(Request FF) – The Way You Are


Title : The Way You Are

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
o SNSD’s Taeyeon as Jung Taeyeon
o SNSD’s Seohyun as Jung Seohyun

Support Cast :
o TVXQ’s Yunho as Jung Yunho
o EXO’s Kris as Kris Wu
o EXO’s Baekhyun as Byun Baekhyun
o EXO’s LuHan as Xiao Luhan
o SNSD’s YoonA as Im Yoona
o etc

Genre : School-life, Family, Romance, Friendship

Length : One-shot

A/N : Fic ini adalah ‘Request FF’ dari jihaan love sica. Hope you like this fic ^^

    ***

Berbagai channel televisi di Korea Selatan sedang dihebohkan dengan berita munculnya ketiga puteri dari pemilik Jung International Corp—sebuah perusahaan terbesar dan berpengaruh di Korea Selatan—, Jung Yunho. Ketiga puteri duda kaya raya itu baru saja pulang dari Amerika setelah menjalani sekolah mereka. Berdasarkan permintaan mereka sendiri, ketiganya ingin melanjutkan kuliah di Seoul. Hal itu membuat semua orang bertanya-tanya, mengapa mereka memilih kuliah di negara sendiri sedangkan bersekolah di luar negeri.

“Kami mencintai negara kami. Dan kami percaya, sekarang Seoul telah menjadi negara yang tak kalah berkualitas dibandingkan negara lain. Lagipula, kami akan melanjutkan bisnis ayah kami. Jadi, kami rasa kampus terbaik adalah tempat dimana perusahaan ayah berada,” ucap Taeyeon, kakak tertua dari ketiga puteri Jung Yunho.

“Jadi, kalian akan melanjutkan kuliah di kampus apa?,” tanya seorang wartawan.

“Kami memutuskan untuk kuliah di universitas Kyunghee, jurusan bisnis manajemen,” jawab Taeyeon.

“Kalian telah muncul sebagai bintang. Apakah kalian berniat untuk muncul sebagai artis?,”

Seohyun—puteri ketiga Jung Yunho—langsung menggeleng cepat, “Kami tidak tertarik dengan dunia entertainment,” jawabnya.

“Apakah kalian akan menekuni bisnis ayah kalian?,”

“Enough!,” seru Sooyeon—puteri kedua Jung Yunho—, membuat semua wartawan dan kedua sahabatnya kaget. “Mengapa harus membuang waktu dengan menanyakan hal yang sudah pasti diketahui jawabannya? Think before, do after! Kami juga memiliki banyak kesibukan,” omelnya.

“Ngg—maafkan adikku. Dia memang sedikit sensitif. Ya, kami rasa cukup sampai disini wawancaranya. Terima kasih,” ucap Taeyeon.

>>>

“Jaga sikapmu, Jung Sooyeon! Kau adalah salah satu dari tiga puteri-ku. Kau yang paling ahli dalam masalah intelektual. Kau bisa membuat appa sukses. Tapi, dengan sikapmu seperti ini, citra appa di depan semua orang akan tercoreng,” omel Jung Yunho pada Sooyeon.

“Tolong maafkan Sooyeon eonni, appa,” pinta Seohyun.

“Appa, kau berlebihan. Kau tahu sendiri kan sikap Sooyeon seperti apa,” ucap Taeyeon.

“Shut up. Biarkan dia berbicara sampai selesai. Setelah itu, aku bisa beristirahat di kamar,” ucap Sooyeon.

Yunho menghela napas berat. Sooyeon memang selalu bersikap seperti ini semenjak isterinya meninggal dunia. Sooyeon bukan lagi gadis yang ceria, melainkan gadis dingin dan pemarah. Dan Yunho pun harus berusaha sabar untuk menghadapinya.

“Maafkan appa. Kau boleh beristirahat sekarang,” ucap Yunho.

Tanpa basa-basi, Sooyeon langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Yunho pun juga menyuruh Taeyeon dan Seohyun untuk beristirahat karena besok mereka sudah harus masuk ke kampus baru mereka.

>>>

Pagi yang cerah menyambut kota Seoul. Tepat saat ketiga puteri cantik dan kaya raya tiba di kampus baru mereka—Kyunghee University. Banyak mahasiswa memandang mereka dengan pandangan kaget, senang, jatuh cinta, dan sebagainya. Dan saat itulah, mereka bertiga resmi menjadi idola baru di kampus tersebut.

Semua mahasiswa menyapa mereka. Taeyeon dan Seohyun mencoba ramah, sedangkan Sooyeon lebih memilih untuk diam dan memperhatikan keadaan sekitarnya.

Karena usia mereka berbeda satu tahun, mereka pun harus berpisah kelas. Taeyeon berada di semester lima, Sooyeon di semester tiga, dan Seohyun di semester pertama. Meskipun mereka berada di jurusan yang sama.

“Annyeonghaseyo. Nama saya adalah Jung Taeyeon. Saya adalah mahasiswa pindahan dari Amerika. Salam kenal,” ucap Taeyeon memperkenalkan diri.

Taeyeon mendapatkan sambutan yang positif dari teman-teman sekelasnya. Taeyeon pun duduk di samping mahasiswa berkacamata dengan name-tag yang sempat dibaca oleh Taeyeon, Byun Baekhyun. Dan Baekhyun sedang tersenyum aneh kepada Taeyeon. Sebenarnya senyuman aneh itu adalah deskripsi Baekhyun menurut Taeyeon.

“Ngg—salam kenal, Baekhyun-ssi,” ucap Taeyeon ragu.

“Iya! Salam kenal, Taeyeonnie!,” balas Baekhyun bersemangat.

Kini, Taeyeon merasa dilanda mimpi buruk karena harus duduk di dekat pria aneh seperti Baekhyun. Sekali lagi, hal itu hanyalah deskripsi Baekhyun menurut Taeyeon.

>>>

Sama seperti Taeyeon, Seohyun memperkenalkan diri secara santun hanya saja lebih panjang. Teman-temannya membalas dengan ramah dan Seohyun sangat menyukai hal itu. Seohyun pun duduk di antara seorang pria dan wanita.

Seohyun baru saja menoleh ke kanan, dan langsung kaget saat pria disampingnya itu sedang tersenyum. Senyuman yang sangat manis, sesuai dengan wajah manis pria itu. Tapi, Seohyun merasa ada yang janggal. Senyuman itu seperti bukan untuknya.

Seohyun pun menoleh ke kiri dan melihat wanita disampingnya juga tersenyum. Oh, ternyata, mereka sedang saling tersenyum. Seohyun merasa malu sendiri karena merasa dirinya yang sedang diberikan senyuman oleh pria manis disampingnya itu.

“Bodoh sekali kau, Jung Seohyun!,” gumamnya pelan.

>>>

“Annyeonghaseyo. Nama saya Jung Sooyeon. Terima kasih,”

Berbeda dengan Taeyeon dan Seohyun, Sooyeon memperkenalkan diri secara singkat dan dengan nada terkesan malas. Dan hal itu membuat dirinya tak disambut baik oleh teman-teman sekelasnya. But, who cares? Jung Sooyeon tidak akan mempedulikan hal tersebut.

“Baiklah, Sooyeon-ssi. Kau boleh duduk,”

Sooyeon pun duduk di kursi yang kosong. Dan sialnya, Sooyeon duduk disamping pria yang terus-terusan memperhatikannya.

“Namaku Kris,”

“Tidak bertanya,” jawab Sooyeon.

Sial, umpat Kris dalam hati. “Sama sepertimu, aku juga anak orang kaya,” ucap Kris.

Sooyeon menatap pria itu tajam, “Bisakah kau diam? Aku tidak memiliki niat untuk bertanya atau mengetahui apa yang kau katakan,” bentaknya.

Semua orang di dalam kelas tersebut melihat ke arah mereka berdua. Namun, hal itu sepertinya tidak mengganggu Sooyeon. Sooyeon kembali membaca bukunya.

“Kembali ke materi, semuanya,” ucap dosen tersebut.

>>>

Taeyeon, Sooyeon, dan Seohyun merebahkan diri mereka di sebuah ranjang di kamar Sooyeon. Mereka tampaknya lelah di hari pertama kuliah di Seoul.

“Hari yang menyebalkan,” ucap Taeyeon.

“Agree,” sahut Sooyeon setuju.

“Kenapa?,” tanya Seohyun.

“Aku harus duduk disamping pria aneh nan culun. Bayangkan dia selalu menempel disampingku saat pelajaran maupun sedang istirahat,” jawab Taeyeon.

“Bagaimana denganmu, Sooyeon eonni?,” tanya Seohyun.

“Same with Taeyeon eonni. Aku juga duduk disamping pria sok tampan, keren, dan kaya raya. Dia pikir aku akan tergoda dengan pria seperti itu? Never!,” jawab Sooyeon.

“Bagaimana denganmu, Seohyun-ah?,” tanya Taeyeon.

Seohyun terdiam. Apa ia harus menceritakan betapa malunya dirinya pada pria manis yang duduk disampingnya itu?

“T-Tidak ada yang terjadi. Semuanya berjalan baik,” jawab Seohyun.

>>>

Taeyeon baru saja masuk ke kelasnya. Tiba-tiba..

“Taeyeonnie!,”

“Aish, Baekhyun-ssi. Kau mengagetkanku saja!,” omel Taeyeon kesal.

“Maaf. Apa kau marah?,”

Taeyeon menghela napas berat, “Tidak. Aku tidak marah,” jawabnya.

Spontan, Baekhyun memeluk Taeyeon karena senang.

“YA! LEPASKAN AKU, BODOH!,”

>>>

“Perusahaan keluargaku terletak di Kanada dan China. Hebat, kan?,”

Sooyeon memutar kedua bola matanya. Kris masih saja senang mengatakan tentang dirinya. Sombong sekali, batin Sooyeon.

“Perusahaan kami sangat sukses. Makanya, aku sangat kaya. Jika kau menginginkan sesuatu, aku akan membelikannya untukmu,” ucap Kris.

“Tidak. Aku masih punya uang,” tolak Sooyeon.

“Tentu saja. Kau kan juga kaya raya,” seru Kris sambil tertawa.

Tidak lucu, batin Sooyeon kesal.

“Seperti di film-film yang ku tonton, kedua pengusaha akan menjodohkan anak-anak mereka. Dan perusahaan mereka berdua akan menjadi sangat besar. Itu seperti kita, kan? Kau menyadarinya?,”

“Oh my goodness! Kau itu sombong sekali, ya? Kau juga terlalu percaya diri. Aku tidak suka pria sepertimu. Dan kau pikir aku mau dijodohkan meskipun dengan pria terkaya di dunia sekalipun? Aku lebih menginginkan menikah dengan pria miskin tetapi kami saling mencintai,” seru Sooyeon lalu beranjak keluar dari kelas.

Kris terdiam sejenak. Ia menghela napas berat, “Maafkan aku, Sooyeon-ssi. Aku akan berhenti,” gumamnya.

>>>

Seohyun sedang membaca buku di tempat duduknya. Tiba-tiba, seseorang menyodorkan sebungkus cokelat untuknya.

Seohyun mendongak, “Terima kasih—KAU?,”

“Sebagai tanda perkenalan,” pria itu duduk di tempat duduknya yang berada disamping tempat Seohyun, “Namaku Luhan. Maaf sebelumnya kita belum berkenalan,” ucapnya.

Seohyun menggeleng, “Tidak apa-apa. Aku senang sekarang kita sudah berkenalan,”

“Benarkah?,”

Wajah Seohyun memerah, “Eh, namaku—,”

“Sudah tahu kok. Jung Seohyun, kan? Kau sudah mengenalkan dirimu kemarin,” ucap Luhan.

Seohyun semakin malu, “Kau benar,” ucapnya.

“Namaku Im Yoona,”

Seohyun menoleh kepada wanita yang duduk disampingnya, “Kau boleh memanggilku Yoona,” ucap Yoona,

“Yoona adalah sahabatku. Dia sangat cantik dan baik,” ucap Luhan.

“Berhenti memujiku, Lu,” ucap Yoona.

“Berhenti memanggilku Lu, rusa,” balas Luhan.

Seohyun terdiam dan menunduk. Mereka terlihat akrab, batinnya sedih.

>>>

Hari demi hari telah berlalu. Taeyeon terus-terusan diganggu oleh Baekhyun, untungnya dia masih bisa sabar. Seohyun terus-terusan memendam rasa cemburu melihat Luhan dan Yoona yang sangat dekat meskipun Seohyun dan Luhan juga sudah cukup dekat. Sedangkan Sooyeon, ia merasa sedikit kesepian karena semenjak Sooyeon mengomeli Kris pada hari kedua ia kuliah, Kris tidak pernah muncul lagi. Sudah satu bulan Kris tidak masuk. Bahkan kabar tentangnya pun tak terdengar.

Tiba-tiba, sesuatu yang mencengangkan muncul di media.

“Pengusaha besar di Korea Selatan, Jung Yunho terbukti telah melakukan suap kepada pengadilan untuk menjatuhkan sebuah perusahaan dari China. Perusahaan dari China itu pun menuntut agar Jung Yunho dipenjarakan dan hartanya diserahkan kepada negara,”

“APPA! JANGAN BAWA APPA KAMI!,” teriak Taeyeon sambil menangis.

“APPA!,” teriak Seohyun yang juga menangis.

“Maafkan appa, anak-anak. Appa telah mengecewakan kalian,” ucap Yunho.

Jung Yunho pun dibawa ke kantor polisi. Harta mereka habis tak tersisa. Dan sekarang, Taeyeon, Sooyeon, maupun Seohyun tak tahu harus tinggal dimana.

“Tinggalah di rumahku, Taeyeonnie,” ucap Baekhyun.

Taeyeon terdiam. Taeyeon tahu Baekhyun adalah orang miskin. Itu artinya, Baekhyun memiliki rumah kecil yang kumuh. Apa Taeyeon sanggup tinggal di rumah seperti itu?

Disisi lain, Luhan juga menawarkan Seohyun untuk tinggal bersamanya.

“Rumahku kecil, tapi paling tidak aku punya satu kamar lagi untukmu,” ucap Luhan.

“Apa Yoona juga tinggal di rumahmu?,” tanya Seohyun.

“Tentu saja tidak,” jawab Luhan.

Tanpa basa-basi, Seohyun langsung mengangguk setuju.

Sedangkan Sooyeon tidak tahu harus tinggal dimana. Teman-teman sekelasnya tidak ada yang ramah padanya. Sooyeon menyesal atas sikapnya yang begitu dingin sehingga tidak ada yang peduli padanya.

Tapi, sesuatu mengejutkan Sooyeon. Kris akhirnya masuk juga. Sooyeon pun langsung mengajak Kris keluar untuk berbicara empat mata.

“Tinggal di rumahku?,” tanya Kris kaget.

Sooyeon mengangguk, “Rumahmu besar, kan? Kau kaya raya, kan? Ijinkan aku tinggal di rumahmu,”

Kris menunduk, “Aku ingin jujur padamu, Sooyeon-ssi,”

“Jujur soal apa?,”

“Sebenarnya semua perkataanku tentang aku kaya itu hanyalah rekayasaku saja. Aku bukanlah orang kaya yang memiliki dua perusahaan besar. Mungkin dulu memang iya. Tapi, semenjak perusahaan dad bangkrut, kami hidup miskin,” jawab Kris.

Sooyeon sangat syok mendengar pernyataan dari Kris. Pupus sudah harapannya.

“Kau boleh tinggal di rumahku jika kau mau. Meskipun mungkin tidak pantas untukmu,”

>>>

Taeyeon, Sooyeon, dan Seohyun sudah cukup lama tinggal di rumah ketiga pria terdekat mereka. Meskipun awalnya tidak menerima, tapi akhirnya mereka mulai menerima untuk tinggal di rumah yang kecil. Mereka juga sadar kalau mereka bukan orang kaya lagi. Jadi, mereka harus bisa menerima keadaan.

Namun, sesuatu yang aneh muncul di hati mereka. Mungkin tidak aneh untuk Seohyun, tapi aneh untuk Taeyeon dan Sooyeon. Taeyeon jatuh cinta kepada Baekhyun, dan Sooyeon jatuh cinta kepada Kris. Tapi, mereka malu mengatakannya karena pasti Baekhyun atau Kris tak mau menerima mereka yang sudah bukan siapa-siapa lagi.

“Aku ingin jujur padamu, Baekhyun-ssi,”

“Ada apa, Taeyeonnie?,” tanya Baekhyun.

“Mungkin aku sedikit kurang ajar dan tak tahu diri, tapi aku rasa aku sudah jatuh cinta kepadamu,” ucap Taeyeon blak-blakan.

“Eh?,” Baekhyun masih mencerna perkataan Taeyeon.

“Aku memang bukan orang kaya lagi—,”

“Kaya atau tidak, itu tidak masalah bagiku,” Taeyeon menatap Baekhyun tak percaya, “Karena kau tetaplah Taeyeonnie-ku!,” tambah Baekhyun.

Taeyeon tersenyum lalu memeluk Baekhyun erat,

>>>

“Apa kau menyukai Yoona?,”

Luhan menoleh, “Kenapa bertanya seperti itu?,” tanyanya.

“Hanya bertanya,” jawab Seohyun.

“Dia hanya sekedar sahabat. Aku sedang menyukai orang lain,”

“S-Siapa?,” tanya Seohyun penasaran.

“Jung Seohyun,” jawab Luhan sambil tersenyum.

Seohyun kaget bercampur senang. Tapi, ia masih tak percaya. “Bagaimana mungkin kau menyukaiku yang miskin—,”

“Aku tidak pernah memandangmu miskin atau tidak. Aku jatuh cinta padamu bukan pada kekayaanmu,” ucap Luhan.

“Kau serius?,” tanya Seohyun.

Luhan mengangguk lalu mengecup dahi Seohyun, “Dan aku tahu, kalau kau juga menyukaiku,” ucapnya.

Wajah Seohyun memerah saat mendengar Luhan berkata seperti itu.

>>>

Kris sedang duduk di tepi sungai. Sooyeon menghampirinya dan duduk disampingnya.

“Selamat pagi, Sooyeon-ah!,”

Sooyeon tersenyum tipis sebagai balasannya, “Ngg—boleh aku bertanya?,”

“Apapun itu, aku akan menjawab,” jawab Kris.

“Kenapa kau membohongiku dengan berkata kau itu kaya raya?,” tanya Sooyeon.

“Karena ku pikir kau akan menyukai pria kaya jika aku mengaku kaya. Terdengar aneh, bukan? Tapi, setelah kau mengomeliku saat itu, aku sadar. Kau lebih memilih menikah dengan pria miskin. Aku pun memutuskan untuk jujur padamu,” jawab Kris.

“Dan mengapa kau tidak hadir selama sebulan?,” tanya Sooyeon.

“Aku sedang mengunjungi keluargaku di China. Kebetulan, aku baru gajian dari kerja sampingan. Jadi, uangnya aku gunakan untuk mengunjungi keluargaku di China,” jawab Kris.

“Hebat! Kerja sampingan!,” kagum Sooyeon.

“Aku akan mengajakmu melakukannya jika kau mau,” ucap Kris.

“Tentu saja aku mau,”

“Apa kau yakin? Bukankah tidak pantas kalau seorang puteri—,”

“Aku bukan lagi orang kaya, sama sepertimu. Kita sama. Dan aku mengaku, aku lebih menyukaimu seperti ini daripada yang dulu,” ucap Sooyeon.

“Apa? Kau menyukaiku?,”

Wajah Sooyeon memerah, “A-Aku—tidak—,”

“Aku juga menyukaimu, Jung Sooyeon. Sejak dulu,” ucap Kris lalu mencium pipi Sooyeon cepat.

“YA! KRIS!,”

Kris berlari jauh karena takut Sooyeon akan memukulnya. Sooyeon tersenyum lega. Akhirnya perasaannya tersampaikan. Dan yang paling penting, Kris maupun dirinya bisa saling menerima apa adanya.

    END

Review, come in!

(Request FF) – In The Fact


Title : In The Fact

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-M’s Kris as Kris Wu
  • EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :

  • f(x)’s Krystal as Jung Soojung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • f(x)’s Sulli as Choi Jinri
  • SHINee’s Minho as Choi Minho
  • TVXQ’s Yunho as Jung Yunho
  • etc

Genre : Angst, Romance, Married-life, Friendship

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari dua readerku (erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet). Sorry cuma summary kalian yang aku gabung dan ku jadikan satu FF. Soalnya summary kalian hampir mirip. Tokohnya juga sama. Jadi, aku jadiin satu deh. Gak papa, ya? Keke~!

***

 

Sooyeon terlihat gusar di kursi belajarnya. Wajahnya ia telungkupkan di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja belajarnya. Rambutnya yang rapi dan lurus pun menjadi berantakan. Tubuhnya bergetar pelan seiring dengan suara isak tangis yang keluar dari mulutnya.

KREKKK!!

Pintu kamar Sooyeon terbuka tidak lebar. Masuklah seorang perempuan berparas cantik ke dalam kamar tersebut. Ia berjalan menghampiri Sooyeon, namun memutuskan untuk duduk di tepi ranjang milik Sooyeon. Ia menatap Sooyeon dengan raut wajah yang sedih.

“Aku ingin sekali membantumu, eonni,”

“Aku tidak mengharapkan bantuanmu, Soojung-ah,”

Perempuan bernama Soojung itu menundukkan kepalanya. Di dalam hati, ia sibuk memaki dirinya sendiri yang tidak bisa membantu kakaknya.

“Aku memang adik yang tidak berguna, eonni,”

Sooyeon mengangkat kepalanya. Ia memutar kursinya hingga berhadapan dengan adiknya meskipun dihalangi oleh jarak setengah meter. Sooyeon berjalan menghampiri Soojung lalu memegang puncak kepala Soojung hingga Soojung mendongak.

“Kau selalu berguna untukku, Soojung-ah. Selalu dan selamanya. Kau selalu membantuku. Karena itu, aku sangat berterimakasih kepadamu,”

Soojung mengeluarkan air matanya, “Tapi, kali ini aku gagal, eonni. Aku gagal membantumu. Aku gagal mempertahankan kebahagiaanmu. Maafkan aku, eonni. Andai saja perjodohan ini bisa ku ambil alih, aku akan dengan senang hati mengambilnya demimu, eonni,”

“Sshhh!,” Sooyeon memeluk Soojung dengan erat, “Aku tak mungkin membiarkan adikku menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai,” ucapnya.

“Dan aku tak mungkin membiarkanmu menikah dengan lelaki yang tidak kau cintai, eonni,” ucap Soojung diikuti isak tangisnya.

Lagi, Sooyeon mengeluarkan air matanya. Namun, ia berusaha untuk berhenti menangis.

“Eonni, maafkan aku karena telah gagal,”

“Ini bukan salahmu, Soojung-ah. Tenang saja. Aku akan menerima keputusan apapun itu. Ini demi menjaga nama baik keluarga kita,”

Sooyeon melepaskan pelukannya kepada Soojung. Ia meraih ponsel miliknya dan mulai mengetik pesan kepada seseorang.

“Eonni, bagaimana kau menjelaskannya kepada Joonmyun oppa?,” tanya Soojung.

“Besok aku akan menjelaskan semuanya,” jawab Sooyeon.

Soojung tersentak, “Tapi, eonni, besok kan—,”

Sooyeon tersenyum pahit, “Tidak apa-apa, Soojung-ah. Aku sudah siap menjadi perempuan yang paling dibenci Joonmyun di dunia ini,” potongnya.

Soojung menatap kakaknya sedih, “Eonni..,”

***

 

Joonmyun telah tiba di puncak menara Namsan. Ia mencari seorang perempuan yang berjanji untuk menemuinya di tempat ini.

“Dimana Sooyeon, ya?,”

“Mencariku, Kim Joonmyun?,”

Joonmyun tersentak. Perlahan tapi pasti, ia menoleh ke belakang. Di belakangnya sudah ada perempuan berparas cantik yang sedang membawa kue yang dihiasi lilin-lilin kecil.

“Happy third anniversary!,”

Joonmyun memasang senyuman terbaiknya. Ia berjalan menghampiri perempuan itu dan mengusap kepala perempuan itu dengan lembut.

“Ternyata kau mengingatnya juga, Sooyeon-ah,” ucap Joonmyun.

“Jangan samakan aku dengan nenek tua yang pikun, Kim Joonmyun!,” seru Sooyeon dengan mimik wajah yang kesal.

“Aigoo! Maafkan aku, ya? Aku hanya bercanda,”

Sooyeon tersenyum lebar, “Ayo tiup lilin bersama!,” ajaknya.

Joonmyun mengangguk setuju. Mereka berdua pun memejamkan mata dan berdoa di dalam hati. Setelah itu, mereka meniup lilin bersama dan berakhir dengan kembang api yang menyala di langit malam.

“Kembang api?,” pekik Sooyeon.

“Untukmu,” ucap Joonmyun.

Sooyeon tersenyum senang. Ia terus memandangi kembang api dengan kagum. Sedangkan Joonmyun merogoh sebuah kotak cincin dari sakunya.

“Dan aku punya satu lagi hadiah,” ucap Joonmyun.

Sooyeon menoleh, “Apa itu?,” tanyanya.

Joonmyun membuka kotak cincin itu dan memperlihatkannya kepada Sooyeon, “Maukah kau menikah denganku?,”

Sooyeon tersentak. Tubuhnya pun menegang. Sooyeon menggigit bibirnya sambil memikirkan sesuatu hal.

“Soal cincin ini, ini bukan cincin berlian. Hanya sebuah cincin emas yang tidak mahal. Maafkan aku. Aku tidak punya banyak uang untuk membeli cincin berlian,” tambah Joonmyun.

Sooyeon menelan salivanya kasar, “A-Aku tidak bisa menerimanya!,” jawabnya.

Joonmyun kaget mendengarnya. Ia mengusap tengkuknya pelan, “A-Aku akan menabung untuk membeli cincin berlian,”

“Bukan begitu!,”

Joonmyun mengernyit bingung, “Jadi, maksudmu apa?,” tanyanya.

Sooyeon menarik napas dalam, “Aku tidak bisa menikah denganmu, Joonmyun-ah!,” jawabnya.

Joonmyun bagaikan sedang disambar petir yang dahsyat sekarang. Ia sangat syok mendengar jawaban dari kekasihnya selama tiga tahun itu. Selama menjalin hubungan, mereka tidak pernah bertengkar, tidak pernah memiliki masalah kecuali karena orangtua Sooyeon yang tidak menyetujui hubungan mereka.

“Apakah orangtuamu—,”

“Mereka menjodohkanku dengan lelaki lain,” jawab Sooyeon.

“Dan kau menyetujuinya?,” tanya Joonmyun tak percaya.

“Aku tak bisa berbuat apa-apa, Joonmyun-ah!,”

Joonmyun menjadi marah besar. Biasanya, Sooyeon tak mempedulikan apa yang dikatakan orangtuanya. Bahkan Joonmyun dan Sooyeon sudah berencana untuk menikah lari setahun yang lalu.

“Kau seperti bukan Sooyeon yang ku kenal. Dimana kau menyimpan janji-janji kita? Apa kau telah membuangnya jauh-jauh?,” tanya Joonmyun berapi-api.

“Kau tidak mengerti, Joonmyun-ah. Jika aku menolak, hubungan Soojung dan Minho akan berakhir!,”

“Kau menyetujuinya bahkan demi hubungan orang lain!,”

“Mereka bukan orang lain. Mereka adalah adik dan calon adik iparku. Soojung telah berbuat banyak untukku. Aku tidak ingin mengecewakannya,” ucap Sooyeon.

Joonmyun menendang kaleng yang berada di lantai hingga terlempar jatuh ke tanah di kaki menara Namsan. Wajahnya memerah seperti saus tomat. Sooyeon sebenarnya ketakutan namun ia berusaha menyembunyikan ketakutan tersebut. Bahkan Sooyeon tengah membendung air matanya.

“Aku kecewa kepadamu, Sooyeon-ah. Aku harap kau menyesal telah melakukan ini!,” ucap Joonmyun lalu pergi meninggalkan Sooyeon seorang diri di puncak menara Namsan.

Sooyeon hanya mematung ditempat. Air matanya mulai berjatuhan. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Tapi, Sooyeon tetap tidak beranjak dari sana.

“KAU BENAR, KIM JOONMYUN! AKU MENYESAL! AKU SANGAT MENYESAL! TAPI, APA YANG BISA KU LAKUKAN? AKU TIDAK BISA BERBUAT APA-APA SELAIN MENYETUJUINYA!,” teriak Sooyeon ditengah hujan.

Sooyeon terjatuh ke lantai sambil terus menangis. Namun, sekuat apapun ia menangis, tetap saja keadaan tidak akan berubah.

***

 

Hari pernikahan telah tiba. Jung Sooyeon, puteri sulung dari keluarga Jung—salah satu konglomerat di Korea Selatan—sedang mengucapkan janji-janji pernikahan dengan lelaki berdarah China-Kanada. Mereka berada di sebuah gereja terbesar di Seoul bersama para keluarga dan tamu undangan.

“Pernikahan kalian telah sah. Tuan Kris Wu, silakan mencium pengantin wanita anda!,” ucap seorang pendeta.

Kris berhadapan dengan Sooyeon yang berbalut gaun pengantin yang sangat indah. Wajah Sooyeon terlihat bak dewi kayangan. Kris memegang bahu Sooyeon dan mendekatkan wajahnya. Para keluarga dan tamu undangan pun bertepuk tangan.

“Tak ku sangka, Sooyeon noona menikah dengan lelaki lain. Ku pikir, Sooyeon noona akan menikahi pedagang roti itu,” ucap Jongin.

“Meskipun begitu, Sooyeon eonni tetap mencintai Joonmyun oppa,” ucap Soojung.

Jongin menghela napas kasar, “Kisah cinta yang menyedihkan. Aku turut berduka cita saja deh,”

Soojung menjitak kepala Jongin, “Bisakah kau tutup mulutmu yang sembarangan itu? Kau memperburuk keadaan saja,” omelnya.

“Apa sih? Aku kan hanya mengatakan apa yang ingin ku katakan,”

“Soojung, Jongin, tutup mulut kalian!,” perintah Jung Yunho—ayah dari Sooyeon dan Soojung.

“Baik, appa,”

“Baik, samchon,”

***

 

Sooyeon dan Kris telah tiba di rumah yang diberikan orangtua Kris kepada mereka. Sooyeon berdecak kagum melihat rumah barunya. Benar-benar mewah dan dekorasinya sangat western, batinnya.

“Hei,” panggil Kris.

Sooyeon menoleh, “Ya?,”

“Kamarmu disana dan kamarku disitu. Mengerti?,”

Sooyeon menelan salivanya kasar, “Aku mengerti,” jawabnya.

Kris membawa koper-kopernya ke dalam kamarnya. Sooyeon menghela napas berat. Ternyata bukan hanya Sooyeon saja yang tidak menyetujui pernikahan ini. Kris juga merasakan hal yang sama. Tapi, bedanya, Kris mengaku masih menjalin hubungan dengan kekasihnya dan mengancam Sooyeon untuk tidak mengadukannya. Dan saat di altar, Sooyeon dan Kris hanya berpura-pura ciuman.

Sooyeon membawa koper-kopernya masuk ke dalam kamarnya. Setelah Sooyeon masuk ke kamarnya, ia melongo. Desain kamarnya sangatlah indah. Langit-langit kamarnya adalah langit malam bertaburan bintang-bintang.

“Tidak buruk,” komentar Sooyeon sambil tersenyum.

***

 

Kris keluar dengan pakaian seperti ingin pergi jalan-jalan. Ia memasuki ruang makan yang sudah dipenuhi makanan di atas meja makan. Kris melihat Sooyeon tengah mengaduk sup di dalam mangkuk.

“Selamat pagi, Kris!,” sapa Sooyeon ramah.

“Hm,” balas Kris lalu segera berbalik.

“Mau kemana? Tidak sarapan dulu?,” tanya Sooyeon.

“Aku tidak lapar. Dan mau kemana aku, itu bukan urusanmu,” jawab Kris dengan nada yang dingin lalu segera pergi.

Sooyeon menghela napas berat. Ia pun memutuskan untuk sarapan sendirian.

***

 

Satu bulan telah berlalu. Namun, perubahan positif tidak Sooyeon dapatkan. Kris selalu bersikap dingin terhadapnya. Kris selalu pergi di pagi hari, dan pulang di malam hari. Bahkan, Kris pernah membawa kekasihnya ke rumah mereka. Dan entah kenapa, Sooyeon merasa nyeri di dadanya saat melihat Kris dan kekasihnya berciuman di kamar Kris yang pintunya tengah terbuka lebar.

Sooyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku jatuh cinta kepada Kris. Aku hanya mencintai Joonmyun, batinnya. Namun, seperti kata pepatah, karma itu selalu berlaku dan akan datang cepat atau lambat. Akhirnya Sooyeon mengerti. Ia mendapatkan karma karena telah meninggalkan Joonmyun dan menikah dengan lelaki lain.

“Tapi, bagaimana bisa aku mencintai Kris? Bahkan Kris tidak pernah bersikap manis di depanku,” gumam Sooyeon.

Sooyeon akui, ia selalu terpesona dengan wajah tampan milik lelaki berdarah campuran itu. Setiap Kris pulang malam dan tertidur dengan posisi yang sembarangan, Sooyeon selalu merapikan sepatu, jaket, dan tas milik Kris. Sooyeon selalu menyelimuti Kris. Dan Sooyeon pun tak sadar bahwa ia telah masuk ke tempat yang seharusnya tidak ia masuki, yaitu kamar milik Kris sendiri.

Tinggal bersama lelaki yang statusnya adalah suaminya selama satu bulan tak menutup kemungkinan untuk Sooyeon yang akan merasakan jatuh cinta lagi. Apalagi faktor pendukungnya adalah wajah tampan yang diinginkan oleh sejuta perempuan yang dimiliki oleh Kris. Terkadang Sooyeon bersyukur, dan terkadang Sooyeon menyesal.

Entahlah. Rasanya, sia-sia saja berharap Kris akan membalas cinta Sooyeon. Kris tidak pernah memandang Sooyeon lebih dari dua detik. Kris tidak pernah mengeluarkan kata-kata lembut kepada Sooyeon. Kris tidak pernah memperlakukan Sooyeon dengan mesra seperti Kris memperlakukan kekasihnya. Bahkan, Sooyeon ingin sekali merebut posisi kekasih Kris itu.

“Ada apa, Jinri-ya?,”

Sooyeon menoleh ke belakang. Dilihatnya, Kris sedang menelpon seseorang.

“Jinri..,” gumam Sooyeon pelan. Sooyeon tahu nama itu. Nama kekasih Kris yang selalu Kris agung-agungkan. Nama yang dimiliki seorang perempuan yang selalu membuat Sooyeon iri. Nama yang Sooyeon benci.

“Ke rumahmu? Untuk apa?,”

Sial!, umpat Sooyeon dalam hati. Pasti setelah ini, Sooyeon akan ditinggal sendirian lagi.

Kris terkekeh, “Belum puas dengan yang kemarin, ya? Apa permainan kita yang kemarin belum cukup?,”

Mendengar itu, Sooyeon merinding dibuatnya. Sooyeon pun segera beranjak menuju kamarnya. Kris yang melihatnya, hanya diam tak mempedulikan hal tersebut. Ia meneruskan pembicaraannya dengan kekasihnya.

“Okay, sweetheart! Aku akan ke rumahmu sekarang. Siapkan caturnya dan aku akan membawakan pizza. Sampai jumpa di rumahmu, ya? Bye,”

***

 

Sooyeon tak menyangka ia akan mengeluarkan air mata untuk seorang lelaki yang tidak mencintainya sama sekali. Ternyata selama ini Kris sudah melakukan hal yang seharusnya Kris lakukan dengannya dengan Jinri. Sooyeon tahu, pernikahan yang ia jalani dengan Kris hanya pernikahan yang tidak disetujui oleh kedua pengantin itu. Tetapi, Kris dan Jinri tidak terikat hubungan pernikahan. Bagaimana bisa Kris melakukan hal itu?, pikirnya.

Ponsel Sooyeon berdering. Sooyeon mengusap air matanya dan segera mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menelponnya.

“Halo?,”

“SELAMAT MALAM, SOOYEON NOONA!!,”

Sooyeon mengusap telinga kanannya, “Astaga, Kim Jongin! Kau ini bodoh atau apa? Kau membuat telinga kananku sakit!,” omelnya kesal.

Terdengar cengiran dari seberang sana, “Maafkan aku, noona. Aku terlalu bersemangat,” ucapnya.

Sooyeon memutar bola matanya, “Apa maumu, eoh? Untuk apa kau menelponku?,”

“Ish, galak sekali. Nanti keriputmu makin banyak, lho,”

“KIM JONGIN!!!!,” teriak Sooyeon.

“Aigoo, noona, teriakanmu mengalahkan teriakan lumba-lumba,”

“Jangan meledekku!,” omel Sooyeon.

“Oke, oke. Langsung saja ke poinnya, oke?,”

“Memang itu yang ku inginkan,” ucap Sooyeon kesal.

“Aku baru saja tiba di rumah Yunho samchon. Kuliahku di Oxford sedang libur, jadi aku memutuskan untuk berlibur ke Seoul,”

“Oh,”

“Cuma begitu reaksinya?,” tanya Jongin tak terima.

“Memangnya apa lagi?,” tanya Sooyeon.

“Huh. Kau sama saja dengan Soojung. Kedatanganku tidak disambut dengan meriah,” gerutu Jongin.

“Memangnya kau ini selebriti papan atas?,”

“Sebentar lagi aku akan mengalahkan popularitas Robert Pattinson,”

“Jangan bermimpi,”

“Oke. Besok aku akan mengunjungi rumahmu dan suamimu,”

Sooyeon membelalakan matanya, “A-Apa? K-Kau ingin kemari? Yang benar saja,”

“Memang benar. Soojung tak bisa menemaniku karena nenek sihir itu sedang ada kencan dengan Minho. Jadi, aku akan pergi sendirian. Jangan lupa siapkan makanan yang banyak, ya?,”

“Tidak mau,”

“Oh,  ayolah, noona. Aku sudah lama tak menyicipi masakan buatanmu. Oh, aku tutup dulu telponnya, ya? Sepertinya Yuri immo sedang memanggilku untuk makan malam,”

“Iya,” jawab Sooyeon malas.

“Sampai jumpa!,”

Dan telpon pun ditutup.

Sooyeon merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Ia menghela napas berat.

“Bagaimana ini? Jika Jongin melihat kamarku yang berpisah dengan kamar Kris, si idiot itu pasti akan mengadukan hal ini kepada orangtuaku,”

***

 

Kris sedang ingin menghirup udara segar di luar. Ia melewati ruang tengah yang disana sedang ada Sooyeon yang sedang menonton televisi. Kris pun membuka pintu utama rumahnya, dan ia sangat kaget saat melihat seorang lelaki yang tidak ia kenal berada dihadapannya.

“S-Siapa kau?,” tanya Kris.

“Oh, jadi Sooyeon noona tidak pernah menceritakan tentangku kepadamu, ya?,” tanya lelaki itu.

Jangan-jangan lelaki ini kekasih Sooyeon, pikir Kris.

“Dimana Sooyeon noona?,” tanya lelaki itu.

“D-Di dalam. Sedang menonton televisi,” jawab Kris.

Lelaki itu pun langsung menyelonong masuk melewati Kris. Kris merasa sedikit kesal di dalam hatinya. Entah kesal karena lelaki itu tidak sopan atau kesal karena hal lain. Kris sendiri pun tak tahu.

Lelaki itu melihat Sooyeon sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Lelaki itu pun memeluk leher Sooyeon dari belakang. Kris tersentak kaget melihat hal itu.

“NOONA!!,”

“Astaga! Kim Jongin! Kau—,” kalimat Sooyeon terhenti saat melihat Kris yang memandang ke arahnya.

“Kau tidak menyiapkan apapun untukku?,” tanya Jongin.

Sooyeon beralih ke Jongin, “Menyiapkan apa?,” tanyanya berpura-pura lupa.

“Aigoo! Cepat memasak. Aku merindukan masakanmu yang sangat lezat itu, noona!,” seru Jongin.

“Aku—,”

“Cepat memasak!,” seru Jongin seraya mendorong Sooyeon menuju dapur.

Kris yang melihat itu merasakan nyeri di dadanya. Ia merasa iri dengan hubungan mereka yang terlihat sangat dekat. Tidak salah lagi, lelaki itu pasti kekasihnya, batinnya.

***

 

“Noona, masakanmu sangat enak!,” puji Jongin.

Sooyeon tersenyum mendengarnya. Setidaknya, kehadiran Jongin disini membawa keceriaan di rumah ini. Meskipun hanya sementara.

“Suamimu tidak ikut makan?,” tanya Jongin.

Sooyeon mendadak grogi, “Ah—Ngg—d-dia sudah makan tadi. Ya, dia sudah makan,” jawabnya berbohong.

Jongin mengangguk mengerti.

Di balik pintu ruang makan, Kris telah mendengar perkataan Sooyeon. Kris segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke kamarnya.

“Hubungan kalian selama ini, baik-baik saja, kan?,” tanya Jongin.

Sooyeon tersenyum kecut, “B-Begitulah,” jawabnya.

“Syukurlah,” ucap Jongin, “Sesuai dengan harapan Joonmyun,” tambahnya.

Sooyeon mengerjap kaget, “J-Joonmyun?,”

“Aku bertemu dengannya tadi malam saat Yuri immo menyuruhku untuk membeli roti. Dia menanyakan kabarmu dan hubunganmu dengan suamimu. Aku bilang aku tidak tahu karena aku belum menemuimu. Dia berharap kalian baik-baik saja dan dia juga berharap noona bahagia bersama suami noona,” ucap Jongin.

Sooyeon terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, senyuman manis terukir dibibirnya.

“Katakan kepadanya terima kasih dariku,” perintah Sooyeon.

“Enak saja. Katakan saja sendiri,”

“KIM JONGIN!!!,” teriak Sooyeon kesal.

Jongin tertawa, “Iya, iya. Aku hanya bercanda, noona. Kau ini galak sekali,”

***

 

Sooyeon menghela napas lega. Jongin telah pulang dan Jongin tak meminta masuk ke kamarnya. Rahasianya dan Kris aman.

Sooyeon berjalan memasuki ruang tengah. Disana sudah ada Kris yang menatapnya tajam. Sooyeon merinding ngeri melihatnya.

“K-Kris? A-Ada apa?,”

“Aku ingin bicara,” ucap Kris.

“O-Oke,”

“Jadi, selama ini, kau mengkhianatiku?,” tanya Kris.

“E-Eh? Apa maksudmu, Kris? Aku tidak mengerti,” ucap Sooyeon bingung.

“Kau dan lelaki yang tadi—berpacaran, bukan?,” tebak Kris.

Sooyeon terdiam sebentar. Beberapa detik kemudian, tawanya pun meledak. Kris menaikkan alisnya melihat hal itu.

“Apanya yang lucu?,” tanya Kris bingung.

“Aku dan Jongin berpacaran? Yang benar saja,”

“E-Eh?,”

Sooyeon menghentikan tawanya, “Kim Jongin adalah saudara sepupuku yang tinggal di London. Dia mengunjungiku karena kami sudah lama tak bertemu. Bahkan dia hadir di hari pernikahan kita,”

Wajah Kris memerah mendengarnya. Sooyeon kebingungan melihatnya. Wajah Kris memerah, berarti..

“Kau cemburu?,” tanya Sooyeon.

“T-Tidak! Untuk apa?,”

“Lalu, kenapa wajahmu memerah?,” tanya Sooyeon.

“I-Ini, panas. Ya, udaranya disini panas. Aku rasa, aku harus mandi sekarang,” jawab Kris lalu segera pergi ke kamarnya.

“Panas? Bukankah ruangan ini terpasang AC?,” gumam Sooyeon bingung.

***

 

Kris sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja di sebuah kafe. Ia tengah menunggu seseorang. Seiring berbunyi suara lonceng di pintu kafe tersebut, munculah seorang perempuan berambut pendek dan berparas manis.

“Oppa!,”

“Hai!,”

Perempuan itu menghampiri Kris dan duduk di seberangnya, “Maaf karena terlambat. Tugas kuliahku banyak sekali. Minho oppa juga memberikan sebagian tugas miliknya kepadaku dan pergi berkencan dengan Soojung,”

“Tidak apa-apa. Aku juga baru tiba kok,” jawab Kris.

“Jadi—bagaimana hubunganmu dengan Sooyeon eonni?,” tanya perempuan itu.

Wajah Kris memerah, “A-Aku hampir ketahuan cemburu,” jawabnya.

“Hah? Apa benar? Bukankah itu awal yang bagus?,” tanya perempuan itu senang.

“Awal yang bagus bagaimana? Kau lupa kalau Sooyeon tidak menyetujui pernikahan kami? Itu artinya, dia tak mencintaiku,” ucap Kris.

“Bukankah Sooyeon eonni selalu bersikap ramah dan lembut terhadapmu? Kau saja yang berakting dingin dihadapannya. Bahkan dia cemburu kan saat kau ingin ke rumahku untuk bermain catur saat itu?,”

“Kalau itu, aku tidak yakin dia cemburu atau tidak,” jawab Kris.

“Bagaimana dengan ciuman pura-pura kita? Aku melihat sendiri, oppa. Wajahnya seperti sedih dan marah,”

“Jinri-ya, aku rasa itu tidak mungkin,” ucap Kris.

Jadi, perempuan itu adalah Jinri—saudara sepupu Kris.

“Oppa, kau hanya tidak yakin. Kau harus segera mengungkapkan kebenarannya. Kau mencintainya. Apapun jawaban dari Sooyeon eonni, kau harus bisa menerimanya. Yang penting, kau sudah mengungkapkannya, oppa. Kalian sudah satu rumah selama satu setengah bulan. Itu waktu yang lama, oppa. Bahkan kalian belum membuat anak. Padahal uncle Kevin ingin sekali memiliki cucu,” ucap Jinri.

“A-Aku belum siap, Jinri-ya. Aku terlalu takut,” ucap Kris.

Jinri memegang kedua bahu Kris, “Oppa, kau harus bisa mengungkapkan yang sebenarnya. Percayalah kepadaku. Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

Di luar kafe yang berdinding kaca itu, dua perempuan telah melihat kejadian itu. Salah satu dari perempuan itu berlari dari tempat itu.

“Sooyeon eonni!,” panggil Soojung, namun tak dihiraukan kakaknya itu.

Soojung menatap perempuan yang sedang bersama dengan Kris. Matanya membulat sempurna.

“CHOI JINRI??!!,”

***

 

Kris telah memutuskan. Malam ini, ia harus mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Sooyeon. Meskipun, ketakutan masih menyelimuti pikiran Kris.

Kris sudah berada di depan kamar Sooyeon. Kris ingin mengetuk pintu tersebut, namun ia tahan. Ketika ia bersiap mengetuk, ia kembali menahannya. Dan ia lakukan hal itu terus menerus hingga pintu itu terbuka sendiri.

“E-Eh?,”

“Kris? Sejak kapan?,”

Kris menggaruk kepalanya, “Ngg—aku—,” ia menghentikan kalimatnya saat melihat mata Sooyeon yang merah dan basah, “K-Kau menangis?,” tanyanya.

Sooyeon menggeleng cepat, “A-Aku hanya kelilipan,” jawabnya.

“Oh,”

Sooyeon kembali teringat kejadian saat ia melihat Kris bersama Jinri, “Sudah selesai berkencan dengan kekasihmu, Kris?,”

Kris tersentak, “A-Apa? Kau melihat—,”

“Ya. Aku melihatnya. Maaf, aku tidak sengaja,” jawab Sooyeon.

“Hm, sebenarnya, ada yang ingin ku jelaskan kepadamu,” ucap Kris.

“Oh, ya? Apa itu?,” tanya Sooyeon penasaran. Oh, mungkin Kris ingin memintaku untuk bercerai dengannya, batinnya.

“Jinri bukan kekasihku,”

Sooyeon tersentak kaget dan syok, “A-Apa?,”

“Jinri adalah saudara sepupuku. Kami memang dekat. Dan yang kau lihat tadi, kami tidak sedang berkencan. Dan soal aku ingin ke rumahnya untuk melanjutkan permainan, itu bukan permainan seperti yang kau kira. Kami hanya melanjutkan permainan catur kami. Dan soal ciuman—,” Sooyeon menunggu Kris melanjutkan perkataannya, “—itu kami hanya berpura-pura. Sama seperti kita berpura-pura ciuman saat di altar,”

Sooyeon sangat syok mendengar hal ini. Ia masih tidak bisa mempercayai perkataan Kris. Ini terlalu sulit untuk dicerna.

“A-Aku tidak bisa mempercayaimu, Kris,”

“Memang. Tapi, inilah faktanya. Inilah kejadian yang sebenarnya. Semua yang ku lakukan selama ini hanyalah akting belaka,” ucap Kris.

“Tapi, untuk apa kau melakukan ini semua? Kau sangat dingin terhadapku,”

Kris menunduk, “K-Karena aku tahu, kau tidak mencintaiku,”

Sooyeon tersentak kaget.

“Dari awal, kau tidak menyetujui pernikahan ini. Jadi, ku anggap kau tidak mencintaiku. Jadi, aku bersikap seolah-olah aku sama denganmu. Padahal, faktanya, aku—aku—,”

“Ya?,”

Kris menarik napas dalam, “Aku sangat mencintaimu,”

Sooyeon terharu biru mendengarnya. Jadi, selama ini, Kris juga mencintainya. Cintanya terbalaskan. Sesuai dengan harapan mantan kekasihnya, Kim Joonmyun. Sooyeon akan bahagia setelah ini. Sooyeon yakin akan hal itu.

Tanpa aba-aba, Sooyeon memeluk Kris erat. Kris tentu saja terperangah. Ia teringat perkataan Jinri tadi sore.

“Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

“Aku juga, Kris. Selama ini, aku juga mencintaimu!,”

Air mata Kris tumpah saat itu juga. Perasaannya terbalaskan. Sesuai dengan harapannya selama ini. Gadis yang ia kagumi sejak ia berumur 10 tahun. Gadis yang ia jumpai saat ia sedang berlibur ke Korea Selatan untuk pertama kalinya.

“Jinri, what’s this place?,” tanya seorang anak laki-laki berdarah China-Kanada.

“This place has be named Han river, oppa.” jawab seorang anak perempuan berambut pendek. “Is beautiful place, isn’t?,”

Baru saja anak laki-laki itu ingin mengangguk, tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang anak perempuan yang sedang mengobrol bersama sepupu laki-lakinya dan seorang perempuan yang lain. Anak laki-laki itu langsung terpesona pada pandangan pertama dengan anak perempuan yang ia lihat itu.

“Yeah. She’s really really beautiful,”

Jinri mengernyit bingung, “She?,” Jinri pun mengikuti arah pandang sepupunya itu. Jinri tersenyum setelah mengetahui jawabannya.

“Her name is Jung Sooyeon. She’s older sister of Minho’s friend, Jung Soojung,” ucap Jinri.

“Beautiful names, beautiful faces. I think I’m fall in love in first time. With her,” gumam anak laki-laki itu sambil tersenyum manis.

Kris membalas pelukan Sooyeon. Tak kalah erat dari Sooyeon. Setelah beberapa detik kemudian, mereka mengakhiri pelukan itu dan saling berpandangan.

Dan untuk yang pertama kalinya, bibir mereka bersentuhan.

END

Selesai. Sorry buat erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet kalo ceritanya gak semuanya mirip dengan summary yang kalian buat. Aku bikin yang kayak begini karena mencampu

rkan summary kalian. Dan sorry kalo mengecewakan. Aku harap sih FF ini bisa kalian terima dan kalian suka ^^

Dan buat readers setiaku, jangan lupa reviewnya, yaks?

Your coment is my spirit \m/