipun komentarnya kurang dari 30.