Title : Still
Author : Xiao Li/ @dhynakim10
Main Cast :
- SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
- EXO-K’s Kai as Kim Jongin
- EXO-M’s Luhan as Xiao Luhan
Support Cast :
- SNSD’s YoonA as Im Yoona
- f(x)’s Victoria as Song Qian
- EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
- SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
- JYJ’s Jaejoong as Kim Jaejoong
- SNSD’s Tiffany as Jung Miyoung
- etc
Genre : Romance, Family, Angst, Friendship
Length : Series
>>>
Sooyeon mengerjapkan matanya, begitu juga dengan Jongin. Mereka sama-sama kaget dan tak percaya.
“Kalian saling mengenal?,” tanya Luhan.
Sooyeon mengangguk, begitu juga dengan Jongin.
Luhan tersenyum, “Baguslah. Itu artinya aku tak perlu memperkenalkan kalian berdua lagi,” serunya.
Jongin tertawa paksa, “Ah, iya,” ucapnya.
Jessica pun memamerkan senyuman paksanya. Bagaimana mungkin Jongin berada disini?, batinnya.
>>>
Luhan, Sooyeon dan Jongin beristirahat di sebuah bangku di taman. Disana banyak sekali orang-orang yang bersantai setelah joging.
“Jadi, kalian adalah rekan kerja, ya?,” tanya Luhan.
“Iya,” jawab Sooyeon dan Jongin bersamaan.
“Pasti enak sekali punya sekretaris cantik seperti Sooyeon. Benar, kan, Jongin-ssi?,” tanya Luhan.
Jongin tersenyum paksa, “Begitulah~” jawabnya.
Tiba-tiba, sebuah truk es krim muncul dan berhenti di ujung taman yang jaraknya lumayan dekat dengan mereka. Mata Sooyeon langsung berbinar saat melihat es krim.
“Akan ku belikan kau es krim, noona,” ucap Luhan—yang mengerti maksud dari tatapan Sooyeon.
“Ah? Terima kasih, Lu,” ucap Sooyeon—gembira.
“Bagaimana denganmu, Jongin-ssi?,” tanya Luhan.
Jongin mengibaskan tangannya, “Tidak, terima kasih,” jawabnya.
Luhan mengangguk mengerti. Ia pun segera pergi menghampiri truk es krim tersebut.
Dan kini, hanya ada Sooyeon dan Jongin yang duduk di bangku tersebut. Suasana berubah menjadi canggung.
“Ngg—bagaimana kabarmu?,” tanya Jongin—mencoba membuka pembicaraan.
“Disini aku baik, sangat baik,” jawab Sooyeon.
Jongin hanya ber-oh pelan. Sepertinya Sooyeon sangat betah disini, batinnya.
“Baru dua hari berpisah, sudah bertemu lagi.” gumam Sooyeon.
Jongin menoleh ke arah Sooyeon. Ia mulai tersenyum jahil, “Tapi, kau senang, kan?” goda Jongin.
Sooyeon menoleh cepat ke arah Jongin. Ia menatap Jongin tajam. Sedangkan Jongin membalasnya dengan tatapan hangat, dan itu berhasil membuat Sooyeon luluh.
“Tentu saja aku senang. Tapi, kau tenang saja, Jongin-ssi. Aku sudah mengurus perceraian—”
“Tidak!,” potong Jongin cepat—membuat Sooyeon kaget mendengarnya.
“Aku tidak akan pernah bercerai denganmu, Sooyeon-ah. Tidak akan pernah!,” ucap Jongin.
Sooyeon menatap Jongin dengan tatapan sulit di artikan. Bingung, takut, cemas, tak percaya, senang, sedih, itulah yang saat ini ada di pikirannya.
“Es krim sudah datang!,” seru Luhan—seraya membawa dua cup es krim.
“Wah~” seru Sooyeon—seraya meraih satu es krim yang ada di tangan Luhan. “Terima kasih, Lu. Kau yang terbaik,”
Luhan tersipu mendengarnya. Ia tak dapat menutupi senyumannya. Sedangkan Jongin harus menahan rasa cemburu yang membakar hatinya.
Sakit, kenapa rasanya sakit sekali?, batinnya.
>>>
“Ku mohon, Seohyun-ah. Dengarkan penjelasanku dulu,” pinta Sehun—melalui ponselnya—pada Seohyun, kekasihnya.
Sambungan telepon tiba-tiba terputus. Sehun mengacak-acak rambutnya prustasi.
“Dia marah?,” tanya Jongin.
“Sangat. Dan kau harus bertanggung jawab,” jawab Sehun—kesal.
“Saat kita kembali ke Seoul, aku berjanji akan mendamaikan kalian berdua,” ucap Jongin.
Tiba-tiba ponsel Jongin berdering. Ia menatap layar ponselnya. Jongin mendadak takut dan cemas. Sehun dapat melihat hal itu dari wajahnya.
“Apakah itu Ayahmu?,” tanya Sehun.
Jongin mengangguk lemah. Ia segera mengangkat teleponnya sebelum Ayahnya semakin marah.
“Ada apa, appa?,” tanya Jongin.
“Kau dimana?,”
“Ngg—aku—”
“Saat ini aku berada di kantormu. Aku menanyakan pada semua karyawan. Tapi, mereka tidak tahu. Rumahmu juga terkunci tak ada penghuni kata Miyoung. Lantas, dimana kau dan Sooyeon?,”
Jongin menelan salivanya kasar, “Aku dan Sooyeon berada di Beijing. Maaf kami lupa memberitahumu, appa. Kami lupa,” ucapnya.
“Astaga! Harusnya kau memberitahuku terlebih dahulu,”
“Maafkan aku, appa,” ucap Jongin.
“Ya sudah. Tidak apa. Bersenang-senanglah di Beijing. Aku tahu kalian lelah bekerja. Jadi kalian memang butuh penyegaran,”
“Kau adalah Ayah yang pengertian, appa,” ucap Jongin—senang.
“Tentu saja. Aku tutup dulu, ya?,”
“Baiklah,” jawab Jongin—lalu mengakhiri teleponnya.
Jongin bersandar dan menghela napas lega. Untunglah ia berhasil membuat Ayahnya tak marah dan tak curiga.
“Kali ini kau selamat, Jongin-ah,” ucap Sehun.
Jongin hanya tersenyum mendengarnya.
>>>
“Ya sudah. Tidak apa. Bersenang-senanglah di Beijing. Aku tahu kalian lelah bekerja. Jadi kalian memang butuh penyegaran,”
Yoona menangkap kalimat dari mantan direktur perusahaan terbesar di Korea Selatan yaitu Kim Jaejoong yang membuat jantungnya tak berhenti berdetak cepat. Saat ini, Yoona sedang menemani Yuri bekerja. Lumayan daripada ia menganggur di rumah.
“Jongin oppa di Beijing?,” gumam Yoona, “Apakah dia bersama Sooyeon eonni?,” pikirnya.
Yuri menatap Yoona tajam. Pasti Yoona merencanakan hal yang aneh lagi, batinnya.
>>>
Sooyeon sedang berbaring seraya menatap langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan perkataan Jongin tadi pagi di taman.
“Aku tidak akan pernah bercerai denganmu, Sooyeon-ah. Tidak akan pernah!,”
“ARGH!!,” teriak Sooyeon—prustasi. Ia mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.
“Ku dengar, Jongin tinggal di rumah Luhan, ya?,” tanya Qian—yang tiba-tiba muncul di balik pintu kamar Sooyeon.
Sooyeon menghela napas berat, “Ya, begitulah,” jawabnya.
“Aku mengerti akan perasaanmu, Sooyeon-ah,” ucap Qian.
“Terima kasih sudah peduli, Qian,” balas Sooyeon.
“Jika kau masih mencintainya, kembalilah padanya. Ku pikir, Jongin juga masih mencintaimu. Jika tidak, untuk apa ia kemari?,”
Sooyeon terdiam. Perkataan Qian benar juga, batinnya.
“Apa aku memang harus kembali padanya, ya?,” tanya Sooyeon—ragu.
“Kau ragu?,” tanya Qian.
Sooyeon mengangguk, “Aku masih ragu dengan Jongin yang sekarang. Mengapa ia tiba-tiba mengejarku setelah menyakitiku?,”
“Karena ia menyesal,” jawab Qian.
“Kau benar. Tapi, hati kecil ku masih ragu,” ucap Sooyeon.
Qian menghela napas berat, “Kalau begitu, biarkan waktu terus berjalan. Kau lihat dulu perkembangannya sekaligus kau mantapkan isi hatimu,” sarannya.
Sooyeon tersenyum, “Kau adalah penyaran terbaik yang pernah ku temui, Qian,” ucapnya.
“Thats me!,” ucap Qian—percaya diri.
>>>
Yuri melemparkan tasnya ke atas ranjangnya. Hari yang melelahkan, batinnya. Bagaimana tidak lelah? Hari ini ia mendapatkan pekerjaan ekstra selama Sehun tidak ada. Tetapi, untungnya, gajinya menjadi bertambah.
“Tiba-tiba aku merindukan Sooyeon. Kira-kira, dia sedang apa, ya?,” gumam Yuri.
BUKK!!
Yuri tersentak saat mendengar suara keras dari kamar sebelah. Khawatir dengan apa yang terjadi, Yuri pun segera pergi ke kamar sebelah.
“Yoona-ah, kau mau kemana?” tanya Yuri—saat melihat Yoona mengemasi pakaiannya.
“Aku ingin menyusul Jongin oppa ke Beijing!” jawab Yoona.
Yuri membelalakan matanya. Ia tak percaya Yoona senekat ini. Yuri pun segera mengeluarkan pakaian Yoona dari koper.
“Apa yang kau lakukan, eonni?,” tanya Yoona—kesal.
“Kau tidak boleh pergi,” larang Yuri.
“Dan membiarkan Jongin oppa dan Sooyeon eonni tidak jadi bercerai? Tidak akan!,” seru Yoona.
“K-Kau tahu?,” tanya Yuri.
Yoona mengangguk, “Ya, aku sudah tahu semuanya,” jawabnya.
“Yoona-ah, ku mohon jangan rusak hubungan mereka,” pinta Yuri.
“Aku tidak mau, eonni!,” tolak Yoona, “Jongin oppa adalah cinta pertamaku, hidup dan matiku. Aku tidak mau kehilangan dia,” ucapnya.
“Yoona-ah, kau terlalu terobsesi pada Jongin,” ucap Yuri.
“Memang iya. Aku terobsesi dan tergila-gila pada Jongin oppa,” jawab Yoona—seraya kembali mengemasi baju-bajunya.
Yuri mengacak rambutnya prustasi. Saat ini, ia sedang memikirkan cara untuk mencegah kepergian Yoona.
>>>
Miyoung menekan bel di kediaman Kim Jaejoong. Pintu pun di buka oleh salah satu pelayan di rumah seperti Mansion tersebut.
“Sajangnim, silakan masuk!,”
Miyoung mengangguk seraya masuk ke dalam rumah milik Jaejoong. Ia mendapati Jaejoong sedang menonton TV di ruang tengah.
“Miyoung-ah? Silakan duduk,” ucap Jaejoong.
“Terima kasih,” ucap Miyoung—seraya duduk di sofa nan empuk, “Dimana anakku, tuan Kim?” tanya Miyoung.
“Jongin menghubungiku kemarin. Dia berkata dia dan Sooyeon sedang berlibur ke Beijing.” jawab Jaejoong.
Miyoung hanya ber-oh pelan. Syukurlah jika Sooyeon baik-baik saja, batinnya.
>>>
Sooyeon dan Luhan sedang makan siang di halaman Luhan. Sebenarnya berempat bersama Jongin dan Sehun. Tapi, keduanya begitu pasif sehingga rasanya hanya ada Sooyeon dan Luhan saja.
“Kenapa kalian berdua diam?,” tanya Luhan.
“Aku hanya mengikuti tradisi eomma,” jawab Sehun.
Luhan terkekeh mendengarnya, “Bagaimana denganmu, Jongin-ssi?,” tanyanya.
“Aku hanya sedang ingin menikmati masakanmu saja,” jawab Jongin—asal. Padahal sedari tadi ia sibuk memandangi Sooyeon. Maka dari itu Sooyeon merasa gelisah.
Selesai makan, Sooyeon meminta ijin untuk ke rumah Qian sebentar. Namun tampaknya Jongin mengikutinya hingga Sooyeon menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang rumah Luhan.
“Berhenti mengikutiku, Jongin-ssi,” pinta Sooyeon.
“Aku hanya ingin kau menjawab pernyataanku kemarin,” ucap Jongin.
Sooyeon menelan salivanya kasar. Ia belum siap untuk menjawab. Bukankah ia berencana untuk melihat dulu dalam waktu yang lama setelah itu mengevaluasinya?
“J-Jongin—”
“Hanya jawab saja. Dan katakan—kau ingin kembali lagi padaku,” pinta Jongin.
“Lebih baik kau pulang, Kim Jongin!” usir Sooyeon.
Jongin mengernyit heran, “Aku berada di depan rumah tempat aku tinggal sementara,” jawabnya.
“Maksudku pulang ke Seoul,” ucap Sooyeon.
“Aku kesini untuk membawamu kembali.” ucap Jongin.
“Jangan terlalu berharap, Jongin-ssi. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!” ucap Sooyeon.
DEG!
Perkataan Sooyeon bagaikan sengatan listrik baginya. Wajah Jongin tak bisa di artikan. Tampak seperti syok berat pada umumnya.
“J-Jongin~” gumam Sooyeon—takut.
“Ku pegang kata-katamu, eonni,”
Sooyeon dan Jongin menoleh ke sumber suara. Dan yang benar saja, pemilik suara itu tak lain adalah Yoona.
“Yoona-ah?,” gumam Jongin—kaget.
Yoona segera merangkul lengan Jongin, “Dia sudah tak mencintaimu lagi, oppa. Percuma mengharapkannya. Yang ada, kau hanya menerima luka,” ucapnya.
“A-Aku hanya—”
“Oppa, ayo kemasi barang-barangmu dan kita pulang,” seru Yoona.
“J-Jongin, tapi—”
Yoona membawa Jongin berjalan masuk ke rumah Luhan. Jongin tampak seperti boneka yang dengan lemah di perintahkan oleh majikannya. Ia menurut apa yang di katakan Yoona. Mungkin ini karena efek syok yang tadi Jongin rasakan.
Mata yang awalnya berkaca-kaca, kini sudah merembeskan kristal-kristal bening. Sooyeon tak bisa mengeluarkan satu kata pun. Berteriak pun tidak bisa. Rasanya ia kehilangan oksigen.
Awalnya hanya ingin mencoba apakah Jongin langsung menyerah begitu saja, ternyata mengefekkan suatu dampak yang besar. Memang, penyesalan selalu datang di akhir.
Hujan pun turun dengan derasnya. Namun, Sooyeon tetap mematung di tempat yang tadi. Hingga seseorang memayunginya di tengah hujan yang deras.
“Apa kau baik-baik saja, noona?,” tanya Luhan.
Namun yang di tanya lagi-lagi tak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Kini, Luhan merasa seperti orang yang aneh sedang berbicara dengan patung manequin yang sangat cantik.
To Be Contiuned
Chapter 2 selesai. Akhirnya! Lega, deh! Lanjutannya nyusul, ya? Gak tau sih kapan. Tapi di usahain deh!
Don’t forget about review, okay? ^^