(Request FF) – Love Rival


Title : Love Rival

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jessica Jung
o EXO’s LuHan as Xiao Luhan
o SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun
o SNSD’s YoonA as Im Yoona

Support Cast :
o EXO’s Kris as Kris Wu
o EXO’s Sehun as Oh Sehun
o EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol
o SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
o SNSD’s Sooyoung as Choi Sooyoung
o etc

Genre : School-life, Friendship, Romance

Length : Oneshot

A/N : Fic ini merupakan ‘Request FF’ dari Jessie. Hopefully you like this story! It’s for you and my lovely readers. Enjoy^^

    ***

Suatu hari, di sebuah sekolah seni terpopuler di Korea Selatan—School of Performing Art—, ada tiga murid perempuan yang sangat populer bahkan tidak hanya di sekolah itu saja, tetapi mereka juga terkenal di seluruh sekolah di Korea Selatan. Mereka bertiga adalah puteri dari tiga konglomerat besar di Korea Selatan. Kecantikan mereka juga membuat semua orang berdecak kagum dan para murid lelaki tiada henti mengejar mereka. Mereka bertiga adalah Jessica Jung, Im Yoona, dan Seo Joohyun.

“I-Itu Jessica, Yoona, dan Joohyun telah tiba!,” seru seorang murid lelaki.

Para murid lelaki yang tadinya berada di dalam sekolah pun segera berlari ke halaman sekolah untuk menyambut tiga murid pujaan mereka itu.

Seperti biasa, Jessica berjalan paling depan dengan kecantikan mematikannya. Meskipun Jessica hanya sibuk memainkan tabletnya dan mengenakan earphone di sepasang telinganya tanpa memandang para penggemarnya itu, Jessica sudah berhasil membuat jantung para penggemarnya berdebar-debar. Dibelakangnya, Yoona dan Joohyun berjalan mengekorinya. Seperti biasa, Yoona dengan kecantikannya yang menyegarkan memasang senyuman ramahnya kepada para murid lelaki itu, sedangkan Joohyun berjalan disamping Yoona dengan menunduk malu. Meski begitu, Joohyun tetap dipuja oleh para penggemarnya. Meskipun di antara mereka bertiga, Joohyun lah yang paling sedikit memiliki penggemar.

Jessica, Yoona, dan Joohyun berjalan menuju kelas mereka di ikuti para penggemar mereka. Hal itu membuat para murid perempuan sangat iri dan kesal.

“Ah, lihat. Tiga tuan puteri telah tiba,” ucap Yuri—salah satu dari murid perempuan yang membenci Jessica, Yoona, dan Joohyun—kesal.

Sooyoung—sahabat Yuri—menghela napas kasar, “Mengapa hanya mereka memiliki kecantikan dan kekayaan yang begitu besar? Dunia ini sungguh tidak adil,” ucapnya tak kalah kesal dan iri.

“JESSICA-YA~!!!!,” teriak seorang murid lelaki bertubuh tinggi yang baru saja keluar dari ruang kelasnya seraya menghampiri Jessica bersama kedua sahabatnya itu.

“My Channie!,” pekik Sooyoung kesal.

“Ya! Jangan menghalangi jalanku, Park Chanyeol!,” bentak Jessica seraya memasukkan tablet dan earphone miliknya ke dalam tas.

“Aku kan hanya ingin menyambut kedatangan tuan puteri ku yang cantik ini,” ucap Chanyeol.

Jessica memutar bola matanya, “Jika kau masih menghalangi jalanku, akan ku pastikan ini adalah pertemuan terakhir kita,”

Chanyeol tersentak kaget, “Apa? T-Tidak! Oke, aku akan pergi. Sampai jumpa, sayang!, ucapnya lalu segera pergi dari hadapan Jessica.

“Sayang, sayang. Seenak jidatnya saja memanggilku dengan panggilan seperti itu,” gerutu Jessica kesal, lalu kembali berjalan.

Yoona hanya terkekeh pelan lalu mengikuti Jessica bersama Joohyun.

>>>

Jessica dan Yoona duduk berdua, sedangkan di belakang mereka adalah tempat Joohyun. Joohyun duduk hanya sendiri saja karena Joohyun merupakan tipe gadis pendiam dan pemalu. Meski begitu, Joohyun merupakan murid terpintar di sekolahnya. Jessica dan Yoona selalu bergantung padanya jika mereka harus bertemu dengan pelajaran yang sulit.

Tepat di sebelah kanan tempat Jessica dan Yoona, ada dua murid lelaki terpopuler di sekolah seni tersebut. Mereka adalah Kris Wu dan Oh Sehun. Sebenarnya, Park Chanyeol juga murid lelaki terpopuler di sekolah tersebut dan dia adalah sahabat dari Kris Wu dan Oh Sehun. Hanya saja Chanyeol dan Kris sering bertengkar karena mereka sama-sama menyukai Jessica, sedangkan Sehun sangat menyukai Yoona. Oh ya, Park Chanyeol juga berada di kelas yang berbeda dengan mereka.

Sedari tadi dan seperti biasa, Kris dan Sehun sedang memandangi pujaan hati mereka—Jessica dan Yoona. Mungkin jika murid perempuan lain yang dipandang seperti itu akan bahagia. Tapi, tidak dengan Jessica dan Yoona. Terutama Yoona yang sangat dan selalu merasa risih jika dipandangi oleh Sehun.

“Sica-ah, aku sangat merasa tidak nyaman dengan posisiku sekarang. Bisa bertukar tempat?,” bisik Yoona.

Jessica meletakkan buku yang ia baca ke meja dengan sedikit keras, lalu menatap sahabatnya itu. “Ini sudah kesekian-kalinya kau berkata seperti itu, Yoona-ah. Kau tidak perlu mempedulikannya. Anggap saja dia itu adalah sebuah bongkahan es yang baru saja di buang ke jurang terdalam di seluruh dunia,” balasnya, lalu kembali membaca bukunya.

Yoona mendesis kesal, “Imajinasimu terlalu buruk, Jessica Jung,” cibirnya.

“S-Su-Sudahlah, Yoona-ssi, Jessica-ssi. Kalian jangan b-bertengkar,” ucap Joohyun yang berada di belakang mereka.

“Aku dan Jessica tidak sedang bertengkar, Seo Joohyun. Apa kau tak mengerti?,” tanya Yoona lembut seperti biasa. Yoona memang tidak pernah bersikap tidak ramah kepada semua orang kecuali kepada Jessica.

Joohyun menunduk, “M-Maafkan aku, Yoona-ssi,” ucapnya.

Yoona tersenyum manis, “Kau ini selalu saja meminta maaf. Padahal kau tidak salah apa-apa. Dan juga, kau selalu memanggilku dan Jessica dengan formal. Kita ini kan sahabat? Tidak perlu seformal itu,” ucapnya.

“M-Maaf. A-Aku merasa nyaman seperti itu,” ucap Joohyun.

Yoona menghela napas kecil, “Baiklah. Jika itu membuatmu nyaman, Joohyun-ah,” ucapnya.

Joohyun tersenyum lega. Yoona memang selalu mengerti akan dirinya. Tidak seperti Jessica yang selalu tidak peduli dengan keadaan. Meski begitu, Joohyun tetap sangat menyayangi Jessica. Karena keluarga Jessica lah yang membantu bisnis keluarganya tetap memuncak. Dan Jessica sendiri yang meminta kepada orangtuanya untuk membantu bisnis keluarga Joohyun.

“Oh! Yoona-ku sangat baik hati. Seperti malaikat!,” seru Sehun.

“Kau ini sepertinya telah tertular oleh Chanyeol, ya? Sikapmu sangat menjijikan sekali,” komentar Kris.

“Aku tidak akan bersikap seperti ini di depan Yoona. Aku tahu, aku harus tetap menjaga image-ku. Lagi pula, kau yang selalu bersikap sok keren tetap tidak di lirik oleh Jessica,” ucap Sehun.

Kris langsung memukul kepala Sehun, “Kau ini bicara apa? Itu artinya, Jessica adalah tipe gadis terhormat. Ia tidak mudah tergoda dengan berbagai macam lelaki, meskipun dengan lelaki tampan seperti aku sekalipun,” ucapnya.

Sehun mengusap kepalanya, “Iya. Iya. Gadis pujaanmu memang luar biasa. Aku saja merasa pesimis jika disuruh untuk mendapatkannya,” ucapnya.

“Tentu saja kau pesimis. Kau kan tidak tampan seperti aku,” ucap Kris percaya diri.

Sehun hanya diam dengan raut wajah kesalnya. Di dalam hati, ia sedang sibuk mengutuki sahabatnya itu.

Tiba-tiba, seorang guru masuk di ekori seorang murid lelaki asing di kelas itu. Meskipun asing, tetapi semua murid perempuan langsung berteriak histeris melihat wajah murid lelaki itu. Termasuk Jessica dan Yoona sekalipun. Tapi, tidak dengan Joohyun. Well, she’s shy girl, isn’t? Tapi, di dalam hati, Joohyun sangat mengagumi lelaki itu.

“Dia tampan,” gumam Joohyun pelan.

“Manisnya!,” seru Yoona.

“A-Aku tidak pernah melihat lelaki sesempurna dia,” ucap Jessica grogi.

Melihat dua murid perempuan terpopuler itu juga terpikat, semua murid laki-laki maupun perempuan di kelas tersebut menghela napas berat. Bagi para lelaki, mereka merasa semakin jauh untuk menggapai idola mereka. Sedangkan bagi para perempuan, mereka merasa sangat tersaingi oleh dua murid cantik itu.

“Bisa tenang sebentar? Jika tidak, kalian tidak akan mengetahui identitas murid baru kita ini,” ucap guru itu.

Semua murid pun tenang dalam sekejap. Meskipun ada sedikit terdengar helaan napas berat dari para lelaki.

“Selamat pagi, semuanya. Nama saya Xiao Luhan. Kalian boleh memanggil saya Luhan. Saya adalah murid pindahan dari China. Saya harap, kita bisa berteman baik. Terima kasih,” ucap murid lelaki itu memperkenalkan diri.

“Nah, Luhan-ssi, kau boleh duduk di kursi yang kosong,”

“Baiklah,”

“Yoona-ah, cepat kau pindah tempat ke belakang. Kau duduk dengan Joohyun saja,” perintah Jessica.

“Enak saja. Kau saja yang pindah. Jadi, Luhan bisa duduk disampingku,” balas Yoona.

“Apa? Beraninya kamu!,”

“Memangnya aku takut padamu?,”

Kedua sahabat itu pun bertengkar. Kris dan Sehun mencoba melerai. Murid-murid lainnya mulai mengadakan taruhan dan berteriak mendukung salah satunya. Sedangkan guru yang berada di depan hanya bisa geleng-geleng kepala.

Luhan melewati sekumpulan murid-murid yang asik menonton pertengkaran antara Jessica dan Yoona lalu duduk disamping Joohyun. Joohyun terperangah saat Luhan sudah duduk disampingnya.

“K-Kau duduk di-disini?,” tanya Joohyun gugup.

“Iya. Boleh, kan?,” balas Luhan dengan senyuman terbaiknya.

Wajah cantik Joohyun memerah seperti kepiting rebus. Hal itu membuat Luhan mengacak-acak rambut Joohyun dengan gemas. Joohyun pun merasa semakin panas dan salah tingkah.

“Kau itu manis sekali. Aku jadi tertarik,” ucap Luhan.

“Eh?,”

Joohyun menundukkan kepalanya. Jantungnya berdetak sangat cepat. Ia harap, Luhan tidak mendengar suara jantungnya tersebut.

>>>

Waktu istirahat telah tiba. Semua orang melakukan aktivitas mereka masing-masing. Jessica dan Yoona memilih makan di kantin, sedangkan Joohyun memisahkan diri dengan pergi ke perpustakaan.

“Uh, ini semua karena kau, Yoona-ah. Luhan jadi harus duduk dengan Joohyun. Padahal, aku tahu sekali kalau Luhan itu sangat menginginkan duduk disampingku. Dari awal dia masuk kelas, dia selalu memperhatikanku. Aku tahu dia sangat mengagumi kecantikanku,” ucap Jessica.

Yoona memutar bola matanya, “Luhan itu tidak sedang memandangmu. Matamu saja yang rabun. Jelas sekali kalau Luhan itu memandangiku dan terpesona oleh kecantikan alamiku, bukan dengan kecantikan make-up mu itu,” balasnya.

“APA? KECANTIKANKU INI ALAMI, NONA BERTUBUH KURUS!,” teriak Jessica kesal.

“KECANTIKANKU LEBIH ALAMI, NONA BERTUBUH PENDEK!,” teriak Yoona tak kalah kesal.

“Sudah, sudah! Jangan bertengkar demi memperebutkanku, Sica-ya, Yoona-ssi!,” ucap Chanyeol.

“SIAPA YANG MEMPEREBUTKANMU???!!,” teriak Jessica dan Yoona kepada Chanyeol hingga lelaki bertubuh tinggi itu harus terpental(?) ke lantai.

“Dasar, si bodoh itu,” cibir Kris.

“A-Aku tidak akan bersikap sepertinya lagi,” ucap Sehun takut.

Yuri tertawa senang melihat kejadian itu, “Ini kejadian langka. Dua sahabat bertengkar. Aku merasa berada di surga,” ucapnya.

Tapi, tidak dengan Sooyoung. Gadis itu sedang menggigit baju seragamnya dengan raut wajah sedih, “My Channie! Kasihan sekali dia harus menjadi korban angin puting beliungnya Jessica-ssi dan Yoona-ssi,” ucapnya.

Yuri menatap sahabatnya itu aneh, “Imajinasimu terlalu buruk, Sooyoung-ah,”

>>>

Joohyun sedang membaca buku sejarah di perpustakaan. Tiba-tiba, ia merasa seseorang duduk disampingnya. Dengan takut, Joohyun menoleh perlahan.

“Lu-Luhan-hmmm!,” hampir saja Joohyun berteriak keras jika Luhan tidak membungkam mulut gadis cantik itu. Bukan apa-apa, hanya saja Luhan tidak ingin mereka berdua dimarahi oleh penjaga perpustakaan lalu di usir.

Dengan perlahan, Luhan melepaskan dekapan tangannya di mulut Joohyun. Joohyun kini sangat malu karena bibirnya baru saja disentuh oleh telapak tangan yang lembut milik Luhan.

“M-Maaf,” ucap Luhan.

“T-Tidak. A-Aku yang seharusnya me-meminta ma-maaf,” ucap Joohyun.

Luhan tersenyum, dan bagi Joohyun itu adalah senyuman terindah yang pernah ia lihat. Luhan mengacak rambut Joohyun pelan, “Kau sangat menggemaskan. Berbeda dengan gadis yang lain. Aku jadi semakin tertarik,”

“Eh?,” dan wajah Joohyun kembali memerah.

“Nah, wajah memerahmu muncul lagi. Sepertinya wajahmu yang seperti ini akan menjadi wajah favoritku. Boleh ku foto?,”

Joohyun menggeleng cepat, “T-Tidak boleh. M-Maaf,”

Luhan tertawa pelan, “Aku hanya bercanda kok. Dan, jangan berkata maaf terus. Aku bosan mendengarnya,” ucapnya.

Joohyun menundukkan wajahnya. Ia sangat malu dengan lelaki di hadapannya itu. Seolah-olah, Luhan datang dan memberikan banyak harapan untuknya. Dan Joohyun tak ingin hanya sekedar harapan.

>>>

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Joohyun dan Luhan semakin dekat saja. Meskipun Joohyun memang selalu gugup jika berada di dekat Luhan. Sedangkan Jessica dan Yoona tidak berhenti bertengkar dan mencoba berbagai cara untuk mendekati Luhan. Tetapi, Luhan selalu menanggapinya dengan bercanda.

“Argh! Susah sekali mendapatkan Luhan. Aku tak percaya Luhan tak luluh padaku,” gerutu Jessica kesal.

“Aku juga tidak percaya. Padahal aku selalu bersikap ramah padanya. Biasanya, kan, setiap lelaki menyukai tipe gadis yang ramah,” ucap Yoona.

“Tidak semua lelaki menyukai tipe gadis ramah. Buktinya, penggemarku lebih banyak darimu. Padahal kan aku selalu bersikap dingin pada mereka,” ucap Jessica.

“Iya, iya. Terserah apa katamu saja. Aku lelah bertengkar denganmu setiap hari,” ucap Yoona.

Jessica menghela napas berat, “Aku juga. Tapi, menurutmu, apakah ada yang aneh dengan Joohyun?,”

“Kau juga berpendapat seperti itu?,” tanya Yoona.

Jessica mengangguk, “Dia menjadi sering memisahkan diri dengan kita. Padahal, ia tak pernah seperti itu sebelum Luhan datang,”

“Dan anehnya, di saat yang sama, Luhan juga tidak ada,” ucap Yoona.

Jessica menggigit bibirnya, “Jangan bilang kalau mereka..,”

Yoona menggeleng cepat, “Tidak! Tidak mungkin Joohyun mengkhianati kita,” ucapnya.

Jessica mendesis, “Mungkin saja, kurus. Kau saja mau mengkhianatiku demi mendapatkan Luhan, apalagi Joohyun,” ucapnya.

“Tapi, Joohyun bukan tipe yang seperti itu. Lagi pula, Joohyun tidak pernah tertarik pada lelaki,” ucap Yoona.

“Tentu saja kita tidak tahu. Joohyun itu kan jarang sekali mau bercerita kepada kita. Apalagi tentang perasaannya,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk pelan, “Benar juga, ya,” ucapnya setuju, “Jadi, kita harus bagaimana?,” tanyanya.

“Ya, bagaimana lagi? Tentu saja kita harus memastikan kebenarannya besok,” jawab Jessica.

>>>

Joohyun sedang membaca buku di kantin. Tetapi, ia tak bisa senyaman biasanya karena kedua sahabat yang ada dihadapannya itu sedang menatapinya dengan tatapan tajam mereka. Joohyun bergedik ngeri, apalagi ia baru pertama kali melihat Yoona bersikap seperti itu kepadanya.

“T-Teman-teman, a-ada apa?,” tanya Joohyun takut.

“Tell the truth,” Jessica mendekatkan wajahnya sedikit ke wajah Joohyun, “Are you like Luhan?,” tanyanya.

Seketika Joohyun membeku saat itu juga. Ia tak dapat mengeluarkan satu kata pun.

“Hm. Right. Seo Joohyun likes Luhan. See, Im Yoona? Dugaanku selalu benar,” ucap Jessica.

“A-Aku—,”

“Joohyun-ah, aku tidak percaya. Ternyata kau lebih jahat dari Jessica. Kau mengkhianatiku secara diam-diam. Ku pikir sainganku hanya Jessica, ternyata kau juga turut serta. Bahkan selama ini, kau lah yang paling dekat dengan Luhan,” ucap Yoona kecewa.

“Yoona-ssi, a-aku tidak—,”

“Tidak perlu mengelak, Seo Joohyun! Kalau kau menyukai Luhan, mengapa kau tak pernah mengatakannya kepada kami? Kalau kami mengetahuinya, kami kan bisa membantumu untuk mendapatkannya,” ucap Jessica.

“Eh?,” Joohyun mengerjap bingung.

Yoona dan Jessica saling memandang, dan seketika tertawa lepas.

“Astaga! Aktingmu benar-benar jelek, kurus,” ucap Jessica di sela tawanya.

“Kau pikir aktingmu bagus, pendek?,” balas Yoona di sela tawanya.

“K-Kalian—,”

“Jangan mengira kalau kami marah padamu, Joohyun-ah. Kami tahu kalau kau tak pernah merasakan cinta. Jadi, kami merasa senang sekali saat mengetahui Joohyun kami sudah jatuh cinta pada lelaki di sekolah ini,” ucap Yoona.

“Kalian tidak marah?,” tanya Joohyun takut.

“Sebenarnya kami marah karena kau tidak terang-terangan mengatakan hal ini kepada kami. Tapi, kami tahu kau sangat tertutup bahkan kepada sahabat-sahabatmu. Jadi, kami memakluminya,” jawab Jessica.

“Lagi pula, kami tidak mempermasalahkan siapa yang akan mendapatkan Luhan. Yang terpenting, kita tetap bersahabat. Lelaki di dunia ini kan banyak. Aku dan Jessica memiliki banyak penggemar. Jadi, tidak ada yang perlu di khawatirkan,” ucap Yoona.

Joohyun menunduk, “Tidak. Kalian salah,” ucapnya.

Jessica dan Yoona menatap Joohyun bingung, “Apa maksudmu?,” tanya mereka serempak.

“Sebenarnya..,”

“Joohyun-ah,” panggil Luhan.

Joohyun menoleh dengan malu-malu, “A-Ada apa, Luhan-ssi?,” tanyanya.

Luhan terlihat gelisah sendiri, “Aish. Aku harus jujur atau tidak, ya?,” gumamnya.

Joohyun mendengar jelas gumaman lelaki yang ia kagumi itu. Jantung Joohyun semakin berdebar kencang. ‘Jangan katakan kalau Luhan-ssi ingin menyatakan cinta kepadaku?’, batinnya.

“Joohyun-ah, kita sudah cukup akrab, kan?,” tanya Luhan.

“I-Iya,” jawab Joohyun gugup.

“Boleh aku jujur padamu?,” tanya Luhan.

‘Bagaimana ini? Aku belum siap menjadi kekasih Luhan-ssi. Aku juga belum siap menjadi love rival Jessica-ssi dan Yoona-ssi’, batin Joohyun bingung.

Luhan menghela napas berat, “Sebenarnya, sejak aku masuk sekolah ini, aku sudah jatuh cinta pada—,”

Joohyun menggigit bibirnya sambil memejamkan matanya. Kedua tangannya meremas-remas rok yang ia kenakan.

“—Jessica,”

Joohyun tersentak kaget. Ia menatap Luhan tak percaya, “A-Apa?,”

“Dia memiliki kecantikan yang luar biasa. Aku sampai tidak tahan untuk menatapnya. Padahal, aku ingin sekali duduk disampingnya. Tapi, ia duduk bersama orang lain dan hanya tempatmu yang tersisa. Tapi, di saat itu juga, aku merasa nyaman denganmu meskipun kau terlalu kaku. Ku pikir kita sangat cocok menjadi teman. Terlebih lagi, kau adalah sahabat Jessica. Jadi, menurutku, aku bisa mencari tahu banyak hal tentang Jessica darimu,” ucap Luhan panjang lebar.

Joohyun masih syok. Ternyata dugaannya selama ini salah. Luhan menyukai Jessica, bukan dirinya maupun Yoona.

Luhan menggenggam kedua tangan Joohyun, “Kau mau membantuku agar aku bisa berpacaran dengan Jessica, kan?,” tanyanya penuh harap.

Joohyun mengangguk cepat dengan perasaan tak rela. Tapi, apa boleh buat? Cintanya bertepuk sebelah tangan. Mau tidak mau, cepat atau lambat, Joohyun harus merelakan Luhan.

“Tidak bisa dipercaya,” ucap Jessica kaget.

“Kau tidak mengarang cerita, kan?,” tanya Yoona tak percaya.

“Aku berkata jujur,” jawab Joohyun sambil menunduk sedih.

Yoona menatap Jessica, “Jadi, apa kau akan menerima Luhan?,” tanyanya.

Jessica terdiam sejenak. Namun, beberapa detik kemudian, ia merangkul Yoona dengan erat. Hal itu membuat Yoona maupun Joohyun bingung.

“Dan membiarkan kedua sahabatku sedih? Never!,” jawab Jessica.

“A-Aku tidak sama sekali keberatan,” ucap Yoona.

“Well, menurutku, lebih baik kita bertiga melupakan lelaki itu. Perasaan merelakan itu sangatlah menyakitkan. Meskipun kita bisa tersenyum di depan, tetapi kita akan menangis di belakang. Dan itu bukanlah hal yang baik. Sungguh tega aku sebagai sahabat membiarkan sahabatnya menangis,” ucap Jessica.

“Sica-ah,” gumam Yoona terharu.

“Yang terpenting adalah kita tetap bersahabat dan selalu bersama. Meskipun awalnya kita adalah love rival, tetapi pada akhirnya tidak ada yang memenangkan pertarungan ini. Kita tetap bersahabat karena persahabatan itu susah dicari sedangkan cinta mudah untuk dicari,” ucap Jessica.

Yoona mengangguk, “Apalagi kita adalah gadis-gadis cantik dan berkualitas. Pasti kita akan mendapatkan cinta dengan mudah. Benar, kan, Joohyun-ah?,”

Joohyun tersenyum dan mengangguk.

Mereka bertiga pun berpelukan. Murid-murid di kantin yang memperhatikan mereka turut senang. Apalagi lelaki berwajah oriental—Xiao Luhan. ‘Syukurlah jika persahabatan kalian tetap terjalin erat. Meskipun aku harus berbohong dengan mengatakan kalau aku jatuh cinta pada Jessica. Padahal sebenarnya, aku menyukaimu, Seo Joohyun. Tapi, aku lebih menginginkan kalian tetap bersama karena tidak ada yang bisa menggantikan persahabatan’, batinnya sambil tersenyum.

    END

Review, please~!

(Request FF) – Amnesia


Title : Amnesia

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
o SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
o EXO’s Chen as Kim Jongdae
o SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon

Support Cast :
o Super Junior’s Siwon as Choi Siwon (Dr. Choi)
o f(x)’s Krystal as Jung Soojung
o SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
o SNSD’s Yoona as Im Yoona
o SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun (Seohyun)
o etc

Genre : Romance, Friendship, Angst

Length : Oneshot

A/N : Ini adalah ‘Request FF’ dari salah satu readers saya, Babosica_180489. Maaf sebelumnya kalau FF ini gak sesuai harapan, karena aku remake lagi summary buatan kamu. Menurutku, summary buatan kamu sama dengan FF ‘I Choose To Love You’. Jadi, aku remake. Mudah-mudahan kamu suka

    ***

Dua anak kecil—laki-laki dan perempuan—yang menginjak umur 10 tahun sedang duduk di padang rumput berwarna hijau sambil menikmati sunset yang begitu indah. Hening menyelimuti keduanya yang sedang sibuk memandangi saat-saat matahari tenggelam itu.

“Ah, indahnya,” gumam si anak perempuan.

“Kau selalu berkata begitu,” sahut si anak laki-laki.

“Kau bosan mendengarnya?,”

Anak laki-laki itu menggeleng, “Mana mungkin aku bosan mendengarnya. Justru aku merasa sedih karena kalimat itu akan menjadi kalimat terakhir yang ku dengar,” jawabnya.

“Jongdae-ah,”

Anak laki-laki itu menghela napas berat, “Kenapa kau harus pindah ke Scotland?,” tanyanya.

Anak perempuan itu menunduk, “A-Aku juga tidak tahu. Aku terpaksa,” jawabnya.

“Aku akan merindukan sahabat karibku yang sudah sejak lahir bersamaku,” ucap anak laki-laki itu.

“Aku juga,” sahut si anak perempuan.

Anak laki-laki itu berbalik menghadap anak perempuan yang duduk disampingnya. Sambil memegang tangan mungil anak perempuan itu, si anak laki-laki tersenyum lebar.

“Janji, ya? Jika kita bertemu saat dewasa nanti, kita akan menikah,”

Anak perempuan itu tersentak kaget. Namun, sedikit demi sedikit ia mulai tersenyum dengan pipi yang merona.

“Aku berjanji,”

Seorang gadis berusia 17 tahun tersenyum sambil memandangi figura kecil yang ia pegang. Didalamnya terdapat selembar foto berisikan dua orang anak kecil yang sedang berada di padang rumput. Disentuhnya wajah anak laki-laki dengan jari telunjuknya.

“Jongdae-ah, aku kembali. Apakah kau masih ingat dengan janji kita?,” gumamnya.

“Sooyeon-ah!,”

Gadis itu menoleh ke ambang pintu kamarnya. Seorang wanita setengah paruh lah yang memanggil namanya tadi.

“Ada apa, eomma?,” tanyanya.

“Sudah waktunya berangkat ke sekolah,”

>>>

Jung Sooyeon berjalan menelusuri koridor sekolah barunya. Semua mata tertuju padanya. Hal itu wajar terjadi karena Sooyeon adalah murid baru di sekolah itu. Lagi pula, Sooyeon memiliki paras wajah yang cantik.

“Hei, murid baru!,”

Sooyeon menoleh karena merasa dirinya-lah yang dipanggil. Sooyeon mendapati tiga murid perempuan yang berjalan ke arahnya dengan wajah yang cukup ganas.

“S-Siapa kalian?,” tanya Sooyeon sedikit takut.

“Kami? Tentu saja kami adalah YSY,” jawab salah satu dari tiga murid itu.

“Namaku adalah Yoona,”

“Aku adalah Seohyun,”

“Dan aku adalah ketua dari YSY, Yuri,”

“Ngg—s-salam kenal,” ucap Sooyeon.

“Karena kau adalah murid baru, kami ingin kau mengetahui peraturan yang kami buat,” ucap Yuri.

“P-Peraturan?,”

“Pertama, kau tidak boleh bersikap angkuh. Kedua, kau harus mematuhi perintah kami. Ketiga, jangan pernah pelit membagi jawaban. Keempat, jangan pernah merebut laki-laki yang kami sukai,” ucap Yoona.

“Dan yang terakhir, kau boleh bergabung menjadi anggota tim kami. Kebetulan kami sedang mencari murid cantik yang memiliki inisial S. Namamu Sooyeon, kan?,” tanya Seohyun.

“Benar,” jawab Sooyeon.

“Jadi, bagaimana?,” tanya Yuri.

Bergabung dengan mereka? Itu adalah mimpi buruk, batin Sooyeon.

“Jangan memaksa orang lain untuk bergabung dengan gang tidak jelas seperti kalian!,”

Keempat murid perempuan itu menoleh ke sumber suara. Suara itu berasal dari gadis sebaya mereka dengan ukuran tubuh yang mungil.

“Oh, Kim Taeyeon-ssi,” ucap Yuri kesal.

“Jangan mengacau. Pergi sana, pendek!,” bentak Yoona.

“Aku akan pergi dan membawa gadis ini menjauh dari jalan yang sesat,” ucap Taeyeon seraya menarik lengan Sooyeon.

“Kau mau membawaku kemana?,” tanya Sooyeon.

“Kemana saja. Asal bukan neraka yang di huni oleh para setan ini,” jawab Taeyeon lalu membawa Sooyeon pergi.

“KIM TAEYEON!!!!!,” teriak Yoona, Yuri, dan Seohyun penuh amarah.

>>>

“Jadi, kau murid pindahan dari Scotland?,” tanya Taeyeon lalu meminum milkshake yang ia pesan.

Sooyeon mengangguk mengiyakan.

“Hebat! Disana kan sangat indah,” kagum Taeyeon.

“Tak jauh berbeda dengan Seoul, kok,” ucap Sooyeon.

“Menemukan teman baru lalu melupakanku?,”

DEG!

Sooyeon kenal suara ini. Suara yang meskipun agak berbeda dengan suara yang ia dengar 7 tahun yang lalu. Serak suaranya sangat tidak asing di telinga milik Sooyeon.

“Jongdae-ah!,” seru Taeyeon.

“Jongdae,” gumam Sooyeon pelan.

Dengan spontan, Sooyeon berbalik dan menemukan murid laki-laki berparas tampan.

“Jongdae-ah, perkenalkan, gadis ini adalah murid baru pindahan dari Scotland, Jung Sooyeon,” ucap Taeyeon.

“Oh, salam kenal, Sooyeon-ssi,” ucap Jongdae.

Sooyeon merasa dirinya baru saja disambar petir yang sangat dahsyat. Kim Jongdae melupakan dirinya?

“K-Kau tidak ingat aku?,” tanya Sooyeon.

“Eh? Kalian saling mengenal?,” tanya Taeyeon bingung.

“Mungkin kau salah orang. Aku sama sekali tidak mengingatmu. Maaf,” jawab Jongdae.

Tidak mungkin!, pekik Sooyeon dalam hati. Ia tak percaya Jongdae melupakannya. Itu artinya Jongdae juga lupa dengan janji yang mereka utarakan 7 tahun yang lalu.

“Nah, Sooyeon-ssi, dia adalah Kim Jongdae, kekasihku,”

“APA???!!!,” teriak Sooyeon syok.

“K-Kenapa, Sooyeon-ssi? Ada masalah?,” tanya Taeyeon kaget.

“T-Tidak. Aku hanya tak percaya kalau kalian berdua berpacaran. Ku pikir kalian hanya berteman,” jawab Sooyeon berbohong.

“Awalnya kami hanya bersahabat saat kecil. Tapi, kami dipertemukan lagi. Lagi pula, saat kecil kami berjanji akan menikah di masa depan,” ucap Jongdae.

“A-Apa?,” Lagi-lagi Sooyeon merasa syok dibuatnya. Bukankah Jongdae bersahabat dengan Sooyeon? Apa hubungannya dengan Taeyeon?

KRINGGGG!! KRINGGG!!!

“Bel sudah berbunyi. Ayo kita ke kelas,” ajak Taeyeon.

Sooyeon mengangguk lemah.

>>>

“Aku masih tidak percaya,” gumam Sooyeon sambil mengaduk-aduk jus orange miliknya.

“Ada apa, eonni?,” tanya Soojung.

“Kim Jongdae melupakanku,” jawab Sooyeon.

“O-Oh. A-Aku turut berduka cita,” ucap Soojung grogi.

Sooyeon memandang Soojung intens. Matanya menyala-nyala, membuat Soojung tak bisa menahan apa yang harus ia pendam.

“Kim Jongdae kecelakaan, eonni!,” jawab Soojung menyerah.

“K-Kecelakaan?,” tanya Sooyeon tak percaya.

“Saat Jongdae oppa berusia 15 tahun, dia tertabrak oleh mobil saat ingin menyeberang ke kedai es krim. Jongdae oppa mengalami amnesia berat dan butuh waktu lama untuk memulihkannya. Sekarang, Jongdae oppa sudah bisa mengingat semuanya. Termasuk aku,” jawab Soojung.

“Tapi tidak denganku. Dia malah menganggap Taeyeon adalah sahabat kecilnya,” ucap Sooyeon.

“Soal itu, lebih baik eonni berkonsultasi kepada Dr. Choi,” usul Soojung.

Sooyeon menjitak kepala adiknya itu hingga sang adik meringis kesakitan.

“Eonni!,”

“Kau pikir aku sakit? Untuk apa aku berkonsultasi?,” tanya Sooyeon.

“Kau pikir aku bodoh? IQ-ku jelas jauh di atas mu, eonni. Dr. Choi adalah dokter yang menangani Jongdae oppa. Sampai sekarang pun, Jongdae masih check up dengan dokter itu. Jadi, ada baiknya kau menanyakan hal itu kepada Dr. Choi,” jawab Soojung.

“Tak ku sangka aku memiliki adik yang pintar,” ucap Sooyeon.

“AKU MEMANG PINTAR!!,”

>>>

“Jung Sooyeon,” panggil seorang perawat.

Sooyeon bangkit dari kursi dan masuk ke dalam ruangan Dr. Choi Siwon. Sesampai di dalam, Dr. Choi mempersilakan Sooyeon untuk duduk.

“Jadi, apa masalah anda, Sooyeon-ssi?,” tanya Dr. Choi.

“Saya ingin menanyakan soal pasien anda yang bernama Kim Jongdae,” jawab Sooyeon.

“Oh. Anda kerabatnya?,” tanya Dr. Choi.

“Saya sahabatnya saat kecil,” jawab Sooyeon.

“Jadi, Jongdae memiliki dua sahabat saat kecil, ya?,”

Sooyeon mengerutkan keningnya, “Maksud anda?,” tanyanya bingung.

“Selain Kim Taeyeon, ternyata anda juga sahabat kecil Kim Jongdae,” jawab Dr. Choi.

“Kim Taeyeon bukan sahabat kecil Kim Jongdae. Saya-lah sahabatnya!,” seru Sooyeon.

Dr. Choi tersenyum, “Jadi, maksud anda, Kim Jongdae salah mengira?,” tanyanya.

Sooyeon mengangguk mengiyakan.

“Temui saya malam ini di rumah saya. Saya akan menceritakan semuanya kepada anda,” Dr. Choi memberikan kartu nama kepada Sooyeon, “Anda bisa menemukan alamat rumah saya disini,” tambahnya.

“T-Terima kasih,” ucap Sooyeon.

>>>

“Aku pulang,” ucap Sooyeon.

“SELAMAT DATANG!!!,”

“K-Kalian?,”

“Oh, Sooyeon sudah pulang? Kami sangat merindukanmu,” ucap seorang wanita setengah paruh.

“Kim ahjumma?,” gumam Sooyeon. Ibu dari Jongdae, batinnya.

“Eomma, maaf menunggu lam—,” kalimat Jongdae terhenti saat dirinya melihat Sooyeon.

Jongdae, gumam Sooyeon dalam hati.

“Sooyeon-ssi, benar? Murid baru di sekolahku?,” tebak Jongdae.

“Ingatan yang bagus, sayang,” ucap sang Ibu dari Jongdae.

Soojung menepuk dahinya melihat kejadian itu.

“Kau tinggal disini? Di rumah Taeyeon?,” tanya Jongdae.

“EH??,” pekik Sooyeon kaget.

“Ku rasa, kami harus segera pulang. Terima kasih,” pamit Ibu dari Jongdae.

“Sampai jumpa, Sooyeon-ssi,” pamit Jongdae.

“I-Iya,” jawab Sooyeon.

“Kau pasti bingung sekarang, Sooyeon-ah,” ucap Ibu dari Sooyeon dan Soojung.

“A-Aku sangat bingung,” jawab Sooyeon.

“Kau sudah berkonsultasi dengan Dr. Choi, benar? Mungkin kau telah menemukan jawabannya,” ucap Soojung.

“Dia sedang tidak ada waktu. Malam ini lah aku akan mendapatkan jawabannya,” ucap Sooyeon.

>>>

“Kim Taeyeon adalah pasien yang tinggal satu atap rumah sakit dengan Kim Jongdae,” ucap Dr. Choi.

“Jadi, disana-lah mereka akrab?,” tanya Sooyeon.

Dr. Choi mengangguk, “Karena tidak ingin kehilangan Jongdae, Kim Taeyeon mengaku sebagai dirimu,” ucapnya.

“Tapi, bagaimana caranya Taeyeon tahu bahwa aku dan Jongdae—,”

“Jongdae sendiri yang memberitahunya soal itu. Saat itu—,”

“T-Taeyeon-ah,” panggil Jongdae sambil memegang kepalanya.

“Kepalamu sakit lagi, ya?,” tanya Taeyeon cemas.

“A-Aku mengingat sesuatu lagi,” jawab Jongdae.

“Tentang apa?,” tanya Taeyeon.

“Sahabat masa kecil. Cantik, manis, dan aku berjanji padanya bahwa kami akan menikah saat kami dewasa nanti,” jawab Jongdae.

Taeyeon tersentak. Raut wajahnya yang ramah berubah seketika. Sekitar 30 detik hening melanda, akhirnya Taeyeon membuka suara dengan wajah seceria biasanya.

“Syukurlah!,” seru Taeyeon.

“Eh?,”

“Akhirnya Kim Jongdae berhasil mengingatku,” ucap Taeyeon.

“J-Jadi, kau adalah—,”

Taeyeon mengangguk, “Ya. Aku lah sahabat masa kecilmu. Dan aku senang kau mengingat janji itu,” jawabnya.

“Jahat sekali dia!,” gerutu Sooyeon kesal.

“Taeyeon ingin bersama Kim Jongdae. Ia pun memohon kepada keluargamu agar tinggal di rumah mu dalam beberapa hari,” ucap Dr. Choi.

“Eomma dan Soojung mengijinkannya?,” tanya Sooyeon tak percaya.

“Karena mereka pikir kau takkan kembali ke Seoul. Ternyata mereka salah. Kau kembali dan kau masih mengharapkan Jongdae,” jawab Dr. Choi.

Sooyeon bangkit dari kursinya, “Aku akan meminta Taeyeon menjelaskan semuanya kepada Jongdae. Aku tidak suka kebohongan,” ucapnya.

“Kim Jongdae takkan percaya,”

“A-Apa?,”

“Kim Jongdae sudah seratus persen percaya kepada Taeyeon. Tidak mungkin dia mempercayaimu semudah membalikkan telapak tangan,” jawab Dr. Choi.

Sooyeon kembali duduk, “Jadi, apa yang harus saya lakukan, Dr. Choi?,” tanyanya.

“Dekatilah Jongdae hingga kalian menjadi akrab. Dengan begitu, Jongdae akan bisa mengingat dirimu,”

>>>

“Taeyeon-ah, bisakah kau menemaniku ke toko buku hari ini?,” pinta Jongdae.

“Maaf. Aku hari ini ada kursus piano. Kau lupa, Jongdae-ah?,” tanya Taeyeon.

Jongdae menepuk dahinya, “Aku lupa,” ucapnya.

“Aku bisa menemanimu,” sahut Sooyeon.

“Kau?,”

“Ya. Keberatan?,”

“Tidak, sih. Selama Taeyeon mengijinkan,” ucap Jongdae.

“Tidak apa-apa kok. Kalian boleh pergi,” ucap Taeyeon.

“Terima kasih, Taeyeon-ah. Aku janji tidak akan macam-macam,” ucap Jongdae seraya mengacak-acak rambut Taeyeon.

“Ya! Hentikan, Kim Jongdae!,”

Sooyeon terdiam melihat pemandangan itu. Sooyeon ingin sekali ia berada di posisi Taeyeon. Sooyeon sangat iri melihat hal itu.

Jika Sooyeon tidak mengancam akan melaporkan kebenarannya kepada Jongdae, aku takkan mau mengijinkan mereka berdua pergi ke toko buku, batin Taeyeon kesal.

>>>

“Woah! Bukunya banyak sekali!,” kagum Sooyeon.

Jongdae terkekeh pelan, “Kau ini seperti baru masuk ke toko buku saja,” ucapnya.

“Sudah 7 tahun aku tidak ke toko buku,” ucap Sooyeon.

“Lama sekali, ya?,”

Sooyeon mengangguk, “Tempat ini, aku sering kesini bersama sahabat kecilku,” ucapnya.

“Kau dulu tinggal di Seoul?,” tanya Jongdae tak percaya.

“Tentu saja. Toko ini adalah toko favoritku dan sahabat kecilku,” jawab Sooyeon.

“Aku dan Taeyeon juga sangat menyukai tempat ini saat kecil hingga sekarang,” ucap Jongdae.

Bukan kau dan Taeyeon, bodoh! Tapi, kau dan aku, batin Sooyeon kesal.

>>>

Taeyeon sedang bersama Jongdae di sebuah kafe di pusat kota Seoul. Mereka tengah menikmati makanan cepat saji setelah berbelanja di mall.

“Taeyeon-ah,” panggil Jongdae.

“Hm?,”

“Kau satu rumah dengan Sooyeon?,”

Taeyeon tersentak kaget. Namun, ia berusaha menutupi kekagetannya itu dengan senyuman.

“S-Sooyeon adalah sepupuku,” jawab Taeyeon.

Jongdae menaikkan sebelah alisnya, “Bukankah kalian juga baru kenal saat Sooyeon masuk ke sekolah kita?,”

Taeyeon hanya bisa berkomat-kamit tanpa suara. Ia benar-benar kehabisan ide untuk menjawab pertanyaan sulit dari lelaki yang ia cintai itu.

“A-Aku—,” tiba-tiba Taeyeon memiliki sebuah ide, “Aku juga mengalami amnesia dulu. Aku tak tahu kalau Sooyeon itu sepupuku. Saat aku pulang, eomma langsung memberitahuku,” jawabnya.

“K-Kau juga amnesia? Kenapa tidak pernah menceritakannya padaku?,” tanya Jongdae sedikit kesal.

“Maaf. Menurutku sesuatu yang seperti itu tidak perlu untuk di ceritakan,” jawab Taeyeon.

“Tapi, aku ini kekasihmu, Kim Taeyeon! Rahasia seperti ini harusnya kau beritahu padaku,” ucap Jongdae semakin kesal.

“Sudahlah. Aku mohon kita tidak usah membahas ini,” pinta Taeyeon.

“Tiba-tiba saja aku kenyang!,” ucap Jongdae sinis, lalu beranjak dari kursinya.

“Ya! Kim Jongdae! Kau mau kemana?,”

“Kemana saja. Yang penting aku bisa menjauh dari orang yang tidak menganggapku,”

“Astaga! Kau kekanakan sekali,”

Jongdae menatap Taeyeon tajam. Ia tak menyangka Taeyeon mengatainya seperti itu, bukannya meminta maaf.

“Ya. Aku memang kekanakan,” jawab Jongdae lalu segera pergi dari sana.

“KIM JONGDAE! KEMBALI!,” teriak Taeyeon namun tak dihiraukan oleh Jongdae. Taeyeon menggeram kesal lalu menendang kursi di dekatnya.

“Ini semua karena Sooyeon kembali,” gumamnya kesal.

>>>

Sudah satu bulan Sooyeon berada di Seoul. Hubungan Sooyeon dan Jongdae semakin dekat. Namun, tidak ada tanda-tanda kalau Jongdae mengingat Sooyeon. Sedangkan hubungan Jongdae dan Taeyeon semakin menipis. Mereka sering bertengkar. Entah apa yang terjadi, Sooyeon pun merasa aneh dengan mereka.

Sooyeon membuka sebuah album foto dirinya dengan Jongdae saat kecil. Sooyeon sudah tidak tahan lagi. Ia memutuskan untuk memperlihatkan album ini sebagai tanda bukti bahwa Sooyeon lah sahabat Jongdae sejak kecil, bukan Taeyeon. Meskipun Sooyeon tak yakin hal ini efektif. Setidaknya, Sooyeon ingin Jongdae mengetahui sedikit saja tentang masa lalu yang sebenarnya.

“Apa yang kau lihat?,” tanya Taeyeon tiba-tiba.

Sooyeon tersentak kaget. Ia segera menyembunyikan album di balik tubuhnya.

“Album foto, eh? Berikan padaku!,” pinta Taeyeon.

Sooyeon menggeleng cepat, “Tidak mau!,”

“Berikan!,”

Taeyeon pun berusaha merampas album tersebut. Kini, mereka sedang saling menarik album tersebut.

“Lepaskan albumku!,” pinta Sooyeon.

“Tidak akan. Aku tidak akan membiarkan aku mengakhiri hubunganku dengan Jongdae,”

“Apa masalahmu? Lagi pula, ini semua kan memang salahmu. Akui saja kalau kau itu bukan siapa-siapa Jongdae selain penipu licik,” ucap Sooyeon kesal.

“Ya. Memang. Aku memang penipu. Puas, eh? Lagi pula, Jongdae lebih percaya dengan ku daripada kau yang merupakan sahabat Jongdae yang sebenarnya,” balas Taeyeon.

“Apa kau yakin?,”

Taeyeon dan Sooyeon tersentak. Jongdae secara tiba-tiba muncul di antara mereka.

“J-Jongdae-ah,” gumam Taeyeon takut.

“Identitasmu sudah terbongkar, Taeyeon-ah. Terima kasih atas tipuanmu selama ini,” ucap Jongdae sinis.

Taeyeon memegang tangan Jongdae, “Jongdae-ah, maafkan aku. Aku tidak bermaksud—,”

“Ku rasa hubungan kita cukup sampai disini,”

“Apa?,”

“Ayo kita pergi, Sooyeon-ah,” ajak Jongdae seraya menarik tangan Sooyeon dan pergi.

“Jongdae-ah? Jangan pergi! Ku mohon!,” pinta Taeyeon namun di abaikan oleh Jongdae maupun Sooyeon.

Tamatlah sudah riwayatmu, Kim Taeyeon!, batin dirinya sendiri.

>>>

Jongdae membawa Sooyeon ke halaman sekolah. Mereka duduk di sebuah kursi panjang berwarna putih. Halaman itu tidak seramai biasanya mengingat hari ini ada diskon besar-besaran di kantin.

“J-Jongdae-ah—,”

“Hm. Sebenarnya aku mengetahui ini sejak lama,”

Sepasang mata Sooyeon membulat sempurna, “A-Apa?,” pekiknya.

Jongdae menunduk, “Ingatanku semakin lama semakin jelas. Apalagi semenjak kau hadir,” ucapnya.

“T-Tapi, aku tak melihat sama sekali tanda-tanda bahwa kau menyadari aku,” ucap Sooyeon.

“Aku ini kan jago akting. Eomma berkata kalau aku akan sukses jika menjadi aktor,” ucap Jongdae diselingi tawa khas-nya.

Sooyeon ikut tertawa mendengarnya, “Syukurlah, jika kau telah mengingatku,” ucapnya.

Tiba-tiba, Sooyeon merasa tangan kanannya hangat. Tangan Jongdae lah yang memegang tangan kanannya. Sooyeon dan Jongdae pun bertatapan.

“Sekarang kita telah dewasa. Bagaimana jika kita lakukan janji kita saat kecil?,” tanya Jongdae.

Wajah Sooyeon memerah seperti kepiting rebus. Ia memukul lengan Jongdae pelan, “Bodoh! Kita masih sekolah. Mana mungkin kita menikah,” ucapnya malu.

“Sebenarnya aku atau kau yang amnesia?,” tanya Jongdae.

“Eh?,”

“Kau lupa janji kita yang lain? Saat kita sudah dewasa, kita akan pergi ke Lotte World dan menaiki wahana yang tidak boleh di naiki oleh kita saat kita masih kecil dulu,”

“Hah?,” wajah Sooyeon pun semakin memerah karenanya.

Jongdae tersenyum sambil mengusap kepala Sooyeon, “Aigoo! Kau ini ingin sekali menikah dengan ku, ya?,” Jongdae mendekatkan wajahnya ke wajah Sooyeon, “Atau kau tak sabar ingin membuat anak denganku? Tenang saja. Kita akan membuat tiga puluh anak atau lebih,”

“BODOH!!!!!,” teriak Sooyeon malu.

Jongdae tertawa penuh kemenangan. Sedangkan Sooyeon sangat malu hingga menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Jongdae tersenyum tulus lalu memandang langit.

“Tuhan, terima kasih karena telah mempertemukan kami kembali. Jangan pernah pisahkan kami lagi,” gumam Jongdae.

    END

Review-nya jangan lupa, ya? Komentar kalian sangat berharga dan dapat saya jadikan motivasi untuk menjadi yang lebih baik lagi. Jaaaa~ ne!

(Request FF) – Fall In Love With Bad Girl


Title : Fall In Love With Bad Girl

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • EXO-M’s LuHan as Xiao Luhan

Support Cast :

  •  SNSD’s Sooyoung as Choi Sooyoung
  •  SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  •  SNSD’s YoonA as Im Yoona
  •  EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • etc

Genre : School-life, Romance, Comedy

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari Park Yuko. Semoga bisa diterima dan bisa memuaskan anda dan juga ma all beloved readers!

***

 

Menjadi seorang gadis tomboy adalah hal yang biasa. Tetapi, menjadi seorang gadis yang tidak memiliki kekasih seumur hidupnya bukanlah hal biasa. Statusnya sebagai gadis tomboy membuatnya tak bisa merasakan apa itu cinta, apa itu pacaran, apa itu kekasih. Padahal teman-temannya sering merasakan tiga hal itu. Iri, tentu saja. Meskipun memiliki jiwa seperti laki-laki, tetapi gadis ini juga ingin seperti teman-temannya.

Namanya Jessica Jung. Nama seorang murid di Seoul Performing Art School yang paling ditakuti oleh kaum adam maupun hawa. Nama yang sangat terkenal bahkan di luar sekolah sekali pun. Nama yang menyedihkan bagi Jessica sendiri karena baginya nama itu membawa penderitaan untuknya.

“Aku sudah tidak perawan lagi,”

“APA???!!!!,” teriak tiga sahabat Yoona.

“Dimana kalian melakukannya?,” tanya Yuri.

“Berapa ronde, eoh?,” tanya Sooyoung.

“SIAPA YANG BERANI MENGOTORIMU, IM YOONA? TAKKAN KU MAAFKAN LELAKI ITU!!!!,” teriak Jessica murka.

Yoona terkekeh pelan, “Tenang. Bukan miss V milikku yang tidak perawan. Tapi—,” wajah Yoona memerah, “—bibirku,” lanjutnya.

“Oh, jadi Yoona sudah melakukan ciuman pertama?,” tanya Yuri.

Yoona mengangguk malu.

“Akhirnya!,” seru Sooyoung turut senang.

Yuri menyikut lengan Jessica, “Bagaimana denganmu, eh?,” tanyanya.

Jessica menghela napas berat, “Aku tidak tertarik dengan yang namanya cinta,” jawabnya.

“Apa benar?,” tanya Sooyoung dengan tatapan menggodanya.

“Bawakan saja lelaki paling tampan di dunia ini. Aku tetap takkan jatuh cinta kepadanya,” ucap Jessica.

“Keras kepala sekali,” bisik Yoona kepada Yuri.

“Padahal kemarin aku mendengar dia mengigau ingin memiliki kekasih,” bisik Yuri kepada Yoona.

“Bagaimana kalau kita bertaruh?,” tawar Sooyoung.

Jessica mengernyit, “Bertaruh apa?,” tanyanya.

“Kau harus menjalin hubungan dengan Kim Jongin, si tampan yang jago kungfu itu,”

Jessica spontan syok, “WHAT THE HELL!!!,” teriaknya.

“Untuk apa itu, Sooyoung-ah?,” tanya Yoona.

“Jessica sendiri yang berkata kalau dia takkan jatuh cinta meskipun kita membawakan lelaki tampan. Jadi, jika Jessica menjalin hubungan dengan Jongin, pasti Jessica akan merasakan cinta,” jawab Sooyoung.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak mungkin! Satu bulan berpacaran dengannya pun aku takkan jatuh cinta kepadanya,”

“Oke! Deal!,” seru Sooyoung.

“Eh?,”

“Satu bulan berpacaran dengan Kim Jongin. Jika kau jatuh cinta, kau kalah. Jika tidak, aku yang kalah. Terserah kau ingin minta apa dariku,” ucap Sooyoung.

“Tapi, bagaimana caranya Jessica bisa berpacaran dengan Kim Jongin? Bukankah itu hal yang mustahil?,” tanya Yuri.

Sooyoung tersenyum licik, “Tenang saja. Serahkan semuanya kepadaku,” jawabnya.

Jessica, Yuri, dan Yoona menatapnya horor.

***

 

BRAKKK!!!!

Jongin baru saja membanting temannya—Oh Sehun—ke lantai di ruangan lapangan basket. Semua teman-teman lelakinya dan beberapa murid perempuan bertepuk tangan.

“Hebat, Jongin! Permainan kungfumu tidak tertandingi,”

“Kau sangat baik bermain kungfu,”

“JONGIN OPPA, KAU SANGAT KEREN!!!!!,” teriak para murid perempuan.

Sehun beranjak berdiri, “Hebat, teman. Kau hampir meremukkan tulangku,” pujinya.

“Maaf jika membuatmu terluka, Sehun-ah,” ucap Jongin.

“Tidak apa. Aku tidak masalah,”

“HEI! KIM JONGIN!!!!!,”

Semua yang ada disana menoleh ke sumber suara. Choi Sooyoung yang sedang berada di ambang pintu. Suara itu berasal darinya.

“JANGAN SOMBONG DULU! KAU BELUM BERTANDING MELAWAN TEMANKU YANG LEBIH HEBAT DARIMU!,” teriak Sooyoung.

Mereka semua tertawa, termasuk Jongin sendiri.

“Siapa temanmu itu?,” tanya Jongin.

Sooyoung langsung menarik Jessica dan membawanya masuk. Para murid terkaget-kaget dan ketakutan.

“J-Jessica?,” pekik Sehun tak percaya.

“Oh. Jadi gadis tomboy ini yang lebih hebat dariku?,” tanya Jongin angkuh.

“Tentu saja!,” jawab Sooyoung.

Jessica hanya diam, tak berani berkata apapun.

“Bagaimana kalau kita bertaruh?,” tawar Sooyoung.

“Bertaruh apa?,” tanya Jongin.

“Jika kau berhasil menang, aku akan menjadi pembantumu selama satu bulan penuh,” ucap Sooyoung.

“Menarik,” bisik Sehun kepada Jongin.

“Dan jika gadis itu yang menang?,” tanya Jongin.

“Kau harus menjadi kekasihnya,”

“APA?????!!!!!!!!!,”

“Menjadi kekasihnya? Apa kau gila?,” tanya Jongin tak percaya.

Jessica menunduk sambil menutupi wajahnya yang memerah karena malu.

“Oh. Jadi, kau takut kalah?,” tanya Sooyoung.

“Enak saja. Tidak ada kata kalah di dalam kamusku,” jawab Jongin, “Oke. Aku terima. Mari kita mulai sekarang,”

Sooyoung menepuk bahu Jessica, “Kau harus menang!,” bisiknya.

“Aku tidak bisa bermain kungfu,” bisik Jessica.

“Kalahkan dia dan selesai. Kau untung, aku juga selamat dari neraka,” bisik Sooyoung.

“Bersedia ditempat. Saling membungkuk. Dan mulai!,” seru Sehun.

Jessica dan Jongin pun mulai bertanding.

***

 

Jessica merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Hari ini merupakan hari terburuk yang pernah ia alami. Jessica tidak kalah dalam pertandingan itu. Dan mulai hari ini, Jessica dan Jongin resmi menjadi sepasang kekasih.

“Apa yang harus aku lakukan? Bahkan aku tidak tahu harus melakukan apa! Atau aku berhenti sekolah saja?,”

Jessica mengacak-acak rambutnya prustasi. Ini benar-benar di luar dugaannya. Ia pikir, ia akan kalah dan keluar dari rencana gila yang disusun oleh Sooyoung. Tapi, ternyata, ia menang.

“Bagaimana nanti jika aku bertemu dengan Jongin? Atau dengan para penggemarnya itu?,”

Jessica sangat prustasi hari ini.

***

 

Jessica berjalan menelusuri koridor sekolahnya dengan suasana yang sangat suram. Para penggemar Kim Jongin menatapinya dengan penuh benci. Tapi, mereka tidak berani melawan ataupun mengejek Jessica. Karena mereka tahu jika mereka berani kepada Jessica, mereka akan segera dimasukkan ke dalam pemakaman.

“Jessica-ah!,” seru Yuri sambil merangkul bahu Jessica.

Jessica tersentak, “Kau mengagetkanku saja, Yuri-ah,” ucapnya sambil mengelus dadanya pelan, “Ada apa?,” tanyanya.

“Hanya ingin menyapa sahabatku yang baru saja memiliki kekasih,” jawab Yuri dengan senyuman lebarnya.

Wajah Jessica memanas. Ia segera melepaskan rangkulan Yuri dan segera berlari meninggalkannya. Yoona dan Sooyoung yang kebetulan lewat pun menghampiri Yuri.

“Kenapa Jessica pergi?,” tanya Yoona.

Yuri tersenyum lebar, “Dia sedang salah tingkah,” jawabnya.

Sementara itu, Jessica terus berlari di sepanjang koridor sekolah. Hingga ia menabrak seorang murid laki-laki yang baru saja keluar dari kelasnya.

“Aw!,”

“Maafkan aku. Aku sangat menyes—,” Jessica mendongak dan tercengang, “—Kim Jongin?,” pekiknya.

“Oh. Seorang gadis preman di sekolah meminta maaf? Tidak biasanya,” ucap Jongin.

“Tentu saja dia harus meminta maaf kepadamu, Jongin-ah. Dia kan kekasihmu,” sahut Sehun yang berada disamping Jongin.

Wajah Jessica kembali memanas. Ia segera berlari meninggalkan mereka berdua.

“Kau ini bicara apa, Sehun-ah? Aku bukan kekasihnya!,”

“Jangan pernah lupa fakta bahwa kau kalah taruhan dengan Choi Sooyoung,” ucap Sehun.

Jongin mengacak-acak rambutnya, “Gah! Aku benar-benar tertimpa sial!,” gerutunya.

***

 

“Annyeonghaseyo. Nama saya Xiao Luhan. Panggil saja Luhan. Senang berkenalan dengan kalian. Saya harap, kalian dapat membantu saya. Terima kasih,”

“WHOA!!!!!!,”

“TAMPANNYA!!!!!!!,”

“MANIS!!!!!!!!!,”

Seperti itulah teriakan dari para murid perempuan di kelas tersebut. Luhan pun duduk disamping gadis yang ditakuti hampir semua murid, Jessica Jung.

“Namaku Luhan,” ucap Luhan.

“Aku sudah tahu,” jawab Jessica dingin.

“Bagaimana dengan namamu?,” tanya Luhan.

“Jessica,”

Luhan mengusap tengkuknya, “Oh. Senang berkenalan denganmu, Jessica-ssi,” ucapnya.

“Hm,”

Luhan tersenyum sambil memandangi Jessica yang tengah fokus mendengarkan pelajaran di kelas. Diam-diam, Luhan telah jatuh ke dalam pesona rahasia yang dimiliki oleh Jessica. Pesona yang hanya bisa dilihat dari jarak dekat.

“Menarik,” gumam Luhan pelan.

***

 

Jessica sedang makan di kantin bersama ketiga sahabatnya. Kantin itu cukup dipenuhi oleh murid-murid.

“Jessica-ah, kau tidak makan bersama kekasihmu?,” tanya Sooyoung sambil menunjuk Jongin dengan dagunya.

“Dia itu bukan kekasihku,” ucap Jessica.

“Kalian sudah resmi berpacaran, Sica-ah. Kalian adalah sepasang kekasih,” ucap Yoona.

“Ini semua kan karena ide gila dari Sooyoung,” ucap Jessica kesal.

“Permisi,”

Keempat murid perempuan itu menoleh ke sumber suara. Yoona, Sooyoung, dan Yuri terperangah melihat siapa yang menyapa mereka.

“Tampannya!,” kagum Yuri.

“Manis!,” kagum Yoona.

“Juniornya besar tidak, ya?,” gumam Sooyoung pelan. Pelan sekali hingga hanya Yoona yang mendengarnya. Yoona menahan tawanya setelah mendengar gumaman Sooyoung.

“T-Terima kasih. Bolehkah aku bergabung disini?,”

“Kau bisa duduk di tempat lain, Luhan-ssi,” ucap Jessica.

“K-Kalian saling kenal?,” tanya Yuri tak percaya.

“Dia murid baru di kelasku,” jawab Jessica santai.

“Disini, hanya Jessica yang ku kenal. Jadi, boleh aku bergabung disini, ya?,” pinta Luhan.

“Boleh boleh!,” jawab Sooyoung.

“Tentu saja!,” jawab Yuri.

“Silakan duduk,” ucap Yoona.

Luhan pun mengambil tempat disamping Jessica. Sehun yang melihatnya dari kejauhan pun menyikut lengan Jongin.

“Ada apa?,”

“Lihat! Kekasihmu bersama Luhan, murid baru yang sudah menjadi sangat populer di sekolah ini,” ucap Sehun.

Jongin menaikkan alisnya, “Lalu?,”

“Kau tidak cemburu?,” tanya Sehun.

“Memangnya aku ingin berpacaran dengannya? Aku melakukan ini hanya karena kalah taruhan. Lagipula, mana mungkin aku jatuh cinta kepada gadis preman itu,” seru Jongin.

“Jaga kata-katamu, Jongin-ah. Hati-hati kalau kau sampai menjilat ludahmu sendiri,”

“Aku tidak akan termakan oleh kata-kataku. Tenang saja,” ucap Jongin yakin. Ia kembali melanjutkan makannya sambil menatap Jessica bersama Luhan. Apa yang dilihat Luhan tentang Jessica? Mengapa dia mau mendekati Jessica?, batinnya.

***

 

Satu minggu telah berlalu. Hubungan Jessica dan Jongin semakin parah. Keduanya terus bertengkar. Benar-benar tidak seperti sepasang kekasih pada umumnya.

Sementara itu, hubungan Jessica dan Luhan semakin dekat. Luhan selalu berusaha mendekati Jessica hingga Jessica menyerah. Mereka pun mulai berteman dan Jongin semakin curiga akan hubungan mereka.

“Kau benar-benar tidak cemburu pada si Luhan itu?,” tanya Sehun.

“Tidak akan pernah, Oh Sehun!,” jawab Jongin.

Di perpustakaan, Jessica dan Luhan sedang membaca buku pelajaran.

“Jessica-ya, bisakah kau menjelaskan apa maksud pertanyaan yang ini?,” tanya Luhan.

Jessica pun menjelaskannya kepada Luhan. Dan diam-diam, Luhan tak memperhatikan penjelasan Jessica. Melainkan memperhatikan wajah Jessica.

“Cantik,”

“Apa?,” tanya Jessica.

“T-Tidak. Maksudku, aku mengerti,” jawab Luhan grogi.

Jessica mengangguk pelan, “Oke,” ucapnya.

***

 

“Berkencan?,” pekik Jessica kaget.

“Kau tidak mungkin bisa jatuh cinta kepada Jongin jika hubungan kalian terus seperti ini. Kalian harusnya pergi jalan-jalan berdua,” jawab Sooyoung.

“Sooyoung-ah, ini gila. Sangat gila. Bagaimana dengan dia? Memangnya dia mau?,”

Sooyoung mengangguk, “Tentu saja dia mau!,” jawabnya.

“Berkencan? Yang benar saja!,”

 

“Kim Jongin, jika kau menolaknya, itu artinya kau takut jatuh cinta pada Jessica,” ucap Sooyoung.

 

Jongin menggeleng cepat, “Aku tidak akan pernah jatuh cinta pada gadis preman itu, Sooyoung-ssi,” bantahnya.

 

“So?,”

 

Jongin menghela napas berat, “Baiklah. Aku setuju. Aku akan berkencan dengannya,” jawabnya akhirnya.

 

“Oke. Jemput Jessica di alamat ini,” ucap Sooyoung seraya memberikan selembar kertas kecil kepada Jongin.

 

“Oke,” jawab Jongin pasrah.

 

***

 

Jongin sedang bersandar di mobilnya yang sedang diparkir di depan rumah milik Jessica. Beberapa kali Jongin melirik jamnya. Jongin tak menyangka, gadis tomboy seperti Jessica yang tidak suka berdandan ternyata bisa lama juga. Benar-benar di luar dugaan, pikirnya.

“Maaf. Aku membuatmu lama menunggu!,”

“Ya sudah. Tidak apa-ap—,” kalimat Jongin terhenti dan ia tercengang pada seorang gadis yang berdiri dihadapannya itu, “K-Kau Jessica?,” tanyanya ragu.

“Maaf. Bukan aku yang menginginkan ini. Yuri memaksaku untuk berdandan. Dia lah yang mendandaniku seperti ini,”

Jongin masih tercengang melihat penampilan Jessica. Wajahnya memang sangat mirip Jessica. Tapi, penampilannya sangat berbeda. Jongin masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

“Aku masih tidak percaya,” gumam Jongin pelan.

“Kau bicara apa, Jongin-ssi?,” tanya Jessica.

Jongin mengibaskan tangannya dengan cepat, “Tidak. Bukan apa-apa. Ngg—ayo berangkat!,”

Jessica mengangguk setuju. Keduanya masuk ke dalam mobil milik Jongin. Dan mereka akan melangsungkan kencan pertama mereka.

***

 

Jongin sedang berbaring di ranjangnya. Ia memainkan ponselnya dan melihat-lihat folder foto di ponselnya. Terdapat banyak foto pemandangan, wahana bermain, dan satu foto yang sangat menarik baginya. Hingga foto tersebut ia jadikan sebagai walpaper ponselnya.

Gambar

Jongin tertawa sambil mengingat bagaimana caranya ia mendapatkan foto tersebut.

“Akhirnya aku telah mencoba wahana paling berbahaya itu!,” seru Jessica.

Jongin menaikkan alisnya, “Memangnya kau tidak pernah menaiki wahana yang tadi itu sebelumnya?,” tanyanya.

“Setiap pergi ke Lotte World bersama Yoona, Sooyoung, dan Yuri, mereka pasti tidak mau menemaniku naik wahana itu. Terima kasih karena kau sudah mau menemaniku,”

Wajah Jongin memanas. Ia menundukkan kepalanya agar wajah merahnya tak terlihat oleh Jessica.

“Ya. Tidak masalah,” jawab Jongin.

“Oke. Mari kita menaiki wahana yang lain!,” seru Jessica seraya berjalan mendahului Jongin.

Jongin mengeluarkan ponselnya saat ponselnya mulai bergetar. Ia membaca pesan dari Sooyoung.

From : Sooyoung-evil friend

Selamat bersenang-senang! Semoga kalian akan menyadari perasaan kalian masing-masing. Keke~!

Jongin terkekeh pelan. Kemudian, ia mendapatkan ide yang bagus. Ia arahkan ponselnya ke arah Jessica, dan..

“Jessica-ssi,”

Jessica berbalik, “Ya?,” jawabnya. Dan suara kamera serta sinar flash pun terdengar dan terlihat.

“YA! KIM JONGIN! UNTUK APA MENGAMBIL FOTOKU?,” teriak Jessica kesal.

“Penampilanmu saat ini sangat langka. Aku akan menyebarkannya!,” jawab Jongin.

“TIDAK! TIDAK BOLEH! KAU TIDAK BOLEH MENYEBARKANNYA!,”

“AKU AKAN MENYEBARKANNYA!,”

“Kau jahat, Kim Jongin! Ku mohon, jangan!,”

Jongin tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, “Jessica.. Jessica.. Mana mungkin aku menyebarkan fotomu. Kalau aku melakukannya, aku pasti akan segera kehilanganmu karena semua lelaki akan merebutmu dariku,”

Tersadar akan ucapannya, Jongin menepuk mulutnya sendiri.

“Apa yang ku katakan tadi? Untuk apa aku peduli pada Jessica? Kenapa aku tidak ingin kehilangan Jessica?,”

Jongin mengacak-acak rambutnya.

***

 

“Jessica-ya!,” panggil Luhan sambil berlari mengejar Jessica.

“Eh? Ada apa, Lu? Bukankah kau harus segera pulang karena kau akan pergi ke China?,” tanya Jessica.

“Ngg—ada yang ingin ku sampaikan kepadamu sebelum aku pergi ke China,” jawab Luhan.

“Sangat penting, ya? Kalau tidak penting, kau sampaikan saat setelah kau kembali ke Seoul saja,” ucap Jessica.

“Tidak bisa. Itu terlalu lama,” ucap Luhan.

“Oke. Jadi, ada apa?,”

“Ngg—,” Luhan menarik napas dalam, “—maukah kau menjadi kekasihku?,”

“A-Apa?,” pekik Jessica tak percaya.

Luhan mengangguk, “Jadilah kekasihku. A-Aku jatuh cinta padamu sejak pandangan pertama. Aku ingin hubungan kita lebih dari sahabat,”

“A-Aku—aku—,”

“Jessica tidak bisa menjadi kekasihmu!,” seru seorang murid laki-laki seraya menghampiri mereka.

“J-Jongin?,”

“Siapa kau?,” tanya Luhan.

“Aku adalah kekasih Jessica,” jawab Jongin.

Luhan mendadak syok dibuatnya. Ia menatap Jessica meminta penjelasan.

“Memang benar aku kekasihnya. Tapi, hubungan kami tidak—,”

“Ku sarankan kau segera menjauh dari kehidupan Jessica. Aku tidak ingin Jessica dekat dengan lelaki lain selain aku,” ucap Jongin lalu segera menarik Jessica pergi.

“J-Jongin-ssi, lepaskan!,”

Jongin terus menarik tangan Jessica dan membawanya ke belakang sekolah.

“Untuk apa kau membawaku kemari? Dan apa maksud perkataanmu kepada Luhan tadi?,” tanya Jessica marah.

“Bukankah sudah jelas? Aku adalah kekasihmu,” jawab Jongin.

“Tapi, kita tidak saling mencintai,” ucap Jessica.

“Mungkin itu kau. Tapi, tidak dengan aku,”

Jessica tersentak, “A-Apa?,”

“Selama ini aku sangat tidak menyukaimu. Tapi, aku tidak tahu mengapa seiring berjalannya waktu, aku mulai tertarik kepadamu meskipun aku masih tidak yakin. Dan sekarang, aku sudah memantapkan perasaanku. Aku selalu marah jika kau dekat dengan Luhan. Aku tidak suka kau bersama lelaki lain. Dan aku hanya ingin menjadi satu-satunya lelaki yang dekat denganmu,” ucap Jongin.

“J-Jongin..,”

“Aku tahu kau tidak mencintaiku. Aku bisa mengerti. Aku tidak akan memaksa. Jika kau ingin mengakhiri hubungan ini, aku tidak apa-apa. Tidak usah pedulikan aku. Yang penting, aku sudah mengatakan bahwa—,” Jongin menarik napas dalam, “—aku mencintaimu!,”

Jongin berbalik, berniat ingin pergi. Namun, Jongin menahan langkahnya saat ia merasakan sepasang tangan melingkari perutnya. Jessica sedang memeluknya dari belakang.

“Aku juga mencintaimu, bodoh!,”

“A-Apa?,”

“Selama ini aku menutupi perasaanku. Selama ini aku sudah jatuh cinta kepadamu. Kau berbeda dengan yang lain. Kehebatan kungfumu membuatku semakin tertarik kepadamu. Kau bukan lelaki yang lemah, dan aku suka itu. Setelah Sooyoung bertaruh denganmu, aku selalu menghindarimu. Aku takut, sikap salah tingkahku kepadamu dapat kau ketahui dengan mudah. Tapi, seiring berjalannya waktu, aku mulai nyaman dan terbiasa bersamamu. Dan perasaan itu semakin menjadi. Dan aku tidak pernah menyukai Luhan lebih dari sahabat,” ucap Jessica.

Jongin berbalik dan memeluk Jessica erat, “Jadi, perasaanku terbalaskan?,” tanyanya.

“Tentu saja,” jawab Jessica.

“Tak ku sangka, aku akhirnya bisa jatuh cinta kepada gadis preman. Padahal aku mati-matian bersumpah bahwa aku takkan pernah jatuh cinta kepadamu,” ucap Jongin.

“Aku juga melakukan hal yang demikian kepada ketiga sahabatku yang selalu ingin tahu soal hubungan kita,” ucap Jessica.

“Tapi, aku tidak peduli. Sekarang, tidak ada lagi kecanggungan diantara kita,” ucap Jongin.

Jessica mengangguk. Mereka bertatapan dalam diam. Hal itu berlangsung selama satu menit. Dan akhirnya sesuatu yang baru telah terjadi. Sehun dan Sooyoung berhasil mengabadikan ciuman pertama Jessica dan Jongin di kamera milik mereka.

END

Huah! Selesai, deh! Buat Park Yuko, semoga kamu suka dengan FF ini, ya? Readers juga, ya. Dan jangan lupa komentarnya.

Baca juga ‘Request FF’ lainnya, yaks? ^^

Sacred In The Dust


Title : Sacred In The Dust

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
• SNSD’s Jessica as Jessica Jung
• EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :
• EXO-M’s LuHan as Xiao Lu Han
• EXO-K’s Kai as Kim Jongin
• EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
• SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
• SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
• SNSD’s Seohyun as Seohyun Jo
• SNSD’s YoonA as Im Yoona
• etc

Genre : Angst, Romance, Friendship

Length : Oneshot

Rating : PG17

Note : Terinspirasi dari lagu malaysia, lupa siapa penyanyinya yang pasti judul lagunya ‘Suci dalam debu’ sama dengan arti judul FF ini. Saya jatuh cinta sama liriknya apalagi pas di bawain oleh Alex Rudiart di X-Factor. Keke

    Poster © AzaleaChoi74 @ Graphics Art

>>>

Jessica sedang berjalan menelusuri koridor kampus di iringi ejekan dari para mahasiswa di kampus tersebut yang di tujukan kepadanya. Jessica sudah terbiasa dengan hal ini karena memang setiap hari mereka melakukan hal tersebut kepada Jessica.

Menyakitkan?

Tentu saja. Hingga Jessica harus meng-nonaktifkan pendengarannya. Bahkan Jessica sangat berharap bahwa ia bisa menjadi tunarungu. Namun, inilah pemberian Tuhan untuknya. Kesalahan harus di bayar dengan kesalahan. Kesalahan fatal yang ia buat membuahkan hasil yang sangat menakutkan.

Dan akhirnya.. Jessica sampai di kelasnya—ruang kelas jurusan bisnis manajemen. Jessica duduk di kursinya. Hingga datanglah dosen tampan dan muda masuk di kelas mereka.

“Good morning, everyone!,”

“Good morning, Mr. Kris,” balas semua mahasiswa.

Kris menatap Jessica yang sedang menunduk. Ia tersenyum kecil.

“What’s wrong, Jessica Jung?,” tanya Kris.

Jessica spontan mengangkat kepalanya. Wajah murungnya ia hapus sebisanya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

“If you sick, you must go to clinic!,” ucap Kris.

“No, thanks. I’m very well, sir,” jawab Jessica.

“Mana mungkin Jessica Jung sakit!,” seru Yuri.

“Pasti dia kelelahan karena sudah bercinta dengan banyak pria,” sahut Seohyun.

Seisi kelas menertawakan Jessica, kecuali Kris dan Kim Joonmyun—salah satu mahasiswa di kelas tersebut.

“Silent!,” ucap Kris, setengah berteriak.

Semua mahasiswa mengatup rapat mulut mereka. Jika Kris marah, kelas mereka akan hancur. Kris merupakan dosen muda yang sering sekali emosi. Bahkan para mahasiswa menganggapnya adalah seorang psikopat.

Kelas tersebut memulai pelajaran. Semuanya tampak sedang serius mengisi lembar soal yang di berikan Kris. Termasuk Jessica. Jessica sangat bersungguh-sungguh dengan jurusannya ini. Cita-citanya adalah menjadi seorang pebisnis atas yang ternama. Namun, cita-citanya seperti sekedar bayangan semu karena sedikitpun tak bisa ia capai karena statusnya yang jelek di mata semua orang.

Segumpal kertas tiba-tiba saja muncul di atas mejanya. Jessica mencari-cari sumber yang melemparkan kertas tersebut. Oh, ternyata player nomor 1 di kampusnya—Kim Jongin. Jongin sedang tersenyum kepada Jessica.

Jessica pun membuka kertas tersebut dan membaca isinya.

I want a beautiful night tonight. Please go to Swan Hotel in Busan. Don’t worry, I’ll pay you and I’m not tell anybody. Okay, honey?

Jessica menghela napas kasar. Terlebih lagi Jongin memakai bahasa Inggris yang sangat mudah ia mengerti. Jongin memintanya untuk melayaninya di Hotel Swan di Busan. Dia berjanji akan membayarnya dan tidak memberitahu orang lain.

Namun, segumpal kertas kembali ia dapatkan. Tanpa basa-basi, Jessica langsung membukanya.

WANITA JALANG!

Jessica bisa melihat Yuri yang menatapnya tajam. Oh, Yuri adalah mantan kekasih Jongin yang sampai saat ini masih mengejar Jongin.

Jessica tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan memaksa dirinya untuk menyandang status tersebut. Dan seharusnya, Jessica di keluarkan dari kampusnya karena Jessica sudah mencemarkan nama baik kampus tersebut. Hanya saja banyak pihak yang masih tidak percaya dengan isu yang sudah tersebar luas di seluruh Korea Selatan. Jessica merupakan mahasiswa berprestasi. Sangat sulit untuk mempercayai bahwa Jessica adalah seorang wanita jalang.

>>>

Jessica sudah tiba di Hotel Swan. Jongin sudah mengirimkan nomor kamar melalui pesan teks. Setelah menanyakan resepsionis, Jessica segera pergi menuju kamar bernomor 121.

Dan.. Jessica sudah tiba di kamar tersebut. Jongin adalah pelanggan setia Jessica. Mereka sudah sering melakukan seks hingga Jessica mempercayai bahwa Jongin tak akan melaporkan ini kepada siapapun. Jessica sangat mengharapkan itu.

Pintu kamar tersebut terbuka. Jongin dengan keadaan telanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek memasang wajah polosnya. Ia tersenyum melihat Jessica mengenakan dress merah sepaha yang memperlihatkan paha mulus yang tak pernah membosankan seorang Kim Jongin.

“Ayo masuk, sayang. Aku sudah tidak sabar,” ucap Jongin.

Jessica menghela napas kasar. Terkadang dirinya ingin menangis. Ia sudah terjebak di dunia ini. Ia hanyalah debu yang sudah tak suci lagi.

Jongin berjalan hingga ia berada di belakang Jessica. Tangannya melingkari perut Jessica dan berusaha mendorong agar Jessica yang sedari tadi melamun untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ia pesan.

>>>

Jessica terbangun dari tidurnya. Ia menemukan dirinya berada di tempat asing. Oh, ia hampir lupa apa yang ia lakukan tadi malam bersama pria yang saat ini masih terlelap di sampingnya. Mereka berdua tak mengenakan busana dan hanya terbalut oleh selimut. Jessica pun segera beranjak dan meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Jessica pergi menuju kamar mandi di kamar tersebut untuk membersihkan diri.

Setelah selesai berpakaian lengkap, Jessica melihat Jongin yang juga sudah berpakaian lengkap berjalan menghampirinya. Jongin memberikan uang dengan angka yang lumayan besar kepada Jessica.

“Tadi malam kau lemas sekali. Harusnya kau membalasku. Aku menginginkan malam seperti malam pertama kita bertemu lain kali. Aku akan membayarmu lebih,” ucap Jongin.

Jessica terkisap dengan pria yang berada di hadapannya. Ia benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Jessica yakin, bukan hanya dirinya yang menjadi partner seks seorang Kim Jongin.

>>>

Jessica dan sahabatnya—Taeyeon—sedang makan siang di sebuah kafe. Hari ini merupakan hari libur untuk kelas mereka. Jadi, mereka bisa bebas tanpa harus penat memikirkan pelajaran.

“Tadi malam kau melayani Jongin lagi?,” tanya Taeyeon.

Jessica mengangguk lemas.

“Dia membayarmu berapa?,” tanya Taeyeon.

“Lima puluh juta won,” jawab Jessica.

Taeyeon sedikit kaget mendengar jumlah yang banyak. Namun ini sudah biasa untuk Jessica karena biasanya ia di bayar lebih oleh pria-pria lain. Namun, sepertinya hanya Kim Jongin yang paling banyak membayar Jessica. Sebelumnya Jongin pernah membayar Jessica sekitar satu milyar won.

“Pasti madam Rose sangat mencintaimu,” ucap Taeyeon.

“Maksudmu?,”

“Kau adalah mesin pencetak uang untuknya. Maka dari itu, sampai saat ini ia tak pernah mengijinkanmu berhenti menjadi pekerjanya. Jika kau melepas pekerjaan ini, maka ia akan melaporkan tentang perbuatanmu selama ini kepada semua orang,” jawab Taeyeon.

Jessica menghela napas berat, “Dia benar-benar mengancamku. Aku ingin sekali berhenti,” ucapnya.

“Kau sudah berada di posisi itu, Sica-ya. Mau tidak mau, kau harus menyelesaikan posisimu hingga akhir,” ucap Taeyeon.

Jessica terdiam. Inilah resikonya. Ia merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling sial di dunia. Ya, ia selalu merasa seperti itu.

>>>

Jessica sedang memeluk sebuah buku tebalnya sambil berjalan menelusuri koridor kampusnya. Saat ia melewati tikungan, tiba-tiba saja ia menabrak seorang mahasiswa. Buku yang Jessica peluk menjadi terjatuh ke lantai.

“M-Maafkan aku. Aku sangat menyesal,” sesal Jessica.

Mahasiswa itu tersenyum lalu meraih buku tebal milik Jessica dan memberikannya pada Jessica.

“Lain kali hati-hati, Jessica-shi,” ucapnya lembut.

Jessica terpana akan senyuman dan suara lembutnya. Siapa yang tak terpana dengan kesempurnaan Kim Joonmyun—mahasiswa tampan dengan kepribadian yang sangat baik. Jessica merasa tidak pantas berteman dengan pria sesuci Kim Joonmyun yang sering berdoa ke gereja dan menyumbang dana yang ia dan keluarganya punya untuk orang-orang yang tidak mampu.

“A-Aku permisi dulu, Joonmyun-shi,” ucap Jessica, seraya membungkuk sopan lalu meninggalkan Joomnyun.

Joonmyun berbalik dan menatap punggung Jessica yang semakin menjauh. Ia mengukir senyuman di bibirnya. Benar-benar gadis yang manis, batinnya.

>>>

Jessica masuk ke dalam kelasnya. Ia melihat Jongin yang sedang bersama teman-temannya tersenyum ke arahnya. Jessica tak mempedulikan pria yang menidurinya kemarin malam itu. Jessica segera duduk di tempatnya.

Seperti biasa, di mejanya penuh dengan gumpalan kertas. Jessica membukanya satu persatu. Semua isinya sama saja. Kertas yang mengatai Jessica adalah seorang pelacur sialan. Jessica memasukkan gumpalan kertas tersebut ke dalam tasnya daripada ia harus melihat keadaan mejanya yang berantakan.

Jessica baru saja ingin mengambil pena miliknya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Pena miliknya ia letakkan di dalam buku tebalnya. Tetapi, ia sudah mengobrak-abrik setiap halaman buku tersebut dan ia belum mendapatkannya.

“Mencari ini?,”

Jessica mendongakkan kepalanya. Oh, ternyata pria suci—Kim Joonmyun. Jessica mendadak grogi. Selalu saja grogi di setiap ia berjumpa dengan Joonmyun yang selalu ramah pada semua orang. Ia pikir Joonmyun berbeda dengan pria-pria lain yang bajingan.

Jessica perlahan meraih pena yang di pegang oleh Joonmyun, “T-Terima kasih,” ucapnya.

Joonmyun tersenyum, membuat Jessica menelan salivanya kasar. Oh my goodness, senyumannya seperti malaikat, pikir Jessica.

“Aku harap kita bisa berteman,” ucap Joonmyun, lalu kembali ke kursinya.

Jessica terdiam sembari memikirkan kalimat terakhir Joonmyun. Berteman? Apa Joonmyun tidak salah bicara?, pikirnya.

Jessica sangat menyadari bahwa ia seribu kali tidak pantas untuk berteman dengan Joonmyun. Maka dari itu, ia masih tak percaya Joonmyun mengatakan kalimat hangat seperti itu.

>>>

Sudah dua hari berlalu, ia tak mendapatkan pekerjaan. Mungkin saat ini pekerja-pekerja Madam Rose masih sanggup melayani pria-pria brengsek selagi Jessica masih sibuk kuliah.

Tiba-tiba, Tao—mahasiswa satu kelas dengan Jessica—menghampiri Jessica. Jessica sempat kaget. Ia sempat berpikir apakah pria asal China itu ingin di layani olehnya juga seperti Jongin. Karena yang ia tahu, Tao dan Jongin adalah sahabat, juga dengan Sehun dan Chanyeol.

“Jessica-shi, ada kabar buruk,” seru Tao.

Jessica spontan berdiri. Ia melihat wajah panik dari Tao, “Apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Sahabatmu—Kim Taeyeon jurusan kelas seni, dia terjatuh dari tangga dan sekarang sedang di rawat di ruang kesehatan,” jawab Tao.

Jessica pun segera berlari keluar dari kelasnya. Melihat itu, Tao tersenyum puas. Ia mulai mengetik pesan melalui ponselnya untuk sahabatnya Sehun.

Mission complete. Sekarang aku tinggal mengurus Jongin dan Chanyeol agar mereka tak mengetahui hal ini.

>>>

Jessica segera berlari menuju ruang kesehatan. Setelah ia sampai, ia segera membuka pintu ruang tersebut.

“Taeyeon-ah?,” panggil Jessica.

Tidak ada seorang pun di ruang kesehatan. Kasur-kasur di ruang tersebut pun tak ada yang menempati.

Tiba-tiba, seorang pria yang muncul di belakang Jessica segera menutup dan mengunci rapat pintu tersebut. Otomatis Jessica berbalik. Jessica pun menjadi syok.

“S-Sehun-shi?,” pekiknya.

Sehun tersenyum sambil berjalan mendekati Jessica. Namun Jessica terus berjalan mundur hingga punggung Jessica menabrak kasur di hadapannya.

“Semakin hari, kau semakin menggoda saja, Jessica-shi,” ucap Sehun.

“Apa maumu?,” tanya Jessica, was-was.

“Mauku?,” tanya Sehun, seraya membuka kancing kemeja yang di kenakan Jessica satu persatu.

Kini Jessica mengerti. Rupanya ada lagi pria brengsek yang mau bermain denganku, batinnya.

“Aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku juga akan membayarmu. Tapi, aku meminta satu hal darimu,” ucap Sehun seraya memberikan sentuhan di setiap tubuh Jessica dengan tangannya.

“Apa?,” tanya Jessica.

“Kau harus merahasiakan ini dari partner seksmu, Jongin,” jawab Sehun, lalu mulai melumat bibir tipis Jessica.

Jessica pun hanya pasrah. Ya, apa yang bisa ia lakukan? Jika ia menolak, ia akan tahu apa resikonya. Sehun bisa saja memotret apa yang mereka lakukan dan melaporkannya kepada pihak kampus.

>>>

Jessica berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ada sebuah pemandangan yang sangat ia benci. Tepat di ruang tengah, ia melihat Ayahnya dan seorang wanita yang tidak ia kenal sedang melakukan seks di atas sofa.

Jessica naik ke lantai atas tanpa mempedulikan aktivitas Ayahnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dengan penuh air mata. Di raihnya sebuah figura yang di dalamnya terdapat foto seorang wanita cantik yang mirip dengannya.

“Mom, andai kau disini. Aku yakin, sampai saat ini pun aku masih perawan. Dan kita semua akan hidup bahagia. Dad tidak akan mabuk-mabukan dan suka berhutang hingga saat Dad tak punya uang, Dad akan menjual puteri tunggalnya sendiri,” ucap Jessica, terisak.

Jessica merebahkan tubuhnya sambil memeluk figura tersebut, “Aku harap kebahagiaan akan datang. Dan kesedihan akan segera berakhir,” gumamnya.

>>>

“Lancang sekali Tao dan Sehun!,” geram Taeyeon.

“Jangan keras-keras,” bisik Jessica.

“Tapi mengapa mereka memakai aku? Sampai mengatakan bahwa aku terjatuh dari tangga,” gerutu Taeyeon.

Jessica tersenyum pahit, “Namanya juga pria. Semuanya brengsek,” ucapnya.

“Tapi tidak dengan pria yang berjalan menuju kemari,” bisik Taeyeon.

Jessica mengernyit bingung. Ia mengikuti arah pandang Taeyeon. Ia begitu kaget saat Joonmyun sudah ada di dekatnya.

“Selamat pagi, Jessica-shi!,” sapa Joonmyun.

Jessica kembali grogi, “S-Selamat pagi,” balasnya.

“Boleh aku duduk disini?,” ijin Joonmyun.

Jessica mengangguk perlahan. Joonmyun tersenyum dan duduk di antara Jessica dan Taeyeon. Jessica menjadi canggung.

“Apa kau adalah Kim Taeyeon?,” tanya Joonmyun.

Taeyeon mengangguk, “Ya, salam kenal,” jawabnya.

Joonmyun membalasnya dengan senyuman. Taeyeon saja yang memiliki kriteria pria di atas rata-rata merasa terpesona pada Joonmyun, apalagi Jessica.

Mereka berada di kantin kampus. Ketiganya mulai melahap sarapan mereka.

“Jessica-shi, rumahmu dimana?,” tanya Joonmyun.

Jessica menggigit bibirnya, “U-Untuk apa kau menanyakan hal itu?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum tipis, “Siapa tahu suatu saat aku ingin berkunjung ke rumahmu,”

Rumahku di kunjungi oleh Joonmyun yang suci?, batinnya tak percaya.

Taeyeon menendang kaki Jessica, membuat Jessica kembali tersadar dalam lamunannya.

“Rumahku di kawasan gangnam,” jawab Jessica.

“Woah! Rupanya rumah kita berdekatan,” seru Joonmyun.

“B-Benarkah?,” tanya Jessica tak percaya.

Joonmyun mengangguk, “Kalau aku mengetahui ini dari awal, aku pasti akan sering bermain ke rumahmu,” jawabnya.

Jessica tersenyum tipis. Ia melihat inisiatif Joonmyun untuk berteman dengannya seperti besar sekali.

Terima kasih karena sudah mau berteman denganku, Kim Joonmyun, gumam Jessica dalam hati.

>>>

Jessica membuka lokernya yang penuh dengan gumpalan kertas. Ia menghela napas berat. Baru ia ingin meraih salah satu dari gumpalan kertas tersebut, tiba-tiba ada yang menari rambutnya kasar.

“Aw!,” rintih Jessica.

“Dasar wanita jalang! Apa kau kurang puas dengan pria-pria yang lain? Sekarang kau mau menodai pria sesuci Joonmyun?,” bentak Seohyun.

“Aku tidak pernah berniat untuk melakukan itu, Seohyun-shi,” ucap Jessica.

“Jangan sok suci. Kau itu hanyalah debu. Kau itu wanita kotor!,” seru Yoona, lalu menampar pipi Jessica.

“Aku tidak pernah menginginkan itu semua,” ucap Jessica, terisak. Akhirnya ia menangis.

“Alasan apa kali ini, Jessica Jung? Kau memang hebat karena semua dosen mempercayaimu. Tapi, kami tidak akan pernah mempercayaimu. Kau sering melakukan seks dengan Jongin, dan dua hari yang lalu bersama Sehun, bukan?,” seru Yuri.

“A-Aku tidak—”

“Jika Jongin mengetahui apa yang kau lakukan dengan Sehun, pasti mereka akan bertengkar hebat,” ucap Yoona.

“Lalu, apa peduli wanita murahan sepertimu? Kau tidak peduli bukan jika persahabatan mereka hancur? Kau hanya menginginkan kenikmatan, bukan?,” tebak Seohyun.

“CUKUP!!!,”

Mereka berempat menoleh ke sumber suara. Dan yang benar saja, Joonmyun lah orangnya. Ia menghampiri empat wanita itu dengan ekspresi yang berbeda dari biasanya. Ia tampak marah.

“Joonmyun-ah, wanita yang akhir-akhir ini dekat denganmu adalah seorang wanita jalang. Benar, kan, Jessica-shi?,” tanya Seohyun, seraya menarik rambut Jessica.

“Hentikan~” pinta Jessica, kesakitan sambil menangis.

“Cukup, Seohyun-shi. Jangan menyakitinya,” ucap Joonmyun.

“Wanita kotor sepertinya pantas untuk—”

PLAK!!

Seohyun memegang pipinya. Ia syok saat pria sebaik Joonmyun menamparnya. Pria yang selama ini ia kagumi telah menamparnya.

“Sebelum kalian memaki orang lain, lebih baik kalian bercermin,” ucap Joonmyun.

“Apa maksudmu?,” tanya Yuri.

“Yuri, kau juga merupakan partner seks Jongin, bukan?,” tebak Joonmyun.

“A-Aku tidak—”

“Aku sudah tahu belang kalian seperti apa. Dan Yoona, kau juga sering ke Hotel bersama pria-pria, bukan?,”

Yoona menelan salivanya kasar, “A-Aku—”

“Dan kau—Seohyun—saat kita mengerjakan tugas di kediaman Jongin, kau dan Chanyeol dan Tao melakukan seks ganda,” seru Joonmyun.

“Darimana kau tahu itu semua?,” tanya Seohyun.

“Soalmu, Sehun merekamnya melalui pentilasi di pintu kamar mandi milik Jongin. Sedangkan momen seks Yuri dan Jongin di abadikan oleh Jongin sendiri di kamera video miliknya. Dan soal Yoona, aku pernah melihatnya sendiri,” jawab Joonmyun.

Jessica menatap ketiga wanita yang menyiksanya tadi dengan tatapan tak percaya. Ternyata mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, batinnya.

“Tapi, Jessica lebih parah. Dia sudah bermain dengan banyak pria,” seru Yuri.

“Tapi kenyataannya Jessica tak memiliki niat untuk melakukan hal tersebut. Ia melakukannya karena terpaksa,” ucap Joonmyun.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya. Darimana Joonmyun mengetahui hal itu?, pikirnya.

“Sedangkan kalian—kalian menikmatinya dan menganggap itu bukan dosa besar. Setidaknya, Jessica lebih baik daripada kalian,” ucap Joonmyun, lalu menarik lengan Jessica dan pergi meninggalkan ketiga wanita itu.

>>>

Jessica berada di belakang kampusnya bersama Joonmyun. Mereka duduk di kursi sambil memandangi danau di hadapan mereka.

Jessica mengusap air matanya, “Darimana kau mengetahui identitasku?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum, “Madam Rose,” jawabnya.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya, “K-Kalian saling mengenal?,” tanyanya.

“Mungkin kau tak akan percaya. Tetapi, aku akan mengatakan fakta bahwa aku adalah anak kandung dari wanita yang kau anggap bos-mu itu,” jawab Joonmyun.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak mungkin,” gumamnya.

Joonmyun terkekeh, “Sudah ku bilang, kau tak akan percaya. Eomma adalah wanita yang baik dan selamanya menjadi yang terbaik. Namun, suatu hari beliau di jebak oleh seorang ahjussi. Mereka di dapati berada dalam satu kamar di hotel tanpa mengenakan busana apapun. Saat itu umurku masih 3 tahun dan saat itulah eomma dan appa bercerai dan appa menikah lagi dengan seorang wanita yang ayahnya adalah seorang pendeta di gereja,”

“Maka dari itu kau sangat suka berdoa disana?,” tanya Jessica.

Joonmyun mengangguk, “Aku senang punya eomma seperti dia. Tapi, aku tetap menyayangi eomma kandungku. Aku sering mengunjunginya dan beliau bercerita banyak tentangmu dan keluargamu. Aku saja yang berpura-pura tidak mengenalmu,” jawabnya.

Jessica menunduk. Ia memikirkan apakah bisa dengan pertolongan Joonmyun, ia meninggalkan profesi buruknya itu, pikirnya.

“Eomma sangat menyayangimu maka dari itu beliau tak ingin kau berhenti bekerja dengannya. Bukan karena beliau menginginkan uang penghasilanmu,” ucap Joonmyun.

Jessica menoleh ke arah Joonmyun.

“Tapi, cara eomma salah. Eomma sadar bahwa eomma telah membuatmu ternodai. Aku terus membujuk beliau untuk mengijinkanmu berhenti. Akhirnya beliau mau asalkan kau memang berniat untuk berhenti,” ucap Joonmyun, seraya menatap Jessica.

“Madam Rose mengijinkanku berhenti?,” tanya Jessica, dengan mata yang berbinar-binar.

Joonmyun mengangguk. Hal itu membuat Jessica hampir memeluknya. Namun, Jessica ingat bahwa Joonmyun adalah pria yang suci. Ia tak mungkin menodai seorang Kim Joonmyun, cucu tiri dari seorang pendeta.

“Tidak apa jika kau ingin memelukku,” ucap Joonmyun.

Jessica hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia mendongak ke langit di angkasa.

Akhirnya, kebahagiaan datang, mom, batinnya.

>>>

Jessica keluar dari ruang ujian dengan perasaan lega. Ia tak sabar menunggu hasil ujiannya. Apakah ia lulus atau tidak.

“Kau pasti lulus, Sica-ya,”

Jessica tersenyum pada pemilik suara hangat tersebut. Semenjak hari itu, persahabatan Jessica dan Joonmyun semakin dekat. Jessica juga tak lagi melayani pria-pria terutama Jongin maupun Sehun. Pernah suatu hari mereka berdua mengancam akan melaporkan apa profesi Jessica selama ini jika Jessica tidak melayani mereka. Namun, tampaknya Joonmyun berhasil menghandel masalah tersebut dengan ancaman akan menyebarkan video mesum Jongin dan Yuri, juga akan melaporkan pada Jongin bahwa Sehun sudah mengkhianati persahabatan mereka. Akhirnya, Jessica bebas dari tangan Jongin dan Sehun.

Namun, yang sampai saat ini masih Jessica sedihkan adalah Ayahnya yang tidak mau berubah. Masih saja senang berjudi dan melakukan seks dengan wanita-wanita lain.

“Jessica Jung~” panggil seorang dosen.

“Ya, Kang songsaenim?,” balas Jessica.

Dosen Kang memberikan sebuah amplop pada Jessica. Jessica meraihnya dan membungkuk sopan. Setelah dosen Kang pergi, Jessica segera duduk di sebuah kursi di ikuti Joonmyun.

“Haruskah ku buka sekarang?,” tanya Jessica ragu.

“Bukalah,” jawab Joonmyun.

Jessica perlahan membuka isi amplop tersebut. Dengan penuh perasaan takut, ia membaca isi surat tersebut.

“LULUS?,” pekik Jessica, tak percaya.

“Benar. Kau lulus, Sica-ya,” ucap Joonmyun.

Jessica terlalu senang hingga ia memeluk Joonmyun untuk yang pertama kalinya. Namun, dengan cepat ia melepaskan pelukan tersebut dan menunduk. Semburat merah menghiasi wajahnya.

“Maafkan aku,” ucap Jessica menyesal.

Joonmyun mengacak rambut Jessica, “Kau memang wanita yang lucu, Sica-ya. Tidak apa kok. Kita kan sahabat,”

Jessica mengangguk. Yeah, sahabat. Apakah selamanya kami akan menjadi sahabat? Ugh, jangan berharap lebih, Jessica. Kau itu bekas wanita kotor dan berdebu. Mana mungkin kau akan menikah dengan pria sesuci Kim Joonmyun, pikirnya.

>>>

Jessica merapikan map yang ada di mejanya. Ya, sekarang Jessica telah berhasil menggapai cita-citanya meskipun ia hanya menjadi sekretaris seorang pebisnis besar di Beijing, yaitu Xiao Lu Han. Jessica bekerja di sebuah perusahaan besar di Beijing, China. Pekerjaan ini membuatnya harus terpisah dengan sahabatnya, Joonmyun. Namun Joonmyun dan Jessica sering mengirim email dan seminggu sekali Joonmyun mengunjungi Jessica.

Jessica masih tak menyangka ternyata Tuhan memberikannya kesempatan untuk memperbaiki jalannya. Ini semua juga berkat Joonmyun yang selalu setia bersamanya. Bahkan Jessica sangat terkenal di negara Korea Selatan dan China berkat kecerdasan otaknya, ia berhasil membuat eksperimen untuk mendamaikan dua negara yang terlibat perseteruan dua tahun silam. Nama jeleknya di mata orang-orang yang mengatainya wanita kotor sepertinya sudah bersih kembali.

Tiba-tiba, telepon berdering di mejanya. Jessica mengangkat telepon tersebut.

“Nihao~”

“Jessica Jung, bisakah kau antarkan berkas hasil rapat kemarin ke ruanganku? Ini Luhan,”

Jessica mengangguk, “Baiklah. Saya akan segera kesana,” jawabnya.

Jessica segera menutup teleponnya. Ia membawa map hasil rapat dan segera keluar dari ruangannya menuju ruangan direktur, Luhan.

Jessica mengetuk pintu ruangan atasannya tersebut. Setelah mendengar suara mempersilakan masuk, Jessica pun membuka pintunya dan masuk dan tak lupa menutup pintu tersebut. Jessica menghampiri Luhan dengan map di tangannya.

Luhan melihat penampilan Jessica saat ini. Ia menyeringai. Betapa seksinya sekertarisnya itu. Jessica mengenakan seragam ketat dengan rok sepaha. Sebenarnya Jessica mempunyai seragam yang baru, tetapi karena belum kering, Jessica harus mengenakan seragam yang lama dan sudah mengecil.

“Maafkan aku karena seragamku—”

“Tidak apa. Aku lebih suka kau mengenakan seragam ini,” ucap Luhan, seraya bangkit dari kursinya.

Jessica mendadak takut saat Luhan menariknya untuk duduk bersama di sofa yang ada di ruangannya.

“J-Jadi—”

Luhan tersenyum misterius, “Apa kau lajang?,” tanyanya.

Jessica mengangguk pelan. Bagus, pikir Luhan.

Luhan pun menyergap Jessica dalam dekapannya. Jessica terbaring di atas sofa dengan Luhan di atasnya.

“Apa yang kau lakukan, tuan?,” tanya Jessica, takut.

Luhan mendekatkan bibirnya ke telinga Jessica, “Diam dan nikmatilah,” bisiknya, lalu mulai menghisap leher milik Jessica.

>>>

Jessica menangis dengan keadaan telanjang sambil duduk di lantai. Seragamnya sudah sobek akibat ulah direkturnya. Luhan pun dalam keadaan yang sama dengan Jessica namun Luhan masih terbaring lemah di atas sofa.

“Jangan menangis, sayang,” ucap Luhan.

Jessica tak mempedulikan perkataan Luhan. Jessica terus menangis. Ia tak menyangka ia kembali ternodai. Padahal ia sangat senang sudah berhasil melewati hari-harinya tanpa seks. Ia merasa ketakutan dan sepertinya..ia trauma.

“Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil. Tenang saja,” ucap Luhan.

Tidak, bukan itu yang aku inginkan, pikir Jessica. Jessica mencintai Joonmyun, bukan Luhan. Tapi, sepertinya Jessica memang lebih pantas menikah dengan Luhan daripada dengan Joonmyun yang terlalu suci untuk Jessica.

>>>

Luhan dan Jessica pergi ke dokter kandungan untuk mengecek apa yang Jessica alami. Apakah hamil atau tidak.

“Saya tidak tahu harus berkata apa,” ucap dokter kandungan itu.

“A-Ada apa, dokter?,” tanya Jessica takut. Ia menggenggam erat tangan Luhan.

“Nona Jessica mengalami kanker rahim,”

Jessica merasa petir yang sangat dahsyat menghantam hatinya. Hancur sudah masa depannya memiliki seorang momongan. Air mata Jessica berlinang deras.

“T-Tidak mungkin, dokter. Coba kau periksa sekali lagi,” pinta Luhan.

“Penyakit ini sudah stadium 4. Dan hal ini menyebabkan nona Jessica takkan memiliki anak bahkan bisa menyebabkan kematian,”

Jessica mendadak lemas mendengarnya. Pandangan Jessica mulai kabur hingga gelap.

>>>

Jessica membuka matanya perlahan. Ia kaget saat seorang pria tertidur di atas tangannya. Rambutnya berwarna hitam. Sudah pasti bukan Luhan, pikirnya.

Pria itu bangun dan bangkit. Jessica merasakan sesak pada pernafasannya. Ternyata pria itu adalah Kim Joonmyun—orang yang ia cintai.

“Kau sudah sadar,” ucap Joonmyun sambil tersenyum.

“Bagaimana kau bisa ada disini?,” tanya Jessica.

“Bosmu yang menghubungiku,” jawab Joonmyun.

“D-Dimana dia sekarang?,” tanya Jessica.

“Dia berada di Beijing,” jawab Joonmyun.

“J-Jadi, aku berada di—”

“Rumah sakit Mary. Seoul, Korea Selatan,” jawab Joonmyun seraya mengusap pipi Jessica.

“J-Joonmyun-ah, aku—nyawaku—”

“Sshh!,” seru Joonmyun, “Jangan berbicara yang aneh-aneh. Kau akan tetap hidup,”

“Tapi, aku takkan punya anak. Seandainya aku memeriksa kandunganku dari saat kita kuliah. Penyakitku pasti takkan separah ini,” ucap Jessica, sambil menangis, “Tak akan ada pria yang mau menikah denganku,” tambahnya.

“Aku mau kok,” ucap Joonmyun sambil tersenyum hangat.

Jessica menggeleng, “Aku bukan wanita yang pantas untukmu, Kim Joonmyun,”

“Lalu wanita seperti apa yang pantas untukku? Aku tak pernah mempedulikan bagaimanapun bentuknya, rupanya, statusnya. Asal dia bisa menerimaku apa adanya, aku siap untuknya,” ucap Joonmyun.

“J-Joonmyun-ah—”

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, Sica-ah. Kecuali Tuhan,” ucap Joonmyun.

Jessica tersenyum mendengarnya. Ia senang bisa bertemu dengan Joonmyun. Memori pertama kali mereka bertemu muncul di benak Jessica.

“Aku mencintaimu, Kim Joonmyun,” ucap Jessica.

Joonmyun mengecup punggung tangan Jessica, “Aku juga mencintaimu, Jessica Jung,”

Kalimat yang selalu di harapkan Jessica akhirnya dapat Jessica dengar. Meskipun kalimat itu hadir di detik-detik terakhirnya.

Jessica memejamkan matanya perlahan. Senyuman khas di bibirnya mulai memudar. Mesin perekam jantung terlihat datar dan mulai mengeluarkan suara tanpa henti.

Wajah Joonmyun memucat. Ia tak menyangka Jessica akan meninggalkannya secepat ini. Air matanya mulai merembes saat itu juga.

“JESSICA!!!!,”

>>>

Joonmyun menaburi bunga di atas makam seorang wanita yang sangat ia cintai. Hari ini memperingati hari ke-100 setelah kepergian kekasih hatinya. Ia menyesal karena ia tak mengungkapkan perasaannya dari awal. Tapi, Joonmyun bahagia karena wanitanya berhasil mencapai cita-citanya dan berkat perjuangannya selamai ini, namanya selalu di kenang oleh dua negara yang sempat bersekutu, Korea Selatan dan China.

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku disini baik-baik saja. Jika kau menanyakan aku sudah punya pacar atau belum, aku katakan padamu bahwa dari dulu sampai sekarang aku belum punya pacar apalagi istri,” ucap Joonmyun.

Joonmyun menghela napas berat.

“Aku tak menginginkan pernikahan di dunia. Aku ingin kita bertemu di surga dan menikah. Asal disana kau jangan mencari pacar, ya?,”

“Lucu sekali, Joonmyun-shi,”

Joonmyun menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari Luhan. Ia jadi teringat saat dirinya menghajar Luhan setelah tahu apa yang Luhan lakukan pada wanitanya di ruangannya.

“Jessica, ini aku calon suamimu. Apa kau masih ingat?,” tanya Luhan pada nisan.

Joonmyun mendesis, “Calon suami? In your dream,” cibirnya.

Luhan memicingkan matanya, “Aku adalah ayah dari bayi yang di kandung Jessica,”

“Apa kau sudah gila? Tidak ada bayi dalam kandungan Jessica,” ucap Joonmyun sedikit kesal.

Tiba-tiba, dua wanita berpakaian seperti perawat menghampiri Luhan dan memegang lengan kanan dan kirinya.

“Ayo kembali, tuan Luhan. Kita harus pulang ke rumah sakit,”

“Tidak mau. Aku mau ikut jika calon istriku juga ikut,” ucap Luhan, “Oh, ya, mana anakku?,” tanyanya.

Perawat itu menyerahkan boneka bayi pada Luhan. Luhan menimangnya dengan sayang.

“Joonmyun-shi, lihat. Ini buktinya. Aku dan Jessica punya bayi,” ucap Luhan, sambil tertawa.

Kedua perawat itu pun segera menyeret paksa Luhan dan pergi meninggalkan Joonmyun. Joonmyun hanya bisa melongo.

“Luhan ternyata memang gila. Aku rasa dia seperti itu karena merasa bersalah denganmu,” ucap Joonmyun, sambil kembali menaburi bunga di makam Jessica.

    END!

Fiuh! Akhirnya selesai juga. Pasti gaje, kan? Luhan di bikin gila. Pasti nanti pas pulang gue di jewer sama Luhan di rumah.
Minta reviewnya, ya? Ini request-an dari temen ku yang ngepens banget sama Suho-Sica. Semoga FF ini memuaskan, ya.

Still (Chapter 3) – END


Gambar

Title : Still

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • EXO-M’s Luhan as Xiao Luhan

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • f(x)’s Victoria as Song Qian
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  • JYJ’s Jaejoong as Kim Jaejoong
  • SNSD’s Tiffany as Jung Miyoung
  • SNSD’s Seohyun as Seo Joohyun (Seohyun)
  • etc

Genre : Angst, Family, Romance, Friendship

Length : Series

Note : Final chapter! Kok cepat? Karena aku udah kehabisan ide buat FF ini. Lagi pula, jika di tambah dengan FF 2 versi sebelumnya, itu udah melengkapi FF ini, bukan? So, I hope you can enjoy for this final chapter.

>>> 

Jongin berada di dalam sebuah pesawat dan duduk tepat di samping Yoona. Matanya terus mengamati gumpalan awan putih dari jendela kaca di sampingnya. Sedari tadi ia tak mengeluarkan satu katapun. Yang ada di pikirannya saat ini adalah pernyataan istrinya sebelum kepulangan mendadaknya menuju Seoul.

“Jangan terlalu berharap, Jongin-ssi. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!”

“Oppa, apa kau baik-baik saja?,” tanya Yoona.

Jongin tidak menjawab. Ia masih memandang keluar jendela kaca.

Yoona menggenggam tangan Jongin. Hal itu berhasil membuat Jongin tersadar kembali dan menatap Yoona.

“Oppa, Sooyeon eonni bukanlah yang terbaik untukmu. Masih ada aku yang mencintaimu,” ucap Yoona.

Jongin melepaskan tangan Yoona dari tangannya. Ia beralih menatap langit-langit pesawat.

“Mengapa penyesalan selalu datang di akhir, Yoona-ah?,” tanya Jongin.

Yoona ikut menatap langit-langit pesawat, “Mungkin karena itu adalah takdir,” jawabnya.

“Aku masih mencintainya. Dan aku menyesal telah menyakitinya,” lirih Jongin.

Yoona menatap Jongin dalam. Sebesar itukah rasa cintamu padanya? Lalu bagaimana denganku?, batinnya.

>>> 

“Sooyeon-ah, berhentilah menangis,” ucap Qian—seraya memeluk Sooyeon erat.

“Aku menyesal, Qian. Aku menyesal,” ucap Sooyeon, “Seharusnya aku tak mengatakan seperti itu. Awalnya aku ragu saat dia mengajakku kembali. Tapi ternyata, dia sungguhan,” tambahnya—di sela tangisnya.

“Aku mengerti, Sooyeon-ah. Ini memang berat. Pasti akan ada jalan keluarnya,” ucap Qian.

Luhan menatap Sooyeon antara miris dan kecewa. Ternyata Sooyeon telah membohonginya. Berkata bahwa ia adalah rekan kerja Jongin, namun kenyataannya ia adalah istri dari pengusaha muda itu.

“Maafkan aku, gege,”

Luhan menoleh ke sampingnya—tepat dimana Sehun berdiri, “Kenapa tidak kau ceritakan dari awal, Sehun?,” tanyanya.

“Aku ingin melakukannya, gege. Tapi, aku tak mungkin membongkar rahasia Jongin,” jawab Sehun.

Luhan menghela napas berat, “Ya sudah. Kau sendiri tidak pulang ke Seoul?,”

Sehun menggeleng, “Besok saja. Aku masih ingin jalan-jalan di Beijing dan membeli oleh-oleh untuk Seohyun,” jawabnya.

Luhan mengangguk mengerti.

>>> 

“Dimana Sooyeon?,” tanya Miyoung—pada Jongin yang duduk di hadapannya.

“Kenapa eommanim tiba-tiba datang kemari?,” tanya Jongin.

“Firasatku mengatakan kalau kau dan Sooyeon telah tiba di Seoul,” jawab Miyoung, “Sekarang dimana Sooyeon?,” tanyanya.

Jongin menjilat bibirnya, “Ngg—Sooyeon meminta untuk tetap disana beberapa hari lagi. Ia harus menghadiri acara pernikahan sahabatnya. Sedangkan aku harus kembali untuk menyelesaikan pekerjaanku,” jawabnya.

Miyoung mengangguk mengerti, “Tapi, mengapa ponsel Sooyeon tidak aktif?,” tanyanya.

Jongin menggaruk kepalanya, “K-Kemarin ponselnya tercebur di sungai. Aku berniat menggantikannya yang baru. Tapi, Sooyeon bilang nanti saja di gantinya,” jawabnya.

Lagi—Miyoung mengangguk mengerti. Sedangkan Jongin bisa menghela napas lega karena ia berhasil berbohong tanpa di curigai sedikit pun.

>>> 

Yuri menghampiri Yoona dan menarik rambut Yoona, membuat Yoona merintih kesakitan.

“Sakit, eonni. Apa yang kau lakukan?,”

Yuri melepaskan rambut Yoona dari genggamannya lalu beralih menampar Yoona tepat di pipinya.

PLAKKK!!

“EONNI!,” teriak Yoona—sambil memegang pipinya dengan mata yang berkaca-kaca.

“Kau keterlaluan, Yoona-ah. Kau mempermalukan aku saja,” seru Yuri.

“Apa maksudmu?,” tanya Yoona.

“Kau sudah membuat hubungan Sooyeon dan Jongin hancur. Harusnya kau itu sadar diri, Yoona-ah. Jongin adalah suami dari orang lain. Kau tidak boleh merebutnya seperti kau merebut es krim orang lain,” jawab Yuri—murka.

“Aku hanya ingin mendapatkan apa yang ku inginkan, eonni,” ucap Yoona.

“Tapi bukan begitu caranya,” ucap Yuri.

Yoona beranjak berdiri, “Lalu, sekarang apa maumu, eonni?,” tanyanya.

“Lebih baik kau kembali ke Tokyo, Yoona-ah,” jawab Yuri.

“Aku tidak mau!,” tolak Yoona.

Yuri menggeram kesal, “Kalau begitu, keluar dari apartemenku!,” bentaknya.

Yoona menatap Yuri tajam, “Kau mengusirku? Beraninya kau,” ucapnya.

“Kau ingin melaporkan hal ini pada Ibumu? Kau pikir aku akan diam saja? Tinggal ku laporkan ulahmu selama disini yaitu menghancurkan rumah tangga orang lain dan kau akan di bunuh oleh Ibumu,” ancam Yuri.

Yoona terdiam. Jika Yuri melaporkan hal tersebut, Yoona pasti akan di kurung di rumahnya di Tokyo.

“Baiklah. Aku akan keluar dari apartemenmu,” putus Yoona.

>>> 

“Ini untukmu!,”

Seohyun mengerjap, “A-Apa ini?,” tanyanya.

Sehun tersenyum, “Ambil dan bukalah. Anggap saja sebagai tanda permintamaafanku,” jawabnya.

Seohyun pun meraih kado pemberian Sehun dan membukanya. Ia begitu kaget saat melihat sepasang sepatu di dalam kado tersebut dengan tanda tangan idolanya, Xiao Luhan.

“K-Kau bertemu dengan Xiao Luhan?,” tanya Seohyun—tak percaya.

“Aku tidak sengaja berpapasan dengannya. Dan aku pun meminta tanda tangannya pada sepatu yang ku belikan khusus untukmu,” jawab Sehun.

Seohyun segera melepas kado tersebut hingga jatuh ke lantai. Sehun cukup kaget melihat insiden tersebut. Apa Seohyun marah?, batinnya.

Namun ternyata Seohyun malah memeluk Sehun dengan erat.

“Aku mencintaimu, Sehun oppa,” ucap Seohyun.

Sehun tersenyum mendengarnya, “Aku juga mencintaimu, Seohyunnie,” balasnya.

>>> 

Sooyeon duduk di kursi yang terletak di taman dekat rumah Qian. Matanya memandang bunga-bunga yang tertiup oleh angin yang berhembus pelan.

“Sudahlah, noona,”

Sooyeon menoleh ke sampingnya. Ternyata Luhan telah duduk di sampingnya. Entah sejak kapan.

“Jangan selalu bersedih. Tidak baik untuk kesehatan,” ucap Luhan.

“Kau tidak mengerti, Lu,” ucap Sooyeon.

“Siapa bilang?,” tanya Luhan, “Aku mengerti kok perasaanmu, noona. Tapi, tidak seharusnya kau seperti ini terus. Tersenyumlah. Kebahagiaan pasti akan datang,” tambahnya.

Sooyeon menyandarkan kepalanya di bahu Luhan. Luhan sempat kaget namun ia mencoba bersikap biasa saja.

“Xie xie, Lu,” ucap Sooyeon.

“Hngg?,”

“Kau sudah mau menjadi sahabat terbaikku. Terima kasih,” ucap Sooyeon.

Luhan tersenyum mendengarnya. Tangannya bergerak untuk mengusap kepala Sooyeon.

“Sampai kapanpun, aku akan menjadi sahabat terbaik untukmu, noona,” gumam Luhan.

>>> 

“Untuk apa kau kemari?,” tanya Jongin, “Dengan koper-kopermu itu? Kau mau kembali ke Tokyo?,”

“Oppa, ijinkan aku untuk tinggal disini,” pinta Yoona.

Jongin membelalakkan matanya, “Apa? Kau gila? Appa akan membunuhku jika kau tinggal disini,”

Yoona langsung menangis, “Yuri eonni mengusirku, oppa. Aku harus tinggal dimana?,” tanyanya.

“Tinggal di hotel saja,” usul Jongin.

“Hotel terlalu mahal, oppa,” ucap Yoona.

“Kalau begitu, apartemen saja,” usul Jongin.

“Aku tidak punya uang untuk menyewa apartemen,” ucap Yoona.

Jongin menghela napas berat. Dasar menyusahkan, batinnya.

>>> 

Sooyeon mencoba menghubungi seseorang melalui tempat penelponan umum. Ia menunggu orang itu untuk menjawab panggilannya.

“Halo?,”

Sooyeon segera menutup teleponnya. Tangannya memegang dadanya. Napasnya pun tak beraturan.

“Akhirnya aku bisa mendengar suaramu lagi,” gumam Sooyeon.

>>> 

Jongin memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya.

“Dari siapa, oppa?,” tanya Yoona.

“Tidak tahu. Mungkin orang iseng,” jawab Jongin.

“Jadi, bagaimana, sajangnim? Apakah teman anda bersedia untuk tinggal di apartemen ini?,” tanya seorang wanita setengah paruh.

“Bagaimana, Yoona-ah?,” tanya Jongin.

“Apartemen ini cukup nyaman. Aku mau kok,” jawab Yoona.

“Baiklah. Terima kasih sudah menyewa apartemen ini. Jika ada masalah, segera hubungi kami,” ucap wanita setengah paruh itu.

“Baiklah,” jawab Yoona.

“Terima kasih, Minseon-ssi,” ucap Jongin.

“Sama-sama, sajangnim. Saya permisi,”

Setelah wanita setengah paruh itu pergi, Yoona pun segera membawa koper-kopernya menuju kamarnya. Sedangkan Jongin memilih untuk duduk di sofa sambil menonton TV.

Namun, Jongin kembali teringat akan sosok yang ia cintai.

“Sudah tiga hari aku tak bertemu dengannya. Rasanya seperti tak bertemu selama tiga tahun,” gumam Jongin.

“Sooyeon-ah, apa yang sedang kau lakukan disana? Apa kau sedang memikirkan orang yang tak kau cintai lagi?,” tanya Jongin.

“Oppa, kau berbicara dengan siapa?,” tanya Yoona—yang berhasil memecahkan bayangan Jongin.

“Ah, tidak,” jawab Jongin.

>>> 

Sooyeon sedang makan malam bersama Qian dan Luhan. Mereka menikmati sup buatan Qian serta kalkun panggang buatan Luhan.

“Bagaimana kalkun buatanku, noona?,” tanya Luhan.

“Hmm—sangat enak. Gurihnya terasa dan bumbunya juga,” jawab Sooyeon—ceria.

“Bagaimana dengan sup buatanku?,” tanya Qian.

“Sup buatanmu tak kalah enak kok, jiejie,” jawab Luhan.

Sooyeon mengangguk, “Sup buatanmu tak kalah lezat dari sup buatan restoran Italie dan Prancis,” sahutnya.

Qian tersenyum mendengarnya. Sedangkan Luhan merasa senang karena Sooyeon sudah kembali ceria.

Namun, tiba-tiba ponsel Luhan berdering.

Luhan segera meraih ponselnya dan mengangkatnya, “Ada apa, Sehun?,” tanyanya.

“Bisa bicara dengan Sooyeon?,”

“U-Untuk apa?,” tanya Luhan.

“Ini penting. Dia harus tahu hal ini,”

“Baiklah,” ucap Luhan—lalu menyerahkan ponselnya pada Sooyeon.

“Dari siapa?,” tanya Sooyeon.

“Sehun,” jawab Luhan.

Sooyeon pun meraih ponsel tersebut dan meletakkannya tepat di telinga kanannya.

“Ada apa, Sehun-ssi?,” tanya Sooyeon.

“Sooyeon-ssi, ada kabar buruk,”

Sooyeon menelan salivanya, “Ada apa? Apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Kim sajangnim, Jaejoong ahjussi berada di Rumah Sakit. Beliau mengalami kecelakaan dan sekarang beliau sedang di periksa,”

Sooyeon menutup mulutnya. Ia menjadi syok. Qian dan Luhan pun bertanya-tanya.

“Pulanglah ke Seoul dan datanglah ke Rumah Sakit International South Korea,”

“B-Baiklah. Aku akan segera kesana,” jawab Sooyeon.

>>> 

“Tenanglah, Jongin-ah. Kim sajangnim pasti baik-baik saja. Beliau pasti selamat,” ucap Sehun.

“Aku tidak bisa tenang, Sehun-ah. Aku takut kehilangan dia,” ucap Jongin—prustasi.

Yoona menggenggam tangan Jongin, “Tenanglah, oppa. Beliau pasti selamat,” ucapnya.

“Jangan menyentuh menantuku!,” bentak Miyoung, “Jongin sudah beristri. Kau hanyalah teman biasanya saja,”

Yoona segera melepaskan genggamannya. Ia lupa disini ada Ibu dari Sooyeon.

Pintu ruang IGD pun terbuka. Jongin, Miyoung, Sehun dan Yoona segera menghampiri seorang pria berjas putih yang keluar dari ruangan tersebut.

“Bagaimana keadaan belau, uisa?,” tanya Jongin.

“Maafkan saya, Jongin-ssi. Nyawa Kim Jaejoong tidak bisa di selamatkan,” jawab Dokter itu.

“Oh, Tuhan,” ucap Miyoung—lalu menangis.

“T-Tidak mungkin. Kau pasti bohong,” ucap Jongin—tak percaya.

“Sayangnya saya berkata jujur, Jongin-ssi. Sekarang tubuh Kim Jaejoong sedang di jahit dan di bersihkan. Saya permisi,”

Jongin langsung terjatuh ke lantai. Seluruh anggota tubuhnya lemah tak berdaya. Yoona pun memeluknya erat. Sedangkan Sehun mengusap-usap punggung Jongin.

“EOMMA!!,”

Miyoung, Jongin, Yoona dan juga Sehun menoleh ke sumber suara. Sooyeon telah tiba bersama Luhan. Sooyeon pun segera menghampiri Miyoung dan memeluknya erat.

“Apa yang terjadi, eomma?,” tanya Sooyeon.

“Jaejoong sudah pergi. Dia sudah pergi,” jawab Miyoung—disela tangisannya.

“A-Apa?,” seru Sooyeon—syok. Ia juga tak bisa menerima keadaan ini.

>>> 

Jongin menatap foto Ayahnya yang terletak di dalam figura yang di letakkan di depan nisan. Proses pemakaman sudah berakhir tetapi Jongin masih betah di tempat tersebut.

“Saatnya pulang, Kim Jongin,”

Jongin menoleh, “Sooyeon-ah?,” lirihnya.

Sooyeon ikut berjongkok di samping Jongin, “Aku tahu ini berat. Kehilangan seseorang yang kita cintai itu sangat menyakitkan,” ucapnya.

Jongin menggenggam tangan Sooyeon, “Dan aku tidak ingin kehilangan orang yang ku cintai untuk kedua kalinya,” ucapnya.

“J-Jongin~”

“Apakah kau masih mencintaiku?,” tanya Jongin.

“Bukankah saat di Beijing—”

“Aku ingin kau mengatakan yang sebenarnya. Aku tahu kau masih mencintaiku. Aku pun juga masih mencintaimu, Sooyeon-ah. Aku menyesal telah menyakitimu,” ucap Jongin.

Sooyeon perlahan mengangguk. Ia tak bisa membohongi perasaannya bahwa ia pun juga masih mencintai Jongin.

“Ya, aku masih mencintaimu,” jawab Sooyeon.

Jongin tersenyum. Di peluknya tubuh istri yang ia cintai dengan erat. Sooyeon pun melakukan hal yang sama.

“Aku takkan pernah mengecewakanmu lagi, Sooyeon-ah. Aku berjanji,” ucap Jongin.

“Ya, aku percaya padamu,” jawab Sooyeon.

Disisi lain, ada enam orang yang memperhatikan mereka berdua.

“Yoona-ah, lepaskanlah dia. Aku yakin di luar sana ada orang yang lebih baik darinya,” ucap Yuri.

Yoona terdiam. Ia tak mampu mengeluarkan satu kata pun.

“Aku tak menyangka ternyata hubungan mereka hampir musnah,” ucap Miyoung.

Seohyun memeluk Miyoung erat, “Yang penting, sekarang mereka sudah kembali bersama, immo,” ucapnya—lalu beralih menatap kekasihnya yang berada di sampingnya.

Sehun tersenyum seraya mengusap kepala Seohyun.

Sedangkan Luhan menyaksikan Jongin dan Sooyeon dengan perasaan yang miris.

“Mungkin Sooyeon bukan jodohku,” gumam Luhan pelan.

>>> 

2 years later~

“Tarik napas, keluarkan, dorong!,”

“Nggghhhhhhh!!!!,” seru Sooyeon—seraya mengejan. Tangannya meremas dan menarik rambut Jongin.

“Sakit, Sooyeon-ah,” ucap Jongin.

“Aku—hhh—begini—hhh—karena kau juga—hhh—kan?,” omel Sooyeon.

“Kalau tahu begini, lebih baik kemarin kita tidak usah melakukannya saja. Aku kan tidak bisa mengurus anak kecil,” ucap Jongin.

PLETAKK!!!

“HEI! KENAPA MEMUKULKU?!!,” teriak Jongin—murka.

“Jangan membuat kondisi istri anda semakin buruk, agassi. Anda harus mendukung dia,” ucap seorang bidan.

Jongin mengangguk, “I-Iya, aku mengerti,” jawabnya.

Sooyeon terus mengejan, dan..

“UWEEKKKK!!!,”

“Woah! Bayinya lahir!,” seru Jongin.

“Kau ini seperti anak kecil,” gumam Sooyeon.

“Bayinya perempuan,” ucap bidan itu.

“Kita beri nama siapa, Sooyeon-ah?,” tanya Jongin.

“Kim Luna,” jawab Sooyeon.

“Kenapa harus Luna? Seharusnya nama bayi kita itu adalah Jasmine, Elisabeth, atau Hermione,” protes Jongin.

“Luna artinya Luhan dan Yoona. Mereka adalah sahabat kita jadi aku ingin bayi kita bisa menjadi sahabat kita juga,” jawab Sooyeon.

Jongin menghela napas berat, “Baiklah. Terserahmu saja,” jawabnya.

“Kau seperti tidak menginginkan seorang anak saja,” ucap Sooyeon.

“Aku kan inginnya sebelas anak,” jawab Jongin.

PLETAKKK!!!

“KENAPA MEMUKULKU LAGI?!!,” teriak Jongin.

“Jangan berbicara yang aneh-aneh,” ucap Sooyeon.

Jongin merengut sambil mengusap kepalanya yang sepertinya sudah bengkak karena di pukul Sooyeon dua kali.

Namun, Sooyeon mengukir senyuman di bibir tipisnya. Ia tak menyangka jika ia akan berbaikan dengan Jongin dan memiliki seorang anak.

“Terima kasih, Tuhan,” gumam Sooyeon.

Jongin yang mendengarnya—ikut tersenyum seraya membelai halus rambut istrinya. Ia pun berharap dirinya akan selamanya bisa bersama Sooyeon.

END

Review, please!

Still (Chapter 2)


Gambar

Title : Still

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • EXO-M’s Luhan as Xiao Luhan

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • f(x)’s Victoria as Song Qian
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  • JYJ’s Jaejoong as Kim Jaejoong
  • SNSD’s Tiffany as Jung Miyoung
  • etc

Genre : Romance, Family, Angst, Friendship

Length : Series

>>> 

Sooyeon mengerjapkan matanya, begitu juga dengan Jongin. Mereka sama-sama kaget dan tak percaya.

“Kalian saling mengenal?,” tanya Luhan.

Sooyeon mengangguk, begitu juga dengan Jongin.

Luhan tersenyum, “Baguslah. Itu artinya aku tak perlu memperkenalkan kalian berdua lagi,” serunya.

Jongin tertawa paksa, “Ah, iya,” ucapnya.

Jessica pun memamerkan senyuman paksanya. Bagaimana mungkin Jongin berada disini?, batinnya.

>>> 

Luhan, Sooyeon dan Jongin beristirahat di sebuah bangku di taman. Disana banyak sekali orang-orang yang bersantai setelah joging.

“Jadi, kalian adalah rekan kerja, ya?,” tanya Luhan.

“Iya,” jawab Sooyeon dan Jongin bersamaan.

“Pasti enak sekali punya sekretaris cantik seperti Sooyeon. Benar, kan, Jongin-ssi?,” tanya Luhan.

Jongin tersenyum paksa, “Begitulah~” jawabnya.

Tiba-tiba, sebuah truk es krim muncul dan berhenti di ujung taman yang jaraknya lumayan dekat dengan mereka. Mata Sooyeon langsung berbinar saat melihat es krim.

“Akan ku belikan kau es krim, noona,” ucap Luhan—yang mengerti maksud dari tatapan Sooyeon.

“Ah? Terima kasih, Lu,” ucap Sooyeon—gembira.

“Bagaimana denganmu, Jongin-ssi?,” tanya Luhan.

Jongin mengibaskan tangannya, “Tidak, terima kasih,” jawabnya.

Luhan mengangguk mengerti. Ia pun segera pergi menghampiri truk es krim tersebut.

Dan kini, hanya ada Sooyeon dan Jongin yang duduk di bangku tersebut. Suasana berubah menjadi canggung.

“Ngg—bagaimana kabarmu?,” tanya Jongin—mencoba membuka pembicaraan.

“Disini aku baik, sangat baik,” jawab Sooyeon.

Jongin hanya ber-oh pelan. Sepertinya Sooyeon sangat betah disini, batinnya.

“Baru dua hari berpisah, sudah bertemu lagi.” gumam Sooyeon.

Jongin  menoleh ke arah Sooyeon. Ia mulai tersenyum jahil, “Tapi, kau senang, kan?” goda Jongin.

Sooyeon menoleh cepat ke arah Jongin. Ia menatap Jongin tajam. Sedangkan Jongin membalasnya dengan tatapan hangat, dan itu berhasil membuat Sooyeon luluh.

“Tentu saja aku senang. Tapi, kau tenang saja, Jongin-ssi. Aku sudah mengurus perceraian—”

“Tidak!,” potong Jongin cepat—membuat Sooyeon kaget mendengarnya.

“Aku tidak akan pernah bercerai denganmu, Sooyeon-ah. Tidak akan pernah!,” ucap Jongin.

Sooyeon menatap Jongin dengan tatapan sulit di artikan. Bingung, takut, cemas, tak percaya, senang, sedih, itulah yang saat ini ada di pikirannya.

“Es krim sudah datang!,” seru Luhan—seraya membawa dua cup es krim.

“Wah~” seru Sooyeon—seraya meraih satu es krim yang ada di tangan Luhan. “Terima kasih, Lu. Kau yang terbaik,”

Luhan tersipu mendengarnya. Ia tak dapat menutupi senyumannya. Sedangkan Jongin harus menahan rasa cemburu yang membakar hatinya.

Sakit, kenapa rasanya sakit sekali?, batinnya.

>>> 

“Ku mohon, Seohyun-ah. Dengarkan penjelasanku dulu,” pinta Sehun—melalui ponselnya—pada Seohyun, kekasihnya.

Sambungan telepon tiba-tiba terputus. Sehun mengacak-acak rambutnya prustasi.

“Dia marah?,” tanya Jongin.

“Sangat. Dan kau harus bertanggung jawab,” jawab Sehun—kesal.

“Saat kita kembali ke Seoul, aku berjanji akan mendamaikan kalian berdua,” ucap Jongin.

Tiba-tiba ponsel Jongin berdering. Ia menatap layar ponselnya. Jongin mendadak takut dan cemas. Sehun dapat melihat hal itu dari wajahnya.

“Apakah itu Ayahmu?,” tanya Sehun.

Jongin mengangguk lemah. Ia segera mengangkat teleponnya sebelum Ayahnya semakin marah.

“Ada apa, appa?,” tanya Jongin.

“Kau dimana?,”

“Ngg—aku—”

“Saat ini aku berada di kantormu. Aku menanyakan pada semua karyawan. Tapi, mereka tidak tahu. Rumahmu juga terkunci tak ada penghuni kata Miyoung. Lantas, dimana kau dan Sooyeon?,”

Jongin menelan salivanya kasar, “Aku dan Sooyeon berada di Beijing. Maaf kami lupa memberitahumu, appa. Kami lupa,” ucapnya.

“Astaga! Harusnya kau memberitahuku terlebih dahulu,”

“Maafkan aku, appa,” ucap Jongin.

“Ya sudah. Tidak apa. Bersenang-senanglah di Beijing. Aku tahu kalian lelah bekerja. Jadi kalian memang butuh penyegaran,”

“Kau adalah Ayah yang pengertian, appa,” ucap Jongin—senang.

“Tentu saja. Aku tutup dulu, ya?,”

“Baiklah,” jawab Jongin—lalu mengakhiri teleponnya.

Jongin bersandar dan menghela napas lega. Untunglah ia berhasil membuat Ayahnya tak marah dan tak curiga.

“Kali ini kau selamat, Jongin-ah,” ucap Sehun.

Jongin hanya tersenyum mendengarnya.

>>> 

“Ya sudah. Tidak apa. Bersenang-senanglah di Beijing. Aku tahu kalian lelah bekerja. Jadi kalian memang butuh penyegaran,”

Yoona menangkap kalimat dari mantan direktur perusahaan terbesar di Korea Selatan yaitu Kim Jaejoong yang membuat jantungnya tak berhenti berdetak cepat. Saat ini, Yoona sedang menemani Yuri bekerja. Lumayan daripada ia menganggur di rumah.

“Jongin oppa di Beijing?,” gumam Yoona, “Apakah dia bersama Sooyeon eonni?,” pikirnya.

Yuri menatap Yoona tajam. Pasti Yoona merencanakan hal yang aneh lagi, batinnya.

>>> 

Sooyeon sedang berbaring seraya menatap langit-langit kamarnya. Ia masih memikirkan perkataan Jongin tadi pagi di taman.

“Aku tidak akan pernah bercerai denganmu, Sooyeon-ah. Tidak akan pernah!,”

 

“ARGH!!,” teriak Sooyeon—prustasi. Ia mengacak-acak rambutnya hingga berantakan.

“Ku dengar, Jongin tinggal di rumah Luhan, ya?,” tanya Qian—yang tiba-tiba muncul di balik pintu kamar Sooyeon.

Sooyeon menghela napas berat, “Ya, begitulah,” jawabnya.

“Aku mengerti akan perasaanmu, Sooyeon-ah,” ucap Qian.

“Terima kasih sudah peduli, Qian,” balas Sooyeon.

“Jika kau masih mencintainya, kembalilah padanya. Ku pikir, Jongin juga masih mencintaimu. Jika tidak, untuk apa ia kemari?,”

Sooyeon terdiam. Perkataan Qian benar juga, batinnya.

“Apa aku memang harus kembali padanya, ya?,” tanya Sooyeon—ragu.

“Kau ragu?,” tanya Qian.

Sooyeon mengangguk, “Aku masih ragu dengan Jongin yang sekarang. Mengapa ia tiba-tiba mengejarku setelah menyakitiku?,”

“Karena ia menyesal,” jawab Qian.

“Kau benar. Tapi, hati kecil ku masih ragu,” ucap Sooyeon.

Qian menghela napas berat, “Kalau begitu, biarkan waktu terus berjalan. Kau lihat dulu perkembangannya sekaligus kau mantapkan isi hatimu,” sarannya.

Sooyeon tersenyum, “Kau adalah penyaran terbaik yang pernah ku temui, Qian,” ucapnya.

“Thats me!,” ucap Qian—percaya diri.

>>> 

Yuri melemparkan tasnya ke atas ranjangnya. Hari yang melelahkan, batinnya. Bagaimana tidak lelah? Hari ini ia mendapatkan pekerjaan ekstra selama Sehun tidak ada. Tetapi, untungnya, gajinya menjadi bertambah.

“Tiba-tiba aku merindukan Sooyeon. Kira-kira, dia sedang apa, ya?,” gumam Yuri.

BUKK!!

Yuri tersentak saat mendengar suara keras dari kamar sebelah. Khawatir dengan apa yang terjadi, Yuri pun segera pergi ke kamar sebelah.

“Yoona-ah, kau mau kemana?” tanya Yuri—saat melihat Yoona mengemasi pakaiannya.

“Aku ingin menyusul Jongin oppa ke Beijing!” jawab Yoona.

Yuri membelalakan matanya. Ia tak percaya Yoona senekat ini. Yuri pun segera mengeluarkan pakaian Yoona dari koper.

“Apa yang kau lakukan, eonni?,” tanya Yoona—kesal.

“Kau tidak boleh pergi,” larang Yuri.

“Dan membiarkan Jongin oppa dan Sooyeon eonni tidak jadi bercerai? Tidak akan!,” seru Yoona.

“K-Kau tahu?,” tanya Yuri.

Yoona mengangguk, “Ya, aku sudah tahu semuanya,” jawabnya.

“Yoona-ah, ku mohon jangan rusak hubungan mereka,” pinta Yuri.

“Aku tidak mau, eonni!,” tolak Yoona, “Jongin oppa adalah cinta pertamaku, hidup dan matiku. Aku tidak mau kehilangan dia,” ucapnya.

“Yoona-ah, kau terlalu terobsesi pada Jongin,” ucap Yuri.

“Memang iya. Aku terobsesi dan tergila-gila pada Jongin oppa,” jawab Yoona—seraya kembali mengemasi baju-bajunya.

Yuri mengacak rambutnya prustasi. Saat ini, ia sedang memikirkan cara untuk mencegah kepergian Yoona.

>>> 

Miyoung menekan bel di kediaman Kim Jaejoong. Pintu pun di buka oleh salah satu pelayan di rumah seperti Mansion tersebut.

“Sajangnim, silakan masuk!,”

Miyoung mengangguk seraya masuk ke dalam rumah milik Jaejoong. Ia mendapati Jaejoong sedang menonton TV di ruang tengah.

“Miyoung-ah? Silakan duduk,” ucap Jaejoong.

“Terima kasih,” ucap Miyoung—seraya duduk di sofa nan empuk, “Dimana anakku, tuan Kim?” tanya Miyoung.

“Jongin menghubungiku kemarin. Dia berkata dia dan Sooyeon sedang berlibur ke Beijing.” jawab Jaejoong.

Miyoung hanya ber-oh pelan. Syukurlah jika Sooyeon baik-baik saja, batinnya.

>>> 

Sooyeon dan Luhan sedang makan siang di halaman Luhan. Sebenarnya berempat bersama Jongin dan Sehun. Tapi, keduanya begitu pasif sehingga rasanya hanya ada Sooyeon dan Luhan saja.

“Kenapa kalian berdua diam?,” tanya Luhan.

“Aku hanya mengikuti tradisi eomma,” jawab Sehun.

Luhan terkekeh mendengarnya, “Bagaimana denganmu, Jongin-ssi?,” tanyanya.

“Aku hanya sedang ingin menikmati masakanmu saja,” jawab Jongin—asal. Padahal sedari tadi ia sibuk memandangi Sooyeon. Maka dari itu Sooyeon merasa gelisah.

Selesai makan, Sooyeon meminta ijin untuk ke rumah Qian sebentar. Namun tampaknya Jongin mengikutinya hingga Sooyeon menghentikan langkahnya tepat di depan gerbang rumah Luhan.

“Berhenti mengikutiku, Jongin-ssi,” pinta Sooyeon.

“Aku hanya ingin kau menjawab pernyataanku kemarin,” ucap Jongin.

Sooyeon menelan salivanya kasar. Ia belum siap untuk menjawab. Bukankah ia berencana untuk melihat dulu dalam waktu yang lama setelah itu mengevaluasinya?

“J-Jongin—”

“Hanya jawab saja. Dan katakan—kau ingin kembali lagi padaku,” pinta Jongin.

“Lebih baik kau pulang, Kim Jongin!” usir Sooyeon.

Jongin mengernyit heran, “Aku berada di depan rumah tempat aku tinggal sementara,” jawabnya.

“Maksudku pulang ke Seoul,” ucap Sooyeon.

“Aku kesini untuk membawamu kembali.” ucap Jongin.

“Jangan terlalu berharap, Jongin-ssi. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!” ucap Sooyeon.

DEG!

Perkataan Sooyeon bagaikan sengatan listrik baginya. Wajah Jongin tak bisa di artikan. Tampak seperti syok berat pada umumnya.

“J-Jongin~” gumam Sooyeon—takut.

“Ku pegang kata-katamu, eonni,”

Sooyeon dan Jongin menoleh ke sumber suara. Dan yang benar saja, pemilik suara itu tak lain adalah Yoona.

“Yoona-ah?,” gumam Jongin—kaget.

Yoona segera merangkul lengan Jongin, “Dia sudah tak mencintaimu lagi, oppa. Percuma mengharapkannya. Yang ada, kau hanya menerima luka,” ucapnya.

“A-Aku hanya—”

“Oppa, ayo kemasi barang-barangmu dan kita pulang,” seru Yoona.

“J-Jongin, tapi—”

Yoona membawa Jongin berjalan masuk ke rumah Luhan. Jongin tampak seperti boneka yang dengan lemah di perintahkan oleh majikannya. Ia menurut apa yang di katakan Yoona. Mungkin ini karena efek syok yang tadi Jongin rasakan.

Mata yang awalnya berkaca-kaca, kini sudah merembeskan kristal-kristal bening. Sooyeon tak bisa mengeluarkan satu kata pun. Berteriak pun tidak bisa. Rasanya ia kehilangan oksigen.

Awalnya hanya ingin mencoba apakah Jongin langsung menyerah begitu saja, ternyata mengefekkan suatu dampak yang besar. Memang, penyesalan selalu datang di akhir.

Hujan pun turun dengan derasnya. Namun, Sooyeon tetap mematung di tempat yang tadi. Hingga seseorang memayunginya di tengah hujan yang deras.

“Apa kau baik-baik saja, noona?,” tanya Luhan.

Namun yang di tanya lagi-lagi tak bisa mengeluarkan suara sedikit pun. Kini, Luhan merasa seperti orang yang aneh sedang berbicara dengan patung manequin yang sangat cantik.

To Be Contiuned

 

Chapter 2 selesai. Akhirnya! Lega, deh! Lanjutannya nyusul, ya? Gak tau sih kapan. Tapi di usahain deh!

Don’t forget about review, okay? ^^

Still (Chapter 1)


Gambar

Title : Still

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • EXO-M’s Luhan as Xiao Luhan

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • f(x)’s Victoria as Song Qian
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  • etc

Genre : Romance, Family, Angst, Friendship

Length : Series

Note : FF ini merupakan sekuel dari FF dua versi (Wife’s Not Considered dan I Love You, But I Hate You). Enjoy!

>>> 

Yuri melempar ponselnya ke atas ranjangnya. Tubuhnya yang mulai melemas memaksakan dirinya untuk duduk di sofa yang ada di kamarnya. Apalagi yang membuatnya seperti ini?

“Sooyeon-ah—gadis itu benar-benar!” gerutu Yuri—prustasi.

Yuri baru saja mendapatkan pesan dari Sooyeon yang mengabarkan bahwa ia telah pergi ke Beijing dan akan bercerai dengan Jongin. Ini sungguh di luar kepala Yuri. Yuri tahu Sooyeon tidak akan pernah mau bercerai dengan Jongin, karena Sooyeon pernah bilang bahwa ia akan bertahan. Tapi, nyatanya?

“Eonni~”

Yuri tersentak saat sadar bahwa seseorang telah duduk di sampingnya. Mungkin karena terlalu prustasi berefek ia tak sadar jika sepupunya sudah ada di sampingnya.

“Apa kau sudah puas, Yoona-ah?” tanya Yuri.

Yoona mengernyit heran, “Apa maksudmu, eonni? Aku tidak mengerti.” balasnya.

“Tidak mengerti, katamu?” tanya Yuri—murka.

Yoona menatap Yuri sedikit takut.

“Kau sudah menghancurkan rumah tangga orang lain, Yoona-ah!” bentak Yuri.

Yoona mengerjap—kaget, “Aku tidak mengerti!” ucapnya.

“Sooyeon bukan pembantu Jongin, melainkan istri Jongin!”

Yoona merasa dirinya seperti tersengat listrik. Tangannya menutup mulutnya yang mulai mengeluarkan isakan tangis. Air matanya tak mau kalah—merembes begitu saja. Namun, kepalanya terus menggeleng mengikuti kata hatinya.

“Jongin oppa belum menikah. Dia akan menikahiku akhir tahun ini. Eonni pasti berbohong!” seru Yoona—di selingi isak tangisnya.

“Sayangnya aku berkata jujur, Yoona-ah.” ucap Yuri.

Yoona mengusap air matanya. Ia segera bangkit dan melemparkan tatapan tajamnya pada Yuri.

“Kalau begitu, aku akan membuat hubungan mereka semakin hancur!” tekadnya—lalu segera pergi.

“Tidak, Yoona-ah!” seru Yuri—namun tak di hiraukan Yoona, “Kau tidak boleh melakukan ini, Yoona-ah!”

>>> 

Seorang pria berpakaian rapi—berdiri di depan sebuah rumah besar sejak tadi. Ia sudah menekan bel berpuluh kali, tapi tak ada jawaban. Akhirnya, pria itu memutuskan untuk menghubungi seseorang.

“Nyonya Jung, sepertinya tuan Kim tidak ada di rumah. Apa yang harus saya lakukan?”

“Letakkan surat-surat tersebut di kotak surat di samping pintu. Dia akan membacanya sendiri.”

“Baiklah, akan saya lakukan.”

“Ya, terima kasih.” ucap Sooyeon—lalu mematikan ponselnya.

“Ada apa?” tanya Qian—sahabat Sooyeon di Beijing.

Sooyeon menghela nafas berat, “Jongin tidak ada di rumah. Pengacaraku datang ke rumah untuk meminta tanda tangannya.” jawabnya.

“Mungkin Jongin sedang sibuk di kantor.” ucap Qian.

“Mungkin~” gumam Sooyeon.

“Jiejie, mengapa pintu tidak di kun—” seorang pria menghentikan kalimatnya saat melihat Sooyeon.

“Maafkan aku, Lu. Tadi saat mengambil susu, aku lupa mengunci pintu.” ucap Qian.

“Saat ini sedang marak perampokan dan penculikan, jiejie. Aku tak ingin kau dan temanmu dalam bahaya.” ucap pria itu. “Ngg—by the way, siapa temanmu itu, jiejie? Wajahnya tampak asing, dan bukan seperti penduduk China.”

Sooyeon segera berdiri dan membungkuk 90˚, “Nihao. Namaku Jung Sooyeon, panggil saja Sooyeon.” ucapnya.

“Oh, penduduk Korea, ya?” tanya pria itu.

Sooyeon mengangguk, “Iya, tepat sekali.” jawabnya.

“Ngg—namaku Luhan. Salam kenal.” balas pria—Luhan—itu.

Sooyeon tersenyum manis. Hal itu membuat Luhan sedikit kagum pada Sooyeon.

“Hm!” seru Qian—merusak momen mereka.

“Ah, jiejie, aku ingin pergi membeli es krim. Mau ikut?” tawar Luhan.

“Kau bersama Sooyeon saja. Aku sedang kurang enak badan. Belikan saja aku es krim.” jawab Qian.

“Aku akan menjagamu.” ucap Sooyeon.

Qian menggeleng, “Kau pikir aku anak kecil, hah? Sudah sana pergi. Aku bisa jaga diri.”

Sooyeon mengangguk. Luhan segera menarik lengannya. “Ayo, noona!” ajaknya.

Sooyeon menatap lengannya yang di pegang oleh Luhan. Menyadari hal itu, Luhan segera melepas genggamannya dari lengan Sooyeon. Wajah Luhan kini bersemu merah.

“Maafkan aku, noona.” ucap Luhan.

“Tidak apa, Lu—han.” jawab Sooyeon.

“Lu saja juga tidak apa.” ucap Luhan.

Sooyeon tersenyum manis, “Baiklah!” ucapnya.

“Ayo, kita pergi!” ajak Luhan, “Sekalian aku ingin mengajakmu berkeliling kota Beijing.”

“Wah! Aku jadi tidak sabar.” ucap Sooyeon—girang.

Qian tersenyum melihat mereka, “Tampaknya kehadiran Luhan dapat membuat Sooyeon berpindah ke lain hati dengan cepat. Ya, semoga saja.” gumamnya.

>>> 

“Jongin-ah, apa kau serius mengajakku ke Beijing?” tanya Sehun.

“Kau pikir aku bermain-main?” tanya Jongin.

“Seohyun pasti marah jika aku pergi secara mendadak.” gumam Sehun.

“Tenang saja. Aku yang akan bertanggung jawab.” ucap Jongin.

“Pesawat menuju China akan berangkat 5 menit lagi. Penumpang di harap segera menaiki pesawat.”

“Ayo, Sehun-ah.” ajak Jongin.

Sehun mengangguk lemah. Ia terus memikirkan kekasih hatinya itu.

“Seohyun pasti takkan mau memberi jatah padaku lagi.” gumam Sehun.

>>> 

Yoona terus menekan bel di rumah Jongin. Ia menggerutu kesal karena Jongin tak kunjung membuka pintu. Padahal ini sudah merupakan waktu kepulangan Jongin bekerja. Yoona juga menghubunginya, tapi nomor Jongin tidak aktif.

“Jongin oppa, kau dimana?” gerutu Yoona—kesal.

Tiba-tiba saja mata Yoona tertuju pada sebuah map di dalam kotak surat yang terbuka. Ia meraih map tersebut tanpa adanya rasa bersalah. Di bukanya map tersebut dan tak lupa ia baca isinya.

Mata Yoona membesar saat membaca inti dari isi map tersebut. Map yang ia pegang jatuh ke lantai. Tangannya memegang mulutnya dan ekspresinya tak bisa di ungkapkan, seperti seseorang yang baru mendapat kabar bahwa suami atau orangtuanya mengalami kecelakaan.

“Jongin oppa dan Sooyeon eonni—akan bercerai?”

>>> 

Sooyeon dan Luhan mengelilingi kota Beijing menaiki mobil Luhan bermerk California Ferarri berwarna merah. Mobil terbuka tersebut membuat keduanya bisa melihat kota Beijing lebih jelas lagi.

“Es krimnya sangat enak. Qian pasti akan merasa lebih baik setelah mencicipinya.” ucap Sooyeon—seraya menatap bungkusan yang berisikan es krim dalam bentuk wadah.

“Iya. Jiejie sangat menyukai es krim.” ucap Luhan—seraya terus mengemudikan mobilnya.

“Oh, ya, kau dan Qian—memiliki hubungan apa? Kalian keluarga?” tanya Sooyeon.

Luhan menggeleng, “Bukan. Kami hanya sekedar tetangga.” jawabnya.

“Tetangga?”

Luhan mengangguk, “Kami adalah tetangga sejak kecil hingga sekarang. Karena dia lebih tua dariku, aku pun memanggilnya kakak.” jawabnya.

Sooyeon mengangguk mengerti.

“Dan kau? Mengapa bisa berada disini?” tanya Luhan.

Sooyeon menggigit bibirnya. Ia tak mungkin menceritakan yang sebenarnya pada Luhan. Waktunya belum tepat.

“Noona?”

Sooyeon tersentak, “Ah, aku hanya ingin mengunjungi Qian. Aku juga sedang liburan. Makanya aku kemari.” jawabnya.

“Apa profesi noona?” tanya Luhan.

“Ngg—pegawai di perusahaan.” jawab Sooyeon.

Luhan mengangguk mengerti.

“Kau sendiri bagaimana, Lu? Apa profesimu?” tanya Sooyeon.

“Hanya seorang komposer dan pelukis.” jawab Luhan.

“Komposer? Kau bisa menciptakan lagu?” tanya Sooyeon—tak percaya.

“Bukannya sombong. Tapi, sudah banyak penyanyi maupun grup di China yang membeli lagu ciptaanku.” jawab Luhan.

Sooyeon bertepuk tangan, “Wow! Kau hebat, Lu. Keren!” pujinya.

Luhan tersipu mendengarnya. Ia hanya bisa tersenyum untuk membalas pujian dari Sooyeon.

>>> 

“Woah! Rumah sepupumu besar juga.” ucap Jongin.

“Iya. Tentu saja. Dia adalah seorang komposer dan pelukis terkenal.” ucap Sehun.

Jongin mengangguk mengerti, “Sebaiknya aku tinggal di Hotel saja, ya?” tanyanya.

“Kau sudah mengajakku kesini. Itu artinya kau harus tinggal disini.” jawab Sehun.

“Tapi, ini memalukan. Seorang pengusaha kaya di Korea menumpang di rumah orang?” seru Jongin.

Sehun memutar bola matanya, “Jika sifatmu selalu seperti ini, Sooyeon tidak akan mau kembali padamu.”

Jongin menelan salivanya kasar. Perkataan Sehun berhasil membuatnya membeku sesaat.

TIN! TIN!

Jongin dan Sehun berbalik. Mereka kaget di depan mereka ada sebuah mobil.

“Bisa kalian minggir?” pinta si pemilik mobil tersebut.

“Gege, kau membenciku, ya?” tanya Sehun.

Si pemilik mobil tertawa renyah. Ia segera turun dari mobilnya dan menghampiri Sehun dan Jongin.

Sehun memeluk pria itu, “Aku merindukanmu, gege.” ucapnya.

“Aku juga merindukanmu.” jawab pria itu.

“Gege, perkenalkan, dia adalah rekan kerjaku, Kim Jongin.” ucap Sehun.

“Kim Jongin, pengusaha nomor satu di Korea Selatan.” ucap Jongin—seraya menyurungkan tangannya.

Sehun memutar bola matanya. Dia sombong lagi, batinnya.

Pria itu menjabat tangan Jongin, “Xiao Luhan, komposer dan pelukis.” balasnya.

“Gege, bisa kami tinggal di rumahmu untuk beberapa hari? Soalnya, Jongin ingin mencari is—” kalimat Sehun terhenti saat Jongin membungkam mulutnya.

“Aku memiliki bisnis disini. Awalnya aku ingin tinggal di Hotel. Tapi, Sehun memaksaku untuk tinggal disini.” ucap Jongin.

Luhan tertawa mendengarnya, “Tidak usah sungkan. Anggap saja rumah ku sebagai rumah kalian juga. Aku juga kesepian. Mari, silakan masuk.” ucapnya.

Jongin membungkuk sopan. Sedangkan Sehun mencoba mengatur nafasnya.

“Jongin benar-benar!” gumam Sehun—kesal.

>>> 

Jongin keluar dari rumah milik Luhan. Ia mengenakan pakaian jogingnya. Setelah ia sudah berada di luar gerbang rumah Luhan, ia segera melakukan pemanasan.

“Udara di Beijing ternyata segar juga.” ucap Jongin.

Tiba-tiba, Jongin melihat seorang wanita berpakaian olahraga keluar dari rumah sebelah. Ia tak dapat melihat dengan jelas wajah wanita itu karena wajahnya tertutupi oleh rambut yang bergelombang indah.

“Selamat pagi, Jongin.” sapa Luhan—yang baru saja ada di sampingnya.

“Luhan? Mau joging juga?” tanya Jongin.

“Iya. Aku ada janji dengan seorang wanita untuk joging bersama. Kau boleh ikut jika kau mau.” jawab Luhan.

Aku rasa aku harus menerima tawarannya atau aku akan tersesat, batin Jongin.

“Ah, itu dia.” ucap Luhan, “Sooyeon noona?” panggilnya.

Sooyeon noona?, batin Jongin.

“Selamat pagi, Lu.” sapa wanita itu.

Suara ini.., batin Jongin.

Jongin pun segera menoleh ke arah wanita yang ia lihat tadi.

“SOOYEON?”

“KIM JONGIN?”

~To Be Contiuned~

 

Teaser Next Chapter :

“Baru dua hari berpisah, sudah bertemu lagi.” gumam Sooyeon.

“Tapi, kau senang, kan?” goda Jongin.

“Yoona-ah, kau mau kemana?” tanya Yuri—saat melihat Yoona mengemasi pakaiannya.

“Aku ingin menyusul Jongin oppa ke Beijing!” jawab Yoona.

“Dimana anakku, tuan Kim?” tanya Miyoung.

“Jongin menghubungiku kemarin. Dia berkata dia dan Sooyeon sedang berlibur ke Beijing.” jawab Jaejoong.

“Lebih baik kau pulang, Kim Jongin!” usir Sooyeon.

“Aku kesini untuk membawamu kembali.” ucap Jongin.

“Jangan terlalu berharap, Jongin-ssi. Aku sudah tidak mencintaimu lagi!” ucap Sooyeon.

Note : Jangan lupa tinggalin jejak .__.

I Love You, But I Hate You (Kai’s Version)


Gambar

Title : I Love You, But I Hate You

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  • Miss A’s Suzy as Bae Suzy
  • EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
  • JYJ’s Jaejoong as Kim Jaejoong (Kai’s Dad)
  • etc

Genre : Angst, Romance, Family

Length : Oneshoot

Rating : PG17

Note : Ini versi Kai. Semoga kalian suka!

>>> 

Aku benci menjadi diriku. Mengapa begitu? Karena kehidupanku sangatlah suram. Aku memang hidup mapan, aku di gilai banyak wanita, tapi mengapa aku memiliki Ayah yang tak pernah mencintaiku? Beliau lebih mencintai puteri angkatnya yang sekarang menjadi istriku, Jung Sooyeon.

Apa yang Jung Sooyeon inginkan, selalu di penuhi. Bagaimana dengan keinginanku? Ayah selalu berkata, ‘Kau seorang laki-laki. Kau tak boleh manja! Belajarlah untuk mandiri!’. Tapi, apa kata-kata itu pantas untuk seorang anak kecil berumur 7 tahun?

“Merry cristmast, appa!” ucap Sooyeon—pada Ayah.

 

“Merry cristmast, Sooyeon-ah!” ucap Ayah—seraya mengecup pipi Sooyeon singkat.

 

Aku memandang Sooyeon iri. Terakhir aku di kecup oleh Ayah saat umurku beranjak 1 tahun.

 

“Appa, apa aku mendapatkan kado natal?” tanya Sooyeon—manja. Cih!

 

“Tentu, sayang.” jawab Ayah, “Ini kado natal untukmu!” ucap beliau—seraya menyerahkan kado pada Sooyeon.

 

“Asyik!” seru Sooyeon—tampak gembira.

 

“Appa, bagaimana denganku?” tanyaku.

 

“Maafkan appa, Jongin-ah. Appa bingung ingin membelikanmu hadiah apa. Appa tidak tahu apa yang kau sukai.”

 

Selalu seperti ini. Giliran Sooyeon, Ayah tahu. Giliranku?

 

“Tenang, Jongin-ah. Setelah perayaan, appa akan mengajakmu membeli hadiah untukmu. Apa saja!” ucap Ayah.

 

Aku menghela nafas berat. Aku sudah membenci Sooyeon sejak kecil. Semenjak ia di temukan bersama Ibunya terlantar di tepi jalan, dan ia tinggal bersamaku, tak tahunya kelakuannya melunjak. Ia menjadi manja begitu juga dengan Ibunya. Hingga aku dan Sooyeon tumbuh remaja. Tetap saja Sooyeon yang selalu di nomor satukan.

Seandainya saja ada Ibu. Pasti keadaan takkan seperti ini.

“Jongin-ssi—”

Tsk! Itu suara Sooyeon. Aku sangat membenci suaranya. Menikah dengannya semakin membuat kehidupanku menjadi kelam.

“BERISIK! AKU BISA BANGUN SENDIRI! TAK USAH MENGURUSIKU!” teriakku.

Aku sadar aku memang kejam dan jahat padanya. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku sudah terlanjur membencinya sejak awal. Ia sudah banyak membuatku sakit hati. Tapi, setelah sekian lama bersamanya, kebencianku padanya mulai berkurang. Namun, aku berusaha untuk menutupi perasaan ini.

“Maafkan aku. Sarapan sudah ku siapkan di bawah.” ucapnya—dari luar kamarku.

Aku tak membalas perkataannya. Terkadang, aku merasa kasihan padanya. Aku tahu ia sudah berubah. Tapi, rasa sakit hati bercampur gengsi di diriku tetap bertahan.

Aku pun bangun dari ranjangku. Lebih baik aku bergegas mandi agar aku tak terlambat bekerja.

>>> 

Aku keluar dari kamarku dengan pakaian resmi serta tas di tanganku. Tak ada Sooyeon. Aku yakin saat ini ia sedang mengunci dirinya di kamarnya, seperti biasa. Semenjak aku mengatakan kata-kata yang ku yakini berhasil membuat perasaannya hancur, ia tak pernah muncul di hadapanku saat pagi hari.

Aku berjalan menuju ruang makan. Aku membuka tutup saji di atas meja makan. Menu sarapan pagi ini adalah sup rumput laut, masakan favoritku. Aku tersenyum melihatnya. Sooyeon memang mengetahui masakan favoritku. Terlebih lagi saat Ibu sering memasakkan sup rumput laut padaku dan Sooyeon.

Lagi, hal ini membuatku merasakan getaran yang aneh tentang Sooyeon.

>>> 

Aku merentangkan otot-ototku setelah selesai mengerjakan file. Aku segera bersandar di kursiku dan memejamkan mataku sejenak.

“Bagaimana hubunganmu dengan Sooyeon?”

Aku membuka mataku terpaksa. Pertanyaan Sehun—partner kerjaku sekaligus sahabatku sejak kecil—sangat tidak pas untuk suasana hatiku yang lelah.

“Seperti biasanya. Tak ada perubahan.” jawabku.

Sehun tampak mendesis,

“Kapan kalian berdamai? Ayolah, Jongin-ah. Sooyeon sudah baik padamu. Kapan kau membalasnya?”

“Never mind. Aku sendiri tak tahu, Sehun-ah. Rasa sakit hatiku masih kokoh mempertahankan bentengnya.” jawabku—di iringi helaan nafas berat.

“Sehun-ah~” panggilku.

“Hm?” balasnya.

“Apa kau punya teman kencan—lagi?” tanyaku.

Sehun mendesis lagi. Di saat seperti ini, aku masih bisa menanyakan hal konyol seperti itu. Memang, satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa stress ku ini adalah berkencan dengan seorang wanita—selain Sooyeon.

>>> 

Aku duduk di sebuah kursi di tepi sungai Han. Pemandangan sungai Han dan hembusan angin seperti sebuah penyegaran untukku.

“Jongin oppa?”

Aku menoleh ke sumber suara. Oh, rupanya teman kencan yang harusnya berkencan dengan Sehun sudah datang. Wanita ini tampaknya cukup cantik dan manis. Wajahnya sedikit mirip dengan—err Sooyeon.

“Selamat sore. Namaku Bae Suzy. Panggil saja aku Suzy!” ucap wanita itu.

“Oh, hai, Suzy-ssi.” sapaku.

Suzy merengut—membuatnya tampak semakin lucu.

“Jangan memanggilku seformal itu, oppa.” ucapnya.

Aku terkekeh pelan—seraya mengusap kepalanya perlahan. Namun, ia segera menarik tanganku hingga aku berdiri.

“A-Ada apa?” tanyaku.

“Ayo, kita berkeliling!” ajaknya.

Tiba-tiba, mataku menangkap dua sosok yang aku kenal. Astaga! Bukankah mereka adalah Ibu Sooyeon dan juga Taeyeon? Habislah sudah nyawaku. Jangan sampai Ayah tahu akan hal ini.

“Suzy-ah, ayo kita pergi.” ajakku—seraya menarik tangannya.

“Eh—kemana?” tanya Suzy—tampak bingung.

“Sudah, ikut saja.” perintahku—lalu membawanya pergi.

>>> 

Saat ini aku berada di sebuah restauran. Aku memesan ruangan VVIP untukku sendiri. Aku juga memesan vodka dan soju untukku sendiri. Saat ini rasa stress ku semakin meningkat. Aku terus memikirkan kejadian tadi sore. Bagaimana jika Ibu Sooyeon mengadukan hal ini pada Ayah? Hancur sudah tubuhku pasti karena di pukuli oleh Ayah.

Tiba-tiba, aku yang sudah setengah sadar ini teringat akan wajah Sooyeon. Aku tahu ia sangat mencintaiku. Bahkan aku ingat saat dirinya mencoba melindungiku dari pukulan Ayah. Hanya saja kebencian telah membutakan hatiku untuk mencintainya.

“Sajangnim~”

Sepertinya ada yang memanggilku. Aku menoleh ke sumber suara. Oh, ternyata Sooyeon.

“Ada apa kau kemari?” tanyaku.

“Apa yang kau lakukan? Kenapa kau mabuk, sajangnim?” tanyanya.

“Aku menyuruhmu untuk memanggilku dengan formal, tapi tidak menyebutku sajangnim.” ucapku.

“B-Baiklah, J-Jongin-ssi. Sekarang lebih baik anda pulang.”

Aku memandang wajah Sooyeon lekat-lekat. Sungguh sayang sekali selama ini aku memperlakukannya sangat kasar dan jahat.

Entah mengapa tanganku bergerak sendiri—menarik punggungnya dan mulai menempelkan bibirku ke bibirnya. Tanganku berjalan dan mencoba membuka kancing bajunya, namun Sooyeon segera menahannya.

“Jangan disini.” ucapnya.

Aku terkekeh mendengarnya. Tampaknya Sooyeon menerima perlakuanku. Mungkin memang sudah saatnya aku mengabulkan permintaan Ayah yaitu memberikan seorang cucu.

>>> 

Aku membuka mataku perlahan. Kepalaku terasa sangat berat. Aku menoleh ke arah sampingku. Betapa kagetnya aku saat melihat siapa yang ada di sampingku.

“YURI-SSI?”

“Ada apa, Jongin-ah?” tanyanya.

Aku segera bangkit dan melempar bantal ku ke wajahnya.

“YA! APA YANG KAU LAKUKAN?” teriaknya—seraya memakai pakaiannya.

“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanyaku.

“Apa kau lupa tadi malam kita melakukan apa?” tanyanya.

Astaga! Apa aku tidak melakukannya bersama Sooyeon, melainkan bersama Yuri?

“Gugurkan anakmu!” perintahku.

“A-Apa?” tanyanya—tampak syok.

“Atau kau akan ku pecat.” ancamku.

Yuri menyeringai—membuatku sedikit takut,

“Tenang saja, Jongin-ssi. Aku menggunakan kontrasepsi.” ucapnya.

Huh, syukurlah!

“PERGI DARI KAMARKU!” teriakku—mengusirnya.

Yuri dengan pakaiannya yang berantakan keluar dari kamarku. Aku segera menutup pintu kamarku sekencang mungkin. Pasti Sooyeon tahu akan hal ini. Lantas bagaimana dengannya? Aku kembali melukai hatinya.

>>> 

Sehun menatapku tajam setelah ku ceritakan semua yang terjadi padaku.

“Ini sudah terlanjur, Sehun-ah. Mau bagaimana lagi?” tanyaku—prustasi.

“Kau itu bodoh atau apa, Jongin-ah? Yuri itu bukan tipe orang yang akan diam saja. Bagaimana jika ia melaporkan hal ini pada Kim sajangnim? Bisa mati kau, Jongin-ah.” omelnya.

Aku mengutuki diriku sendiri. Benar juga apa yang di katakan Sehun.

“Jadi, aku harus bagaimana, Sehun-ah?” tanyaku.

“Pergi dan minta maaf kepadanya!” perintah Sehun.

“A-APA? MINTA MAAF PADA YURI?” teriakku—syok.

“Harga diri menurun atau di bunuh oleh Kim sajangnim?” tanyanya.

Aku menelan salivaku kasar. Pilihanku satu-satunya adalah meminta maaf pada Yuri.

>>> 

Aku mengetuk pintu ruangan Yuri. Aku malu sekali. Rasanya seperti menjilat ludah sendiri.

“Silakan masuk!” ucapnya.

Aku membuka pintunya perlahan. Aku masuk dengan sedikit gemetaran. Rasanya aku takut permintamaafan ku di tolak mentah-mentah oleh Yuri.

“Ada apa kemari, sajangnim?” tanyanya.

“A-Aku ingin—a-aku—”

“Anda tidak perlu bersusah payah untuk meminta maaf, sajangnim. Orang lain sudah mewakilkan permintamaafanmu kemarin sore.”

Aku membelalakan mataku mendengarnya. Siapa yang sudah mau mewakilkan ku dalam melakukan hal ini? Sehun? Tidak mungkin dia.

“Istrimu, Kim Sooyeon. Dia lah orang yang sudah mewakilkan anda, sajangnim.”

DEG!

Sooyeon melakukan ini? Setelah aku menyakiti hatinya lagi?

“Jangan berbohong, Yuri-ssi.” ucapku.

“Saya tidak akan mendapatkan keuntungan jika saya berbohong, sajangnim.”

Benar juga apa kata Yuri. Jadi, Sooyeon telah melakukan hal mulia seperti ini? Sungguh berdosanya aku. Aku sangat malu melebihi rasa malu jika permintamaafanku di tolak oleh Yuri.

>>> 

Aku melihat Sooyeon yang sedang menyiapkan makan malam. Hari ini aku sengaja pulang cepat. Aku tak ingin pulang tanpa melihat Sooyeon seperti biasanya karena ia akan tidur lebih dulu.

“Sooyeon-ah~” panggilku.

Ia menoleh—kaget. Mungkin ia ragu karena aku memanggilnya tidak formal.

“Terima kasih.” ucapku.

“Untuk apa, Jongin-ssi?” tanyanya.

Ku mohon, Sooyeon-ah. Jangan panggil aku seformal itu lagi. Maafkan aku!

“Hngg—sudah meminta maaf pada Yuri.” jawabku.

Sooyeon tampak terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, ia tersenyum manis. Oh, senyuman yang sangat ku rindukan. Sudah sekian lama aku jarang melihatnya. Betapa bodohnya aku menyia-nyiakan wanita secantik dan sebaik Sooyeon.

>>> 

Akhirnya aku bisa tersenyum lega. Sehun pun selalu menggodaku hari ini. Namun, saat ada nomor asing masuk ke ponselku, senyumanku memudar. Perasaan aneh menyelimutiku. Aku segera mengangkat telepon dari orang asing itu.

“Halo?”

“Jongin oppa? Apa kau mengingatku?”

Aku menelan salivaku kasar. Suara ini..

“Yoona?”

>>> 

Aku dan Yoona berada di sebuah kedai es krim di Lotte World. Yoona adalah cinta pertamaku saat aku masih SMA. Namun, hubungan kami berakhir setelah ia pindah ke Tokyo bersama keluarganya.

“Oppa, apa kau merindukanku?” tanyanya.

Aku hanya tersenyum kecut. Merindukannya? Sangat, sangat merindukannya.

“Oppa, aku berpikir untuk memulai kembali hubungan kita. Bagaimana menurutmu?”

DEG!

Memulai kembali hubungan? Sementara aku sudah berstatus sebagai seorang suami?

“Oppa!”

“Ah? I-Iya? Ada apa?” tanyaku—gugup.

Yoona tampak merengut. Sedetik kemudian, ia menarik tanganku dan membawaku keluar dari restauran.

“K-Kita mau kemana?” tanyaku.

“Kemana saja. Kau menyebalkan!” jawabnya—terdengar kesal.

Aku memutar bola mataku. Yoona merupakan tipe orang yang mudah merajuk. Aku masih ingat akan hal itu.

“Yoona-ah?”

Aku menoleh ke sumber suara. Astaga! Bukankah itu Yuri? Dia sedang berjalan menghampiri kami—bersama Sooyeon?

“Yuri eonni?” ucap Yoona.

Tunggu dulu! Apa Yoona dan Yuri saling mengenal?

“Jongin oppa, perkenalkan dia adalah sepupuku, Yuri eonni. Dan Yuri eonni, dia ini adalah Jongin oppa, cinta pertamaku.” ucap Yoona.

Astaga! Yoona mengatakan semuanya. Aku bisa melihat reaksi Sooyeon yang tampak syok. Kemarin aku baru saja membuatnya tersenyum kembali. Sekarang aku telah menyakiti hatinya lagi.

“A-Aku—” ucapku tertahan. Aku sendiri bingung ingin mengatakan apa. Untuk menjelaskan yang sebenarnya, ini bukan waktu yang tepat.

“Eonni, siapa wanita ini?” tanya Yoona.

“Yoona-ah, sebaiknya kau menjauhi pria ini.” ucap Yuri.

Yuri akan mengatakan semuanya. Ku mohon Yuri, jangan sekarang.

“Memangnya kenapa?” tanya Yoona.

“Karena dia adalah—”

“Direktur perusahaan ternama di Seoul.” seru Sooyeon.

Aku menatapnya aneh. Oh, Sooyeon, itu bukan jawaban yang masuk akal.

“Jadi, Yuri tak ingin kau dekat dengan seorang direktur. Mungkin—karena kebanyakan direktur itu suka memainkan perasaan wanita.” jelasnya.

Jadi kau menganggapku suka memainkan perasaan wanita? Baiklah, jika itu yang kau mau, Sooyeon-ah. Aku bersedia mengabulkannya.

Yoona tertawa renyah,

“Jongin oppa tak seperti itu, eonni. Jongin oppa adalah orang yang setia.” ucapnya.

Aku tersenyum mendengarnya. Yoona memang mengetahui keadaanku. Hanya Yoona.

“Yoona-ah, mau bermain roller coaster?” tawarku.

“Tentu. Ayo, oppa!” jawab Yoona, “Sampai jumpa, eonni!”

“Ah, iya.” jawab Yuri.

Aku dan Yoona saling bergenggaman tangan dan berjalan menuju wahana roller coaster. Hari ini aku sedikit muak pada Sooyeon.

>>> 

Sudah satu bulan aku dan Yoona sering bersama. Bahkan aku melupakan keberadaan Sooyeon. Yoona yang mengetahui Sooyeon hanya sebagai seorang pelayan di rumahku—tak mempermasalahkannya. Bahkan setiap kami bercumbu, Yoona tak mempedulikan saat Sooyeon melihat kami.

Miris? Tentu saja. Aku kasihan pada Sooyeon. Aku sadar aku bukanlah suami yang baik untuknya. Aku mencintainya, tapi rasa cintaku sebagian ada pada Yoona. Jadi, aku harus bagaimana? Haruskah ku pilih salah satunya?

Aku telah tiba di rumah di sore hari. Saatnya untuk meminta maaf pada Sooyeon. Sakit hatinya pasti sudah banyak.

“Sooyeon-ah~” panggilku.

Tak ada jawaban. Apa hanya perasaanku saja? Rumah ini terasa hampa. Apa Sooyeon sedang keluar?

“Sooyeon-ah? Kau dimana?” panggilku—sedikit berteriak.

Aku mencoba masuk ke kamarnya—untuk yang pertama kali. Aku melihat kamarnya kosong. Hanya ada ranjang, meja rias, TV, lemari dan kulkas. Tak ada peralatan make-up di meja rias milik Sooyeon, tak ada sprei di ranjangnya. Dan saat ku buka lemarinya..

KOSONG!

Tak ada satupun pakaiannya.

Apakah Sooyeon telah pergi?

Aku berjalan menuju kamarku. Aku berteriak prustasi. Aku merebahkan tubuhku kasar di atas ranjang. Kemudian, tanganku masuk ke dalam saku celanaku—mencoba menggapai ponsel milikku. Setelah ketemu, aku segera menekan tombol 2 yang menjadi nomor khusus yaitu nomor Sooyeon, nomor yang sangat jarang ku hubungi.

“Halo. Disini Kim Sooyeon. Maaf, aku sedang sibuk. Silakan tinggalkan pesan jika penting. Terima kasih.”

Sial! Nomornya tidak aktif. Hanya ada rekaman yang di pasang oleh Sooyeon. Aku sedikit kaget ia menggunakan nama Kim Sooyeon.

“Sooyeon-ah, kau dimana? Jika kau mendengar pesan ini, segeralah menghubungiku.” ucapku—meninggalkan pesan.

Aku melempar ponselku. Namun, mataku menangkap sebuah kertas di samping tempat aku berbaring. Aku meraihnya dan mencoba membacanya.

Dear Kim Jongin, my beloved husband..

 

Kau pasti saat ini marah padaku, bukan? Aku pergi tanpa memberitahumu lebih awal. Aku sudah memutuskan ini. Ini adalah pilihan yang tepat. Aku akan mengurus surat perceraian kita, dan kau bisa menikah dengan Yoona.

 

“How dare she!” gumamku—tak percaya.

Aku memutuskan untuk pergi ke Beijing. Tak perlu khawatir dengan aku. Di Beijing, aku punya seorang teman. Tolong ucapkan terima kasih banyak pada Ayah karena sudah merawatku sejak kecil. Terima kasih juga karena telah membiayai pengobatan Ibuku. Aku juga berterima kasih padamu, Jongin. Kau sungguh pria yang baik. Andai kau mencintaiku, pasti kau akan selalu setia padaku. Sayangnya aku bukan orang yang kau cintai. Dan aku telah mengetahui bahwa orang yang kau cintai adalah Yoona.

 

“Sooyeon-ah~” gumamku.

Aku mencintaimu, Kim Jongin. Tapi, aku rela kau bersama Yoona. Asal itu bisa membuatmu bahagia, aku rela.

Sampai jumpa, Jongin. Aku akan sangat merindukanmu. Pengacaraku akan datang menemuimu besok. Dia lah yang akan mengurus perceraian kita. Jadi, kau tak perlu khawatir. Aku sudah menandatangani surat perceraian kita.

 

Aku meremas kertas yang basah karena air mataku. Aku melemparnya hingga masuk ke tempat sampah. Aku terus menangisinya. Aku bukan suami yang baik. Aku tak bisa menjaga istriku. Aku telah mengecewakan Ayah. Aku tak bisa memberikan cucu untuk beliau. Aku harus bagaimana? Aku telah mengecewakan semua orang.

Tiba-tiba, ponselku berdering. Aku segera meraihnya. Oh, itu Yoona. Aku merejectnya. Aku tak peduli Yoona akan marah. Saat ini, yang ku pikirkan adalah Sooyeon.

“Aku harus menyusulnya! Ya, aku harus menyusulnya dan menggagalkan perceraian ini.” ucapku—yakin.

Aku segera berkemas dan menghubungi Sehun  untuk memesan tiket ke Beijing. Sooyeon, aku takkan semudah itu melepaskanmu. Meskipun aku membencimu, terkadang rasa benci menghilang dan berganti dengan rasa cinta. Rasa cinta yang amat dalam. Begitu pula sebaliknya. Terkadang rasa cinta  bisa berganti menjadi benci. Aku tak mengerti dengan perasaanku. Yang pasti, pelajaran yang ku dapatkan adalah jangan menyia-nyiakan seseorang yang ku miliki. Karena orang itu akan menjadi orang yang sangat berharga untukku selama hidupku.

END

Wife’s Not Considered (Jessica’s Version)


Gambar

Title : Wife’s Not Considered

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin

Support Cast :

  • SNSD’s YoonA as Im Yoona
  • SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
  • SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
  • Mom (Jessica’s)
  • JYJ’s Jaejoong as Kim Jaejoong (Kai’s Dad)
  • etc

Genre : Angst, Romance, Family

Length : Oneshoot

Rating : PG17

Note : Aku bikin dua versi, versi Jessica dan Kai. Semoga kalian suka, ya? Dan jangan lupa ninggalin jejak.

>>>

Mungkin sudah takdirku seperti ini. Mencintai tanpa di cintai. Hubungan ini terbentuk memang bukan karena cinta, melainkan rasa keterpaksaan. Tapi, setelah melewati hari bersamanya, akhirnya aku jatuh hati padanya. Tetapi bagaimana dengan dirinya? Dia masih kokoh mempertahankan keputusannya. Ia takkan pernah mencintaiku dan ia akan selamanya membenciku.

“Jongin-ssi, bangunlah. Hari ini kau harus bekerja, bukan?” ucapku—tepat di depan pintu kamar Jongin.

Setiap hari selalu seperti ini. Menyebut namanya dengan formal, membangunkannya dari luar kamarnya, dan tak boleh satu kali pun masuk ke dalam kamarnya. Selalu seperti ini. Tidak pernah berubah.

“Jongin-ssi—”

“BERISIK! AKU BISA BANGUN SENDIRI! TAK USAH MENGURUSIKU!”

Aku menggigit bibir bagian bawahku dengan tubuh yang gemetaran. Selalu saja seperti ini. Di bentak, di marahi, di salahi. Tapi aku tak pernah putus asa melakukannya. Karena jika aku tak membangunkannya, bisa saja posisinya sebagai direktur utama di perusahaannya terancam karena sikap ketidakprofesionalnya.

“Maafkan aku. Sarapan sudah ku siapkan di bawah.” ucapku.

Tak ada jawaban. Aku mulai melangkahkan kakiku menjauhi kamar Jongin dan menuju kamarku yang terletak di sebelah kamar Jongin. Aku segera masuk ke dalam kamarku dan menguncinya rapat. Jongin takkan senang jika ia keluar dan melihatku di pagi hari. Jika begitu, ia akan mengatakan, ‘Kenapa muncul di pagi hari? Aku tak berharap melihatmu pertama kali!’. Selalu seperti itu. Hingga akhirnya ku kabulkan keinginannya dengan mengunci diriku di dalam kamar yang hampa.

Aku merebahkan tubuhku di atas ranjangku dan mulai memejamkan kedua mataku perlahan, berharap aku bisa tidur dengan tenang meskipun ini sudah pagi.

>>> 

Aku membuka mataku saat mendengar ponselku berdering. Aku segera meraihnya dan menatap layar ponselku dengan keadaan setengah sadar. Mata buramku mengira yang menelponku adalah Ibuku. Aku pun mengangkatnya.

“Halo?”

“Sooyeon-ah~”

Aku tersenyum. Benar, ini suara Ibu.

“Ada apa, eomma?” tanyaku.

“Eomma tadi pergi ke sungai Han, sayang.”

Aku menghela nafas berat. Ibu memang keras kepala. Kondisinya belum pulih total. Dokter belum mengijinkan Ibu melakukan aktivitas seperti biasa.

“Eomma—”

“Eomma bosan berada di rumah, sayang. Jadi, eomma memutuskan untuk keluar. Lagipula eomma di temani oleh sahabatmu, Taeyeon.”

Aku menghela nafas lega. Untunglah Taeyeon yang menemani Ibu. Taeyeon adalah sahabatku yang berprofesi sebagai seorang perawat di Rumah Sakit. Jadi, aku tak perlu khawatir.

“Katakan padanya terima kasih karena sudah mau menemani eomma.” pintaku.

“Tapi—”

“Tapi apa, eomma?” tanyaku.

“Eomma kurang yakin. Tapi, Taeyeon merasa yakin dengan siapa yang kami lihat.”

“Apa yang eomma lihat?” tanyaku—bingung.

“Itu—suamimu—”

Suamiku? Jongin maksudnya? Ada apa dengannya?

“Ada apa, eomma?” tanyaku—gugup dan khawatir.

“Kami melihatnya berjalan di sungai Han bersama wanita lain.”

DEG!

Aku menelan salivaku kasar. Hal ini tak perlu ku kageti karena hal ini memang sering terjadi hanya saja Ibu dan Taeyeon tak mengetahuinya. Tetapi, mendengar hal ini terjadi lagi membuat hatiku teriris pisau yang tajam.

“E-Eomma tidak yakin, Sooyeon-ah. Jadi, tidak usah takut dulu. Mungkin Taeyeon salah melihat.”

Aku memaksakan diriku untuk tersenyum,

“Tidak apa, eomma. Aku rasa wanita itu adalah rekan bisnis Jongin.” jawabku.

“Eomma harap begitu.”

Aku menghela nafas berat sekali lagi. Mengapa Jongin tak pernah berubah? Jika kejadian ini di lihat oleh Ayahnya, bisa saja Jongin kembali di pukul oleh Ayahnya.

PLAKK!!

 

Jongin tersungkur di lantai akibat tamparan Ayahnya yang sangat keras. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku hanya menunduk ketakutan.

 

“DASAR PRIA BODOH! APA YANG KAU LAKUKAN, BODOH? KAU SUDAH MENGKHIANATI SOOYEON! KAU JUGA MEMPERMALUKAN KAMI SEMUA KARENA KELAKUANMU ITU! KAU SUDAH BERISTRI, KIM JONGIN! SADARLAH! ISTRIMU ADALAH SOOYEON! KENAPA PERGI DENGAN WANITA LAIN?”

 

“Karena aku tidak mencintai Sooyeon sedikit pun! Aku menikah dengannya karena terpaksa.” jawab Jongin—yang sukses membuatku rapuh saat itu juga.

 

Ayahnya kembali menampar Jongin. Beliau juga memukul dan menendang Jongin hingga Jongin berteriak kesakitan.

 

Aku tak bisa diam saja. Ku hampiri Jongin dan memohon ampun pada mertuaku.

 

“Jangan sakiti Jongin, abeoji. Ku mohon!” mohonku.

 

“Jangan membelaku!” bentak Jongin.

 

“Tidak. Aku tidak mau kau seperti ini, Jongin-ah.” ucapku.

 

Aku beralih pada mertuaku. Ia masih memperlihatkan wajahnya yang penuh amarah.

 

“Tolong maafkan dia, abeoji! Maafkanlah dia.” pintaku.

 

“Sooyeon-ah~”

 

“Ku mohon, abeoji. Maafkanlah Jongin.” pintaku—sambil terus menangis.

 

Akhirnya Ayahnya Jongin mau memaafkan Jongin dengan syarat Jongin takkan melakukan hal ini lagi.

“Sooyeon-ah?”

Aku tersentak. Aku baru sadar ponselku masih menempel di telinga kananku.

“Iya, eomma?”

“Apa kau baik-baik saja?”

“Iya, aku baik-baik saja, eomma.” jawabku.

“Baiklah. Eomma tutup dulu teleponnya. Sampai jumpa~”

“Iya, sampai jumpa, eomma.” balasku—lalu mengakhiri teleponnya.

Aku mengusap air mataku yang mengalir begitu saja. Kejadian itu selalu berhasil membuatku menangis jika mengingatnya.

>>> 

Aku membuka pintu utama setelah mendengar suara bel berbunyi. Aku kaget melihat Jongin di rangkul oleh sekretarisnya yang cantik bernama Kwon Yuri. Sebenarnya ini sudah biasa terjadi. Tapi, aku kaget saat melihat keduanya sedang mabuk.

“Selamat malam, Sooyeon-ssi. Kamar Jongin dimana, ya?” tanya Yuri.

“U-Untuk apa kau menanyakan itu?” tanyaku—bingung.

“Jongin memaksaku untuk melakukan ‘itu’. Ia meminta untuk melakukannya di kamarnya sendiri. Benar, kan, sayang?”

“Tentu saja, sayangku. Minggir kau. Jangan menghalangi jalanku, pelayan kampungan!” ucap Jongin.

Aku menunduk sedih. Jongin seperti ini lagi. Selalu saja menyakiti perasaanku.

“Cepat minggir!” bentak Jongin.

Aku mengangguk dan mempersilakan mereka untuk lewat. Setelah mereka menaiki anak tangga, aku segera menutup pintu.

Aku menangis lagi. Isakan mulai terdengar jelas. Aku berjongkok di depan pintu seraya menutup kedua wajahku dan terus menangis. Jongin keterlaluan. Bahkan dia berani bersetubuh dengan wanita lain.

Tapi, aku akan terus bertahan sampai kapan pun. Tuhan membenci makhluk-Nya yang berputus asa. Aku yakin, suatu saat nanti mukjizat akan datang kepadaku. Karena aku tahu, Tuhan itu maha adil.

>>> 

“PERGI DARI KAMARKU!”

Aku tersentak mendengar teriakan yang sangat keras dari lantai atas. Itu teriakan Jongin. Aku segera keluar dari dapur dan berdiri di dekat anak tangga seraya melihat ke atas. Aku kaget saat melihat Yuri dengan pakaian berantakan turun dari anak tangga.

BLAMM!!

Suara pintu kamar Jongin di tutup dengan keras terasa di gendang telingaku. Tampaknya Jongin tak menyadari apa yang ia lakukan bersama Yuri. Tentu saja, mereka kan sedang mabuk.

Saat Yuri sudah sampai di lantai dasar, ia menatapku tajam.

“Akan ku pastikan suamimu mendapatkan balasannya, Sooyeon-ssi!” ucapnya—lalu segera pergi.

Aku menelan salivaku kasar. Bagaimana jika ia mengadukan ini pada Ayah dan Jongin akan kembali di hukum oleh Ayahnya? Bagaimana ini?

Oke, satu-satunya cara adalah untuk meminta maaf pada Yuri.

>>> 

Aku menunggu Yuri di sebuah kafe dekat kantor Jongin. Setelah menunggu sepuluh menit, akhirnya Yuri muncul dari balik pintu kafe. Ia segera menghampiriku setelah berusaha mencari keberadaanku. Setelah sampai, ia segera duduk di kursi yang ada di hadapanku.

“Ada apa, Sooyeon-ssi?” tanya Yuri.

“Hm, begini, langsung saja, aku ingin meminta maaf—”

“Mau pesan apa, agasshi?” tanya seorang pelayan.

Aku menghela nafas berat. Pelayan ini berhasil memotong pembicaraan kami.

“Moccalatte.” ucapku.

“Sama dengannya.” ucap Yuri.

“Baiklah. Harap menunggu.” ucap pelayan itu—lalu segera pergi.

Yuri menyingkirkan sehelai rambut yang menutupi wajahnya. Sungguh, ia sangat cantik. Jauh lebih cantik di bandingkan aku.

“Kau ingin meminta maaf atas perlakuan suamimu itu?” tanya Yuri.

Oh, selain cantik, ia di berkahi kecerdasan dalam menebak. Ia sangat pantas menjadi sekretaris di perusahaan besar milik Jongin.

“Tepat.” jawabku.

“Aku tak bisa semudah itu memaafkan pria bajingan itu.” ucap Yuri.

Aku mengulum senyumanku. Bajingan? Aku tak terima dengan perkataan itu.

“Maaf, Yuri-ssi. Kata-katamu—”

“Dia memang bajingan. Buktinya dia berselingkuh dengan wanita lain selain dirimu. Apa kau tak sadar, Sooyeon-ssi? Kenapa kau diam saja?” tanya Yuri.

Yuri, kau benar. Tapi aku tak bisa menganggapnya seperti itu.

“Sooyeon-ssi, harusnya kau sadar. Kau adalah istrinya. Apa kau tak lelah di sakitinya terus menerus?” tanya Yuri.

Aku menutup mulutku karena isakan mulai keluar. Air mataku tak dapat ku bendung lagi. Mulai saat ini, Yuri ku percaya sebagai orang yang bisa menerima curahan hatiku.

>>> 

Aku tak menyangka bisa berteman dengan Yuri. Bahkan saat ini kami sedang bermain di Lotte World. Yuri mengusulkan ini. Ia ingin aku melupakan masalahku sejenak dan bersenang-senang. Memang sudah lama aku tak bersenang-senang seperti ini.

Setelah selesai menikmati wahana permainan, aku dan Yuri memutuskan untuk makan di sebuah restoran di Lotte World.

“Pesan salad dua, ya?” pinta Yuri.

“Baik. Harap menunggu.” ucap pelayan—lalu pergi.

“Yuri-ah, hari ini sangat menyenangkan.” seruku.

“Iya. Aku juga merasakannya. Sudah lama aku tak kesini. Mungkin karena aku terlalu serius dengan pekerjaanku.” ucapnya.

Aku mengangguk ceria. Ah, hari yang indah.

“Sooyeon-ah~” panggil Yuri.

“Ada apa, Yuri-ah?” tanyaku.

“Bukankah itu—”

Aku mengikuti arah pandang Yuri. Aku menelan salivaku kasar setelah melihat apa yang Yuri lihat. Jongin bersama wanita lain. Siapa lagi kali ini?

Yuri bangkit dan menarikku. Aku menggeleng dan menolak. Tapi Yuri tetap bersikeras menarikku. Akhirnya aku pasrah dan keluar dari restoran.

Aku dan Yuri menghampiri Jongin bersama wanita yang tidak ku kenal. Tapi aku sempat kaget karena merasa wanita itu mirip dengan Yuri.

“Yoona-ah?”

“Yuri eonni?”

Apa? Mereka saling mengenal?

“Jongin oppa, perkenalkan dia adalah sepupuku, Yuri eonni. Dan Yuri eonni, dia ini adalah Jongin oppa, cinta pertamaku.”

DEG!

Cinta pertama? Jadi, wanita ini adalah cinta pertama Jongin?

“A-Aku—” Jongin menahan kata-katanya. Apa yang ingin ia katakan?

“Eonni, siapa wanita ini?” tanya wanita itu.

“Yoona-ah, sebaiknya kau menjauhi pria ini.” ucap Yuri.

Tidak, Yuri-ah. Jangan katakan yang sebenarnya.

“Memangnya kenapa?” tanya Yoona.

“Karena dia adalah—”

“Direktur perusahaan ternama di Seoul.” potongku cepat.

Mereka bertiga menatapku aneh.

“Jadi, Yuri tak ingin kau dekat dengan seorang direktur. Mungkin—karena kebanyakan direktur itu suka memainkan perasaan wanita.” jelasku.

Yoona tertawa renyah, dan itu membuatnya tampak sangat cantik.

“Jongin oppa tak seperti itu, eonni. Jongin oppa adalah orang yang setia.” ucap Yoona.

Setia? Setia darimana? Mungkin Jongin memang setia jika ia dengan orang yang ia cintai. Tentu saja ia tak setia padaku. Bukankah ia membenciku?

“Yoona-ah, mau bermain roller coaster?” tawar Jongin.

“Tentu. Ayo, oppa!” jawab Yoona, “Sampai jumpa, eonni!”

“Ah, iya.” jawab Yuri.

Aku melihat mereka berlalu sambil berpegangan tangan. Uh, andai saja aku berada di posisi Yoona. Pasti sangat menyenangkan bisa berpegangan tangan dengan Jongin.

“Sooyeon-ah, kau adalah wanita terbodoh yang pernah ku temui.” ucap Yuri.

Aku menggeleng sambil tersenyum,

“Tidak, Yuri-ah. Hanya orang bodoh yang mau menghancurkan momen kedua sejoli yang sedang bernostalgia.” ucapku.

“Hanya orang bodoh yang mau menyembunyikan fakta, Sooyeon-ah.” ucap Yuri—lalu pergi.

Aku tahu Yuri pasti kecewa padaku. Tapi, apa daya? Aku tak mungkin membuat Jongin bertambah benci padaku.

>>> 

Hari mulai berlalu, minggu bahkan bulan juga berlalu. Jongin dan Yoona semakin dekat saja. Bahkan yang menyakitkan adalah, aku sering melihat mereka bercumbu di kamar Jongin. Ini sangat menyakitkan. Tapi, aku rela.

Memang seharusnya aku tak menerima tawaran seorang Kim Jaejoong untuk menikah dengan puteranya bernama Kim Jongin. Hanya karena aku harus mencari biaya untuk pengobatan Ibuku, aku harus menerima tawaran ini. Kim Jaejoong beralasan karena sampai saat ini Jongin tak memiliki pasangan, bisanya hanya bermain saja. Kini aku mengetahui jawabannya. Jongin tak memiliki pasangan karena ia menunggu kehadiran Yoona.

Kini Yoona telah kembali. Kebahagiaan datang kembali di hati Jongin. Aku merasakannya. Sangat merasakannya.

Aku segera meraih kertas dan pena. Aku mulai menulis kata demi kata. Setelah itu, aku masuk ke kamar Jongin.

Kebetulan Jongin sedang bekerja. Ia pasti akan marah padaku karena aku telah lancang masuk ke kamarnya. Tapi, inilah satu-satunya cara agar ia menemukan suratku.

Aku melihat kamar Jongin yang sangat tertata rapi dan wangi. Jongin memang tipe orang yang bersih. Benar-benar tipe idealku. Tapi, inilah nasibku. Cintaku bertepuk sebelah tangan.

Aku meletakkan kertas tersebut di atas meja rias milik Jongin. Aku mencoba membendung air mataku dan keluar dari kamar Jongin. Aku kembali ke kamarku dan membawa tas serta koper yang telah ku persiapkan sejak tadi keluar. Aku keluar dari rumah dan mencari taksi. Setelah menemukan taksi, aku pergi ke bandara.

Akhirnya aku sampai di bandara. Aku memesan tiket dan naik ke pesawat dengan cepat meskipun waktu penerbangan tinggal 10 menit lagi. Aku memutuskan untuk pergi ke Beijing. Mungkin disana aku bisa menemukan kehidupan yang baru.

Aku mengetik pesan kepada Yuri.

To: Yuri

Jaga dirimu baik-baik. Semoga kau tak bernasib sama denganku, Yuri-ah. Aku senang bisa bersahabat denganmu. Aku menyayangimu~

Aku menyentuh tombol mengirim. Aku bersandar perlahan. Waktu tinggal 5 menit lagi. Aku akan meninggalkan negera Korea Selatan.

Ibu, semoga kau lekas sembuh. Taeyeon, tolong jaga Ibuku. Yuri, kau harus banyak makan. Belakangan ini kau sangat kurus.

Dan untuk Jongin, semoga kau bahagia bersama Yoona.

END

Little Misunderstanding


Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
EXO-M Kris
SNSD Jessica
SNSD Yuri

Support Cast :
EXO (K&M)
SNSD
etc

Genre : Romance, Comedy, Angst

Length : Oneshoot

>>>

BUKK!!

Jessica menutup laptopnya kasar. Matanya mulai berair. Ia segera beranjak pergi dari ranjangnya menuju keluar kamarnya.

“Morning, Jessi.” sapa Tiffany.

Jessica melewati Tiffany tanpa membalas sapaan Tiffany.

“Hey! Whats wrong with you?” tanya Tiffany, ia mendengus kesal karena lagi- Jessica tak menjawab pertanyaannya.

Jessica meraih jaket yang bergantung di dinding. Ia juga mengambil shall, sarung tangan, masker, kaus kaki serta sepatunya.

“Ya! Musim dingin seperti ini kau mau keluar?” tegur Taeyeon.

Jessica tak menggubrisnya. Ia tampak sibuk memasang benda-benda yang ia ambil ke anggota tubuhnya.

“Sica~ah, mobilmu takkan bisa berjalan di musim seperti ini. Banyak salju di daratan.” ucap Yuri.

Jessica melemparkan death-glare-nya pada Yuri. Yuri sempat bergedik ngeri.

“Kau marah?” tanya Yuri berhati-hati.

Setelah Jessica selesai memasang semua benda yang ia ambil ke anggota tubuhnya, ia segera mengambil tasnya lalu keluar.

BLAMMM!!!

Pintu di tutup dengan kasarnya.

“Aigoo! Apakah Sica onnie marah padaku?” tanya Yoona seraya memasang wajah sedih.

“Memangnya apa yang kau lakukan?” tanya Hyoyeon penasaran.

“Aku mengambil snack di laci lemarinya.” jawab Yoona polos.

“YA! ITU SNACK MILIKKU!!” protes Sooyoung.

“Hehehehe…” Yoona hanya menyengir tidak jelas.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi pada Sica.” ucap Sunny.

“Ayo kita selidiki!” seru Seohyun bersemangat.

“Ya! Kenapa kau begitu bersemangat, magnae?” tanya Taeyeon.

“Daripada tidak ada kerjaan.” jawab Seohyun.

“Lebih baik kau duduk yang manis di depan TV, karena sebentar lagi Keroro-mu akan tayang.” saran Tiffany.

“Ah! Gomawo onnie. Aku hampir saja lupa.” ucap Seohyun lalu segera pergi dan duduk di depan TV.

“Sepertinya Sica marah padaku.” ucap Yuri.

“Mana mungkin dia marah padamu karena kau mengingatkan soal mobilnya!” kata Sooyoung.

“Bukan. Mungkin saja Sica marah bukan soal itu tetapi menyangkut diriku. Karena tadi- Sica melemparkan death-glare-nya padaku. Terakhir dia melakukan itu saat training.” jawab Yuri.

“Majayo. Sica onnie jarang sekali marah pada seobang-nya!” ucap Yoona setuju.

“Sudah ku bilang, ini harus segera di selidiki, onniedeul.” ucap Seohyun yang matanya fokus pada TV.

Sooyoung mengangguk,
“Joohyun benar! Ada baiknya jika kita menyelidiki.”

Taeyeon menghela nafas,
“Keunde.. ottokhe?” tanyanya.

“TIDAKKKK!!!!!!!”

Semuanya refleks menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu adalah teriakan dari Sunny yang berada di kamar Jessica dan Sooyoung.

Semua anggota- terkecuali Seohyun segera menghampiri Sunny.

“Waegeurae, Sunkyu~ah?” tanya Tiffany.

“Bwa!” Sunny menunjuk ke layar laptop Jessica, “Keunde- Yuri tidak boleh melihat!” tambahnya.

“Ye?” Yuri tersentak, “Wae?”

“Aniya. Kau diam saja disana.” jawab Sunny.

“Pantas saja!” ucap Taeyeon- yang asyik menatap layar laptop Jessica dengan seksama.

“Ternyata cemburu!” ucap Hyoyeon- seraya mengangguk-anggukan kepalanya.

“Ya! Waegeurae?” tanya Yuri penasaran.

“Aniya! Yuri onnie tidak boleh melihat!” seru Yoona- sembari menutupi layar laptop Jessica dengan bantal.

“Yoongie.. Jebalyo~” mohon Yuri.

“Seobang suka seobang. Bagaimana bisa?” tanya Sooyoung kebingungan.

“Maksudnya?” tanya Yuri tak mengerti.

“OK. Sebaiknya kita beritahu Yuri.” ucap Taeyeon.

“Nde. Ppaliwa!”

“Yuri~ah, Kris..”

“Kris? Wae?” tanya Yuri.

“He likes you.” jawab Tiffany.

“MWORAGU??? JINJCHAGIDERO???” teriak Yuri shock.

“Di artikel ini, anggota EXO-M memilih anggota tercantik di SNSD. Luhan dan Tao memilih Yoona..”

“Jinjcha? Gomawo~” ucap Yoona- tersenyum malu.

“Ya! Orangnya tidak ada disini. Kau ini berlebihan!” cibir Tiffany.

“Lay memilih Taeyeon..”

“Double WOW! Fanboy-ku bertambah.” seru Taeyeon dengan aegyeo-nya.

“Semakin berlebihan.” cibir Tiffany.

“Dan Kris memilihmu!” lanjut Sunny.

“Ige mwoya? Baboneun Kris. Dia itu namja chingu Sica. Tapi kenapa memilihku? Neomu baboya!” gerutu Yuri tak terima.

“Disini tertulis, alasannya memilihmu saat melihatmu di IY 1. Katanya kau sangat cantik.” ucap Sunny.

“Aku ingin berterima kasih. Tapi Sica..”

“Kita pasrah saja, Yuri~ah. Kita tunggu reaksi Sica saat pulang nanti.” ucap Sooyoung.

“Semoga saja hubungan mereka tak kandas di tengah jalan.” harap Yuri.

>>>

Jessica melewati badai salju yang lebat. Dengan amarah yang penuh, ia terus berjalan menuju asrama EXO-K. Kebetulan EXO-M juga ada disana.

Jessica menghela nafas lega karena pada akhirnya ia sampai di asrama EXO-K.

“Nuguseyo?” tanya Security.

Jessica membuka maskernya,
“Jessica!” jawabnya.

“Silakan masuk, sajangnim.” ucap Security itu.

Jessica pun masuk ke asrama EXO-K.

Jessica membersihkan salju yang menempel pada jaketnya. Dingin, tentu saja. Tapi itu semua bagaikan angin lalu bagi Jessica. Di saat marah seperti ini, hal yang dingin pun bisa menjadi panas.

Ting! Tong!

Jessica menekan bel beberapa kali. Tak lama kemudian, seorang pria berwajah manis membuka pintu.

“Annyeonghaseo, Sica noona!” sapanya.

“Annyeong, Luhan~ya.” balas Jessica.

“Kris?” tebak Luhan.

Jessica mengangguk membenarkan.

“Mari masuk. Kau sudah melewati badai salju yang dingin, noona.” ucap Luhan.

Jessica pun masuk, di iringi Luhan dari belakang.

“Noona?”

Semua anggota EXO yang tadinya sedang mengerjakan sesuatu, langsung mengakhirinya. Mereka berbaris lalu membungkuk sopan kepada senior mereka, Jessica.

“Annyeonghaseo, Sica noona.”

“Annyeong~” balas Jessica.

“Aigoo.. Noona, kau melewati badai salju?” tanya Suho tak percaya.

“Sudah biasa.” jawab Jessica santai.

“Hebat!” kagum yang lainnya.

“Kau pasti kedinginan. Ku buatkan cokelat panas dulu. Chankkamanyo, noona.” seru D.O lalu pergi ke dapur.

“Kyungsoo~ya, tak usah rep- repot.” ucap Jessica- namun D.O sudah pergi.

“Ku bantu melepaskan jaket ya?” tawar Luhan.

“Gomawo, Luhan~ya..”

Luhan membantu melepaskan jaket Jessica. Semua anggota memandangi mereka.

“Manis sekali.. seperti ibu dan anak.” ucap Chanyeol.

“Kalau begitu, siapa ayahnya?” tanya Chen.

“Tentu saja Kris gege.” jawab Tao.

“Ya! Biar bagaimanapun, aku lebih tua dari Kris.” protes Luhan.

“Hanya beberapa bulan, hyung.” jawab Kai.

Jessica melepaskan kaus kaki dan sepatunya. Ia juga melepaskan sarung tangan, shall, dan maskernya.

“Noona, kukumu cantik sekali.” kagum Baekhyun- yang melihat kuku tangan dan kaki Jessica.

“Gomawo. Kau mau? Akan aku bantu men-cat kukumu.” tawar Jessica.

“JANGAN!!!!!!!!” teriak yang lain.

“Hancur sudah image EXO jika ada anggota yang menggunakan nail di kukunya.” ucap Sehun.

“Aku hanya bercanda.” ucap Jessica- untuk sementara amarahnya sedikit menghilang.

“Ya! Kris eoddiga? Sica noona kemari untuk menemuinya.” ucap Luhan kesal.

“Kris gege sedang tidur.” jawab Tao.

“Jika kau mau, bangunkan dia, noona.” ucap Suho.

“Anni. Biarkan dia tidur.” jawab Jessica.

“Duduk dulu, noona. Akan ku ambilkan ember berisikan air panas.” ucap Xiumin.

“Gomawo..”

Xiumin segera ke dapur.

Jessica duduk di sofa, di temani anggota yang lain.

“Aku merasa tidak enak. Aku yeoja sendiri disini.” ucap Jessica.

“Baekhyun juga yeoja. Hobinya memakai eyeliner sepanjang hari.” ucap Chanyeol- membuka aib(?) Baekhyun.

“Ya! Jangan mempermalukan ku di depan Sica noona.” gerutu Baekhyun.

“Wah.. kita punya banyak kesamaan, ya? Aku juga suka memakai eyeliner.” ucap Jessica.

Baekhyun tersipu malu mendengarnya. Sedangkan anggota yang lain sibuk menahan tawa.

“Ini dia cokelat panas untuk Snow White yang cantik.” seru D.O- yang datang dengan cokelat panas di sebuah cangkir.

“Ya! Sica noona bukan Snow White. Sica noona adalah Ice Princess.” protes Sehun.

Jessica memandang pria yang sudah ia anggap sebagai adik kandungnya sendiri dengan gemas. Kemudian ia beralih kepada D.O dan mengambil secangkir cokelat panas buatannya.

“Gomawo, Kyungsoo~ya.”

Jessica menyeruput cokelat panas buatan D.O.

“Otte?” tanya D.O.

“Yumm.. Mashita!” jawab Jessica.

“Ah~ kamsahamnida.”

“Ini air panasnya!” seru Xiumin- yang membawa air panas di dalam ember.

“Tidak mendidih, kan?” tanya Jessica.

Xiumin terkekeh pelan, “Ini air hangat.” jawabnya.

Xiumin meletakkan embernya tepat di dekat kaki Jessica. Jessica pun mencelup(?)kan kakinya ke dalam ember tersebut.

“Hangat.. gomawo, Minseok~ya..”

“Nde. Cheonma.” jawab Xiumin.

“Hey! What are you guys doing with my wife?”

Semuanya menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu milik seorang pria bertubuh tinggi, berambut pirang, Kris.

“Seobang is coming!” seru Chen.

Semuanya terkekeh- tapi tidak dengan Jessica. Ia menatap Kris tajam.

“What’s up, babe? Are you miss me?” tanya Kris seraya berjalan menghampiri Jessica.

“Aku ingin bicara.” jawab Jessica- dengan nada yang dingin.

“Sepertinya serius sekali. Kita bicara di kamar?” tanya Kris.

“Whatever. Yang pasti, kita harus bicara empat mata.” jawab Jessica.

Semua anggota- tepatnya selain Kris saling memandang.

“Follow me!” Kris meraih pergelangan tangan Jessica- membawanya pergi ke surga milik Kris, yaitu kamarnya.

“What’s wrong, babe?” tanya Kris.

“Let’s to break up, Kris.”

“WHAT???!!!”

Mata Kris membulat sempurna. Ia tak menyangka akan hal ini. Mengapa Jessica meminta untuk mengakhiri hubungan mereka?

“Apa salah ku?” tanya Kris.

“Kau tidak salah apa-apa, Kris. Ini adalah keputusan yang terbaik. Aku harap kau bahagia dengan keputusan ini.” jawab Jessica sembari menunduk- tak berani menatap mata Kris.

Jessica berbalik dan berniat pergi. Namun Kris menarik tangannya dan membawanya kedalam pelukan Kris.

Kris membalikkan tubuh Jessica hingga posisi mereka berhadapan.

“Mana mungkin aku bahagia, Jess. Aku meminta alasan yang tepat. Tell me, Jess!” ucap Kris- dengan mimik wajah yang serius.

Jessica menghela nafas berat,
“You like Yuri, right?”

“What?”

“If you love her, you can leave me. I’m happy if you happy, Kris.”

“No, Jess. I never love her.” bantah Kris.

“Lalu- apa maksud artikel itu, Kris? Apa maksudnya?” tanya Jessica mulai terisak.

Tes!

Air mata Jessica jatuh perlahan. Kris mengusap air mata Jessica.

“Artikel? Aku tidak tahu tentang artikel. Aku tidak mencintai Yuri. OK, aku akui aku adalah fan-nya. Tapi hanya sekedar fan, Jess. Hanya sekedar fan!” Kris mencoba menjelaskan.

Jessica menatap Kris dengan isyarat, jelaskan-lebih-detail-lagi.

“Aha! I know! Pasti ini semua tentang pertanyaan siapa anggota tercantik di SNSD itu, kan? Right that?” tanya Kris menebak.

Jessica mengangguk.

Tawa Kris langsung meledak. Sementara Jessica mengembungkan pipinya lalu memukul dada Kris.

“Aww! Apheo!” ringis Kris.

“Payah~ pukulan seperti itu saja sudah sakit. Lagipula kenapa tertawa?” tanya Jessica kesal.

“Kau lupa kau itu jago tinju? Pukulanmu menyakitkan, tau! Dan soal aku tertawa, karena lucu saja.” jawab Kris.

“Lucu apanya?”

“Kau marah karena aku memilih Yuri sebagai yang tercantik? Hanya karena itu kau marah? Jadi menurutmu aku harus memilihmu sebagai yang anggota yang tercantik?” tanya Kris- dengan nada bercanda di iringi tawanya.

Jessica mengembungkan pipinya,
“Aku ingin pulang!”

Jessica segera melepaskan diri dari pelukan Kris.

Jessica berjalan ke pintu kamar Kris. Ia memutar knop pintu-nya.

“Terkunci?” gumam Jessica.

“Mencari ini, babe?”

Jessica menoleh dan mendapati Kris sedang memainkan kunci kamarnya di tangannya.

“Berikan!” pinta Jessica seraya menengadahkan telapak tangannya.

“Mau mendengarkan alasan mengapa aku memilih Yuri- atau mau pulang?” tanya Kris.

“PULANG!!” jawab Jessica.

“Yakin?” goda Kris- seraya mengedipkan sebelah matanya.

Jessica menghela nafas berat,
“Haruskah aku kibarkan bendera putih sekarang?” tanya Jessica pasrah.

Kris tersenyum. Ia kembali menarik Jessica ke dalam pelukannya. Di angkatnya dagu indah milik Jessica- meminta Jessica untuk menatap matanya.

“Aku memilih Yuri, karena aku tidak ingin yeoja ku di sakiti. Aku tahu kau sudah banyak menerima ejekan dan hinaan dari Antifans. Kau sudah cukup tegar, Jess. Aku tidak ingin kau di sakiti lagi. Sorry, aku memilih Yuri karena itu.” ucap Kris menjelaskan.

“Jeongmalo?”

Kris mengangguk,
“Katakan maaf pada Yuri noona. Aku jahat sekali sudah memilihnya tapi alasannya seperti ini. Tapi aku hanya tak ingin kau-”

Jessica meletakkan jari telunjuknya tepat di bibir Kris,
“Ssshhh! Aku mengerti. Aku sudah mengerti. Kesalahpahaman kecil ini kita lupakan saja. Sorry too, Kris. Aku hampir saja membuat hubungan kita kandas.” ucapnya.

“It’s okay. Yang penting kita tetap bersama. Right that?”

“That’s right!”

Kris melepaskan pelukannya,
“Bagaimana jika sekarang kita tidur bersama?”

BUKKK!!!

Jessica meninju perut Kris hingga Kris merintih kesakitan.

“YADONG!!” cibir Jessica lalu mengambil kunci di tepi ranjang Kris.

Jessica segera memasukkan kunci di lubang kunci- dan memutar knopnya. Namun..

“Oow!”

“SEDANG APA KALIAN DISINI???” teriak Jessica mendapati teman-temannya berkumpul di depan pintu kamar Kris.

“OOPS! Ketahuan!” seru Yoona.

“Kalian juga disini?” tanya Jessica tak percaya.

Anggota SNSD lainnya hanya terkekeh tidak jelas.

Kris keluar menyusul Jessica,
“Apa kalian menguping?” tanyanya.

“ANIYA! ANIYA!” bantah anggota EXO ketakutan pada leader EXO-M itu.

“Ini semua ide Baekhyun!” seru Taeyeon.

“B-bukan!” bantah Baekhyun.

“Yuri~ah..” panggil Jessica.

“Sica~ah..”

Jessica memeluk Yuri erat,
“Mianhe- Jeongmal mianheyo. Soal tadi pagi-”

“Gwenchana, Sica~ah. Kau tidak salah.” jawab Yuri- seraya melepaskan pelukannya.

Yuri menunjuk Kris,
“Kris yang salah!”

“Kris harus di hukum!!” seru Tiffany.

“NDE!!!” setuju yang lainnya.

“Alright! Alright! Apa hukumannya?” tanya Kris.

“TIDUR DENGAN SICA NOONA!!!” jawab semua anggota EXO- kecuali Sehun yang tidak ada di TKP.

“Dengan senang hati..” jawab Kris.

“ANDWEE!!! DASAR YADONG!!!” teriak semua anggota SNSD- kecuali Seohyun yang juga tidak ada di TKP.

“By the way, kalian hanya bertujuh. Uri Joohyun eoddisseo?” tanya Jessica.

Ke-7 anggota SNSD saling memandang.

“Kalian lupa? Itu Seohyun noona!” ucap Kai seraya menunjuk Seohyun yang sedang duduk manis di depan TV- di temani Sehun di sampingnya.

“Ya! Sejak kapan Sehunnie menjadi penggemar Keroro?” tanya Jessica tak percaya.

“Sejak menyukai magnae kalian. Oops!!” jawab Baekhyun keceplosan.

“HYUNG!!!!!!!!!!!!!!” teriak Sehun malu.

Sedangkan Seohyun masih fokus menyaksikan Keroro-nya, tak tahu jika ia sedang di bicarakan.

Terkadang kesalahpahaman dapat terjadi dalam suatu hubungan. Sekecil apapun kesalahpahaman itu, harus segera di selesaikan dengan kepala dingin. Jika tidak, akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

Epilog (SNSD & EXO vers)

“Gawat! Sepertinya terjadi sesuatu di antara mereka.” ucap Suho cemas.

“Taeyeon noona mengirimi ku pesan, katanya apakah Sica noona ada disini?” ucap Baekhyun.

“Katakan iya padanya. Pinta padanya untuk segera kemari.” perintah Chen.

Baekhyun segera mengetik pesan dan mengirimnya kepada Taeyeon.

“Ottokhe? Kita tidak mungkin diam saja, kan?” tanya Luhan panik.

“Aku punya ide!” ucap Baekhyun.

“MWORAGU???!!!” tanya anggota yang lain penuh inisiatif.

“Kita dengarkan saja percakapan mereka.”

“SETUJU!!!”

Mereka semua pun menjalankan ide Baekhyun.

“ANNYEONGHASEO!!”

Semua anggota menoleh ke sumber suara,
“SONYEOSHIDAE???”

“Bagaimana kalian bisa masuk?” tanya Kai.

“Pintunya terbuka.” jawab Sunny.

Luhan menepuk dahinya,
“Aku lupa menutup pintu!”

Hyoyeon memandangi anggota EXO dengan aneh,
“Kalian sedang apa?”

“Mendengarkan percakapan empat mata antara Kris dan Sica noona. Tampaknya serius sekali.” jawab Suho.

“Aku mau dengar!” seru Yuri lalu ikut bergabung.

“Na do!” seru anggota SNSD bergantian- kecuali Seohyun.

Mereka semua menempelkan telinga mereka di pintu kamar Kris.

“Sempit! Geser sedikit!” pinta Yoona.

“Jika aku bergeser, aku tidak dapat mendengar.” jawab Tao.

“Ya! Kamu Tao, kan? Yang memilihku sebagai anggota tercantik?” tanya Yoona dengan penuh percaya diri.

“Nde. Aku memilihmu, noona.” jawab Tao.

“Apa alasannya?” tanya Yoona.

“YA! BISAKAH KALIAN DIAM? KAMI TAK DAPAT MENDENGAR!!” omel Yuri.

Yoona dan Tao hanya bisa mengerucutkan bibir mereka- pertanda bahwa mereka kesal.

“Sebenarnya ini ide konyol milik siapa?” tanya Taeyeon kesal- karena harus berdempetan demi mendengarkan percakapan di dalam.

“Ide Baekhyun!” jawab Chanyeol.

“Sudah ku duga..” gumam Taeyeon.

“Menyusahkan sekali. Lebih baik aku menonton Keroro!” ucap Seohyun- lalu pergi dan duduk manis di depan TV.

“Aku mau ikut Seohyun noona saja.” ucap Sehun lalu minggat dari tempat sempit- alias pintu kamar Kris.

“Syukurlah.. Berkurang satu.” ucap Lay lega.

“Dasar magnae Sehun. Cari kesempatan dalam kesempitan.” cibir Luhan.

“Eh! Ada suara tangisan!” seru D.O.

“Majayo. Suara tangisan Sica noona.” sahut Xiumin.

“Apa yang Kris lakukan pada Sica? Aku harus menghajarnya!” seru Yuri penuh amarah.

“Sabar, noona..”

“Sabar, Yuri~ah..”

“Tapi dia menyakiti Sica.” ucap Yuri tak terima.

“Kau salah paham, onnie. Mungkin mereka sedang akting!” sahut Yoona.

PLETAKK!!!

Sooyoung menjitak kepala Yoona,
“Di saat seperti ini tidak tepat untuk bercanda!”

Yoona mengangguk seraya mengusap kepalanya,
“Apheo, onnie..”

“Sepertinya sudah tidak ada suara tangisan lagi.” ucap D.O.

“Cepat pergi! Knop pintunya bergerak.” seru Luhan.

Semuanya segera mundur. Namun nyatanya orang yang ada di dalam tak kunjung keluar.

“Aku rasa pintunya terkunci.” ucap Lay.

“Haruskah ku dobrak?” tanya Yuri.

“Aku rasa ini trik milik Kris hyung.” ucap Kai sembari mengeluarkan seringaiannya.

“Trik apa? Jangan bilang dia ingin melakukan ‘itu’? Andwee! Mereka masih muda. Mereka belum menikah! Mereka tidak boleh-”

“SHUT UP, YURI~AH!!!” teriak ke-6 anggota SNSD.

KREKKK!!

“Oow!”

“SEDANG APA KALIAN DISINI???”

~The End~

    Akhirnya selesai juga. Aku bikin ff ini setelah keingetan soal Kris milih Yuri sebagai anggota tercantik di SNSD.
    Kesel? Tentu saja. Kenapa gak milih Sica? fufufu ToT *aura shipper kumat*

    Minta koment-nya yha~ gomawo *wink