I Choose To Love You (Chapter 7)


Title : I Choose To Love You

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jessica Jung
  • EXO’s Baekhyun as Byun Baekhyun
  • SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
  • EXO’s D.O as Do Kyungsoo

Support Cast :

  • EXO’s Tao as Huang Zi Tao
  • EXO’s Chanyeol as Park Chanyeol
  • SNSD’s Tiffany as Tiffany (Hwang) Jung
  • SNSD’s Sunny as Lee Sunkyu
  • SNSD’s Hyoyeon as Kim Hyoyeon
  • etc

Genre : Romance, Friendship, Angst

Length : Series

Gambar

Poster © bubbletea

*** Baca lebih lanjut

(Request FF) – In The Fact


Title : In The Fact

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :

  • SNSD’s Jessica as Jung Sooyeon
  • EXO-M’s Kris as Kris Wu
  • EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :

  • f(x)’s Krystal as Jung Soojung
  • EXO-K’s Kai as Kim Jongin
  • f(x)’s Sulli as Choi Jinri
  • SHINee’s Minho as Choi Minho
  • TVXQ’s Yunho as Jung Yunho
  • etc

Genre : Angst, Romance, Married-life, Friendship

Length : Oneshot

Note : FF ini merupakan ‘Request FF’ dari dua readerku (erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet). Sorry cuma summary kalian yang aku gabung dan ku jadikan satu FF. Soalnya summary kalian hampir mirip. Tokohnya juga sama. Jadi, aku jadiin satu deh. Gak papa, ya? Keke~!

***

 

Sooyeon terlihat gusar di kursi belajarnya. Wajahnya ia telungkupkan di atas kedua tangannya yang dilipat di atas meja belajarnya. Rambutnya yang rapi dan lurus pun menjadi berantakan. Tubuhnya bergetar pelan seiring dengan suara isak tangis yang keluar dari mulutnya.

KREKKK!!

Pintu kamar Sooyeon terbuka tidak lebar. Masuklah seorang perempuan berparas cantik ke dalam kamar tersebut. Ia berjalan menghampiri Sooyeon, namun memutuskan untuk duduk di tepi ranjang milik Sooyeon. Ia menatap Sooyeon dengan raut wajah yang sedih.

“Aku ingin sekali membantumu, eonni,”

“Aku tidak mengharapkan bantuanmu, Soojung-ah,”

Perempuan bernama Soojung itu menundukkan kepalanya. Di dalam hati, ia sibuk memaki dirinya sendiri yang tidak bisa membantu kakaknya.

“Aku memang adik yang tidak berguna, eonni,”

Sooyeon mengangkat kepalanya. Ia memutar kursinya hingga berhadapan dengan adiknya meskipun dihalangi oleh jarak setengah meter. Sooyeon berjalan menghampiri Soojung lalu memegang puncak kepala Soojung hingga Soojung mendongak.

“Kau selalu berguna untukku, Soojung-ah. Selalu dan selamanya. Kau selalu membantuku. Karena itu, aku sangat berterimakasih kepadamu,”

Soojung mengeluarkan air matanya, “Tapi, kali ini aku gagal, eonni. Aku gagal membantumu. Aku gagal mempertahankan kebahagiaanmu. Maafkan aku, eonni. Andai saja perjodohan ini bisa ku ambil alih, aku akan dengan senang hati mengambilnya demimu, eonni,”

“Sshhh!,” Sooyeon memeluk Soojung dengan erat, “Aku tak mungkin membiarkan adikku menikah dengan lelaki yang tidak ia cintai,” ucapnya.

“Dan aku tak mungkin membiarkanmu menikah dengan lelaki yang tidak kau cintai, eonni,” ucap Soojung diikuti isak tangisnya.

Lagi, Sooyeon mengeluarkan air matanya. Namun, ia berusaha untuk berhenti menangis.

“Eonni, maafkan aku karena telah gagal,”

“Ini bukan salahmu, Soojung-ah. Tenang saja. Aku akan menerima keputusan apapun itu. Ini demi menjaga nama baik keluarga kita,”

Sooyeon melepaskan pelukannya kepada Soojung. Ia meraih ponsel miliknya dan mulai mengetik pesan kepada seseorang.

“Eonni, bagaimana kau menjelaskannya kepada Joonmyun oppa?,” tanya Soojung.

“Besok aku akan menjelaskan semuanya,” jawab Sooyeon.

Soojung tersentak, “Tapi, eonni, besok kan—,”

Sooyeon tersenyum pahit, “Tidak apa-apa, Soojung-ah. Aku sudah siap menjadi perempuan yang paling dibenci Joonmyun di dunia ini,” potongnya.

Soojung menatap kakaknya sedih, “Eonni..,”

***

 

Joonmyun telah tiba di puncak menara Namsan. Ia mencari seorang perempuan yang berjanji untuk menemuinya di tempat ini.

“Dimana Sooyeon, ya?,”

“Mencariku, Kim Joonmyun?,”

Joonmyun tersentak. Perlahan tapi pasti, ia menoleh ke belakang. Di belakangnya sudah ada perempuan berparas cantik yang sedang membawa kue yang dihiasi lilin-lilin kecil.

“Happy third anniversary!,”

Joonmyun memasang senyuman terbaiknya. Ia berjalan menghampiri perempuan itu dan mengusap kepala perempuan itu dengan lembut.

“Ternyata kau mengingatnya juga, Sooyeon-ah,” ucap Joonmyun.

“Jangan samakan aku dengan nenek tua yang pikun, Kim Joonmyun!,” seru Sooyeon dengan mimik wajah yang kesal.

“Aigoo! Maafkan aku, ya? Aku hanya bercanda,”

Sooyeon tersenyum lebar, “Ayo tiup lilin bersama!,” ajaknya.

Joonmyun mengangguk setuju. Mereka berdua pun memejamkan mata dan berdoa di dalam hati. Setelah itu, mereka meniup lilin bersama dan berakhir dengan kembang api yang menyala di langit malam.

“Kembang api?,” pekik Sooyeon.

“Untukmu,” ucap Joonmyun.

Sooyeon tersenyum senang. Ia terus memandangi kembang api dengan kagum. Sedangkan Joonmyun merogoh sebuah kotak cincin dari sakunya.

“Dan aku punya satu lagi hadiah,” ucap Joonmyun.

Sooyeon menoleh, “Apa itu?,” tanyanya.

Joonmyun membuka kotak cincin itu dan memperlihatkannya kepada Sooyeon, “Maukah kau menikah denganku?,”

Sooyeon tersentak. Tubuhnya pun menegang. Sooyeon menggigit bibirnya sambil memikirkan sesuatu hal.

“Soal cincin ini, ini bukan cincin berlian. Hanya sebuah cincin emas yang tidak mahal. Maafkan aku. Aku tidak punya banyak uang untuk membeli cincin berlian,” tambah Joonmyun.

Sooyeon menelan salivanya kasar, “A-Aku tidak bisa menerimanya!,” jawabnya.

Joonmyun kaget mendengarnya. Ia mengusap tengkuknya pelan, “A-Aku akan menabung untuk membeli cincin berlian,”

“Bukan begitu!,”

Joonmyun mengernyit bingung, “Jadi, maksudmu apa?,” tanyanya.

Sooyeon menarik napas dalam, “Aku tidak bisa menikah denganmu, Joonmyun-ah!,” jawabnya.

Joonmyun bagaikan sedang disambar petir yang dahsyat sekarang. Ia sangat syok mendengar jawaban dari kekasihnya selama tiga tahun itu. Selama menjalin hubungan, mereka tidak pernah bertengkar, tidak pernah memiliki masalah kecuali karena orangtua Sooyeon yang tidak menyetujui hubungan mereka.

“Apakah orangtuamu—,”

“Mereka menjodohkanku dengan lelaki lain,” jawab Sooyeon.

“Dan kau menyetujuinya?,” tanya Joonmyun tak percaya.

“Aku tak bisa berbuat apa-apa, Joonmyun-ah!,”

Joonmyun menjadi marah besar. Biasanya, Sooyeon tak mempedulikan apa yang dikatakan orangtuanya. Bahkan Joonmyun dan Sooyeon sudah berencana untuk menikah lari setahun yang lalu.

“Kau seperti bukan Sooyeon yang ku kenal. Dimana kau menyimpan janji-janji kita? Apa kau telah membuangnya jauh-jauh?,” tanya Joonmyun berapi-api.

“Kau tidak mengerti, Joonmyun-ah. Jika aku menolak, hubungan Soojung dan Minho akan berakhir!,”

“Kau menyetujuinya bahkan demi hubungan orang lain!,”

“Mereka bukan orang lain. Mereka adalah adik dan calon adik iparku. Soojung telah berbuat banyak untukku. Aku tidak ingin mengecewakannya,” ucap Sooyeon.

Joonmyun menendang kaleng yang berada di lantai hingga terlempar jatuh ke tanah di kaki menara Namsan. Wajahnya memerah seperti saus tomat. Sooyeon sebenarnya ketakutan namun ia berusaha menyembunyikan ketakutan tersebut. Bahkan Sooyeon tengah membendung air matanya.

“Aku kecewa kepadamu, Sooyeon-ah. Aku harap kau menyesal telah melakukan ini!,” ucap Joonmyun lalu pergi meninggalkan Sooyeon seorang diri di puncak menara Namsan.

Sooyeon hanya mematung ditempat. Air matanya mulai berjatuhan. Tak lama kemudian, hujan pun turun dengan derasnya. Tapi, Sooyeon tetap tidak beranjak dari sana.

“KAU BENAR, KIM JOONMYUN! AKU MENYESAL! AKU SANGAT MENYESAL! TAPI, APA YANG BISA KU LAKUKAN? AKU TIDAK BISA BERBUAT APA-APA SELAIN MENYETUJUINYA!,” teriak Sooyeon ditengah hujan.

Sooyeon terjatuh ke lantai sambil terus menangis. Namun, sekuat apapun ia menangis, tetap saja keadaan tidak akan berubah.

***

 

Hari pernikahan telah tiba. Jung Sooyeon, puteri sulung dari keluarga Jung—salah satu konglomerat di Korea Selatan—sedang mengucapkan janji-janji pernikahan dengan lelaki berdarah China-Kanada. Mereka berada di sebuah gereja terbesar di Seoul bersama para keluarga dan tamu undangan.

“Pernikahan kalian telah sah. Tuan Kris Wu, silakan mencium pengantin wanita anda!,” ucap seorang pendeta.

Kris berhadapan dengan Sooyeon yang berbalut gaun pengantin yang sangat indah. Wajah Sooyeon terlihat bak dewi kayangan. Kris memegang bahu Sooyeon dan mendekatkan wajahnya. Para keluarga dan tamu undangan pun bertepuk tangan.

“Tak ku sangka, Sooyeon noona menikah dengan lelaki lain. Ku pikir, Sooyeon noona akan menikahi pedagang roti itu,” ucap Jongin.

“Meskipun begitu, Sooyeon eonni tetap mencintai Joonmyun oppa,” ucap Soojung.

Jongin menghela napas kasar, “Kisah cinta yang menyedihkan. Aku turut berduka cita saja deh,”

Soojung menjitak kepala Jongin, “Bisakah kau tutup mulutmu yang sembarangan itu? Kau memperburuk keadaan saja,” omelnya.

“Apa sih? Aku kan hanya mengatakan apa yang ingin ku katakan,”

“Soojung, Jongin, tutup mulut kalian!,” perintah Jung Yunho—ayah dari Sooyeon dan Soojung.

“Baik, appa,”

“Baik, samchon,”

***

 

Sooyeon dan Kris telah tiba di rumah yang diberikan orangtua Kris kepada mereka. Sooyeon berdecak kagum melihat rumah barunya. Benar-benar mewah dan dekorasinya sangat western, batinnya.

“Hei,” panggil Kris.

Sooyeon menoleh, “Ya?,”

“Kamarmu disana dan kamarku disitu. Mengerti?,”

Sooyeon menelan salivanya kasar, “Aku mengerti,” jawabnya.

Kris membawa koper-kopernya ke dalam kamarnya. Sooyeon menghela napas berat. Ternyata bukan hanya Sooyeon saja yang tidak menyetujui pernikahan ini. Kris juga merasakan hal yang sama. Tapi, bedanya, Kris mengaku masih menjalin hubungan dengan kekasihnya dan mengancam Sooyeon untuk tidak mengadukannya. Dan saat di altar, Sooyeon dan Kris hanya berpura-pura ciuman.

Sooyeon membawa koper-kopernya masuk ke dalam kamarnya. Setelah Sooyeon masuk ke kamarnya, ia melongo. Desain kamarnya sangatlah indah. Langit-langit kamarnya adalah langit malam bertaburan bintang-bintang.

“Tidak buruk,” komentar Sooyeon sambil tersenyum.

***

 

Kris keluar dengan pakaian seperti ingin pergi jalan-jalan. Ia memasuki ruang makan yang sudah dipenuhi makanan di atas meja makan. Kris melihat Sooyeon tengah mengaduk sup di dalam mangkuk.

“Selamat pagi, Kris!,” sapa Sooyeon ramah.

“Hm,” balas Kris lalu segera berbalik.

“Mau kemana? Tidak sarapan dulu?,” tanya Sooyeon.

“Aku tidak lapar. Dan mau kemana aku, itu bukan urusanmu,” jawab Kris dengan nada yang dingin lalu segera pergi.

Sooyeon menghela napas berat. Ia pun memutuskan untuk sarapan sendirian.

***

 

Satu bulan telah berlalu. Namun, perubahan positif tidak Sooyeon dapatkan. Kris selalu bersikap dingin terhadapnya. Kris selalu pergi di pagi hari, dan pulang di malam hari. Bahkan, Kris pernah membawa kekasihnya ke rumah mereka. Dan entah kenapa, Sooyeon merasa nyeri di dadanya saat melihat Kris dan kekasihnya berciuman di kamar Kris yang pintunya tengah terbuka lebar.

Sooyeon menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak, tidak mungkin. Tidak mungkin aku jatuh cinta kepada Kris. Aku hanya mencintai Joonmyun, batinnya. Namun, seperti kata pepatah, karma itu selalu berlaku dan akan datang cepat atau lambat. Akhirnya Sooyeon mengerti. Ia mendapatkan karma karena telah meninggalkan Joonmyun dan menikah dengan lelaki lain.

“Tapi, bagaimana bisa aku mencintai Kris? Bahkan Kris tidak pernah bersikap manis di depanku,” gumam Sooyeon.

Sooyeon akui, ia selalu terpesona dengan wajah tampan milik lelaki berdarah campuran itu. Setiap Kris pulang malam dan tertidur dengan posisi yang sembarangan, Sooyeon selalu merapikan sepatu, jaket, dan tas milik Kris. Sooyeon selalu menyelimuti Kris. Dan Sooyeon pun tak sadar bahwa ia telah masuk ke tempat yang seharusnya tidak ia masuki, yaitu kamar milik Kris sendiri.

Tinggal bersama lelaki yang statusnya adalah suaminya selama satu bulan tak menutup kemungkinan untuk Sooyeon yang akan merasakan jatuh cinta lagi. Apalagi faktor pendukungnya adalah wajah tampan yang diinginkan oleh sejuta perempuan yang dimiliki oleh Kris. Terkadang Sooyeon bersyukur, dan terkadang Sooyeon menyesal.

Entahlah. Rasanya, sia-sia saja berharap Kris akan membalas cinta Sooyeon. Kris tidak pernah memandang Sooyeon lebih dari dua detik. Kris tidak pernah mengeluarkan kata-kata lembut kepada Sooyeon. Kris tidak pernah memperlakukan Sooyeon dengan mesra seperti Kris memperlakukan kekasihnya. Bahkan, Sooyeon ingin sekali merebut posisi kekasih Kris itu.

“Ada apa, Jinri-ya?,”

Sooyeon menoleh ke belakang. Dilihatnya, Kris sedang menelpon seseorang.

“Jinri..,” gumam Sooyeon pelan. Sooyeon tahu nama itu. Nama kekasih Kris yang selalu Kris agung-agungkan. Nama yang dimiliki seorang perempuan yang selalu membuat Sooyeon iri. Nama yang Sooyeon benci.

“Ke rumahmu? Untuk apa?,”

Sial!, umpat Sooyeon dalam hati. Pasti setelah ini, Sooyeon akan ditinggal sendirian lagi.

Kris terkekeh, “Belum puas dengan yang kemarin, ya? Apa permainan kita yang kemarin belum cukup?,”

Mendengar itu, Sooyeon merinding dibuatnya. Sooyeon pun segera beranjak menuju kamarnya. Kris yang melihatnya, hanya diam tak mempedulikan hal tersebut. Ia meneruskan pembicaraannya dengan kekasihnya.

“Okay, sweetheart! Aku akan ke rumahmu sekarang. Siapkan caturnya dan aku akan membawakan pizza. Sampai jumpa di rumahmu, ya? Bye,”

***

 

Sooyeon tak menyangka ia akan mengeluarkan air mata untuk seorang lelaki yang tidak mencintainya sama sekali. Ternyata selama ini Kris sudah melakukan hal yang seharusnya Kris lakukan dengannya dengan Jinri. Sooyeon tahu, pernikahan yang ia jalani dengan Kris hanya pernikahan yang tidak disetujui oleh kedua pengantin itu. Tetapi, Kris dan Jinri tidak terikat hubungan pernikahan. Bagaimana bisa Kris melakukan hal itu?, pikirnya.

Ponsel Sooyeon berdering. Sooyeon mengusap air matanya dan segera mengangkat telepon tanpa melihat siapa yang menelponnya.

“Halo?,”

“SELAMAT MALAM, SOOYEON NOONA!!,”

Sooyeon mengusap telinga kanannya, “Astaga, Kim Jongin! Kau ini bodoh atau apa? Kau membuat telinga kananku sakit!,” omelnya kesal.

Terdengar cengiran dari seberang sana, “Maafkan aku, noona. Aku terlalu bersemangat,” ucapnya.

Sooyeon memutar bola matanya, “Apa maumu, eoh? Untuk apa kau menelponku?,”

“Ish, galak sekali. Nanti keriputmu makin banyak, lho,”

“KIM JONGIN!!!!,” teriak Sooyeon.

“Aigoo, noona, teriakanmu mengalahkan teriakan lumba-lumba,”

“Jangan meledekku!,” omel Sooyeon.

“Oke, oke. Langsung saja ke poinnya, oke?,”

“Memang itu yang ku inginkan,” ucap Sooyeon kesal.

“Aku baru saja tiba di rumah Yunho samchon. Kuliahku di Oxford sedang libur, jadi aku memutuskan untuk berlibur ke Seoul,”

“Oh,”

“Cuma begitu reaksinya?,” tanya Jongin tak terima.

“Memangnya apa lagi?,” tanya Sooyeon.

“Huh. Kau sama saja dengan Soojung. Kedatanganku tidak disambut dengan meriah,” gerutu Jongin.

“Memangnya kau ini selebriti papan atas?,”

“Sebentar lagi aku akan mengalahkan popularitas Robert Pattinson,”

“Jangan bermimpi,”

“Oke. Besok aku akan mengunjungi rumahmu dan suamimu,”

Sooyeon membelalakan matanya, “A-Apa? K-Kau ingin kemari? Yang benar saja,”

“Memang benar. Soojung tak bisa menemaniku karena nenek sihir itu sedang ada kencan dengan Minho. Jadi, aku akan pergi sendirian. Jangan lupa siapkan makanan yang banyak, ya?,”

“Tidak mau,”

“Oh,  ayolah, noona. Aku sudah lama tak menyicipi masakan buatanmu. Oh, aku tutup dulu telponnya, ya? Sepertinya Yuri immo sedang memanggilku untuk makan malam,”

“Iya,” jawab Sooyeon malas.

“Sampai jumpa!,”

Dan telpon pun ditutup.

Sooyeon merebahkan tubuhnya di atas ranjang miliknya. Ia menghela napas berat.

“Bagaimana ini? Jika Jongin melihat kamarku yang berpisah dengan kamar Kris, si idiot itu pasti akan mengadukan hal ini kepada orangtuaku,”

***

 

Kris sedang ingin menghirup udara segar di luar. Ia melewati ruang tengah yang disana sedang ada Sooyeon yang sedang menonton televisi. Kris pun membuka pintu utama rumahnya, dan ia sangat kaget saat melihat seorang lelaki yang tidak ia kenal berada dihadapannya.

“S-Siapa kau?,” tanya Kris.

“Oh, jadi Sooyeon noona tidak pernah menceritakan tentangku kepadamu, ya?,” tanya lelaki itu.

Jangan-jangan lelaki ini kekasih Sooyeon, pikir Kris.

“Dimana Sooyeon noona?,” tanya lelaki itu.

“D-Di dalam. Sedang menonton televisi,” jawab Kris.

Lelaki itu pun langsung menyelonong masuk melewati Kris. Kris merasa sedikit kesal di dalam hatinya. Entah kesal karena lelaki itu tidak sopan atau kesal karena hal lain. Kris sendiri pun tak tahu.

Lelaki itu melihat Sooyeon sedang duduk di sofa sambil menonton televisi. Lelaki itu pun memeluk leher Sooyeon dari belakang. Kris tersentak kaget melihat hal itu.

“NOONA!!,”

“Astaga! Kim Jongin! Kau—,” kalimat Sooyeon terhenti saat melihat Kris yang memandang ke arahnya.

“Kau tidak menyiapkan apapun untukku?,” tanya Jongin.

Sooyeon beralih ke Jongin, “Menyiapkan apa?,” tanyanya berpura-pura lupa.

“Aigoo! Cepat memasak. Aku merindukan masakanmu yang sangat lezat itu, noona!,” seru Jongin.

“Aku—,”

“Cepat memasak!,” seru Jongin seraya mendorong Sooyeon menuju dapur.

Kris yang melihat itu merasakan nyeri di dadanya. Ia merasa iri dengan hubungan mereka yang terlihat sangat dekat. Tidak salah lagi, lelaki itu pasti kekasihnya, batinnya.

***

 

“Noona, masakanmu sangat enak!,” puji Jongin.

Sooyeon tersenyum mendengarnya. Setidaknya, kehadiran Jongin disini membawa keceriaan di rumah ini. Meskipun hanya sementara.

“Suamimu tidak ikut makan?,” tanya Jongin.

Sooyeon mendadak grogi, “Ah—Ngg—d-dia sudah makan tadi. Ya, dia sudah makan,” jawabnya berbohong.

Jongin mengangguk mengerti.

Di balik pintu ruang makan, Kris telah mendengar perkataan Sooyeon. Kris segera meninggalkan tempat itu dan masuk ke kamarnya.

“Hubungan kalian selama ini, baik-baik saja, kan?,” tanya Jongin.

Sooyeon tersenyum kecut, “B-Begitulah,” jawabnya.

“Syukurlah,” ucap Jongin, “Sesuai dengan harapan Joonmyun,” tambahnya.

Sooyeon mengerjap kaget, “J-Joonmyun?,”

“Aku bertemu dengannya tadi malam saat Yuri immo menyuruhku untuk membeli roti. Dia menanyakan kabarmu dan hubunganmu dengan suamimu. Aku bilang aku tidak tahu karena aku belum menemuimu. Dia berharap kalian baik-baik saja dan dia juga berharap noona bahagia bersama suami noona,” ucap Jongin.

Sooyeon terdiam sejenak. Beberapa detik kemudian, senyuman manis terukir dibibirnya.

“Katakan kepadanya terima kasih dariku,” perintah Sooyeon.

“Enak saja. Katakan saja sendiri,”

“KIM JONGIN!!!,” teriak Sooyeon kesal.

Jongin tertawa, “Iya, iya. Aku hanya bercanda, noona. Kau ini galak sekali,”

***

 

Sooyeon menghela napas lega. Jongin telah pulang dan Jongin tak meminta masuk ke kamarnya. Rahasianya dan Kris aman.

Sooyeon berjalan memasuki ruang tengah. Disana sudah ada Kris yang menatapnya tajam. Sooyeon merinding ngeri melihatnya.

“K-Kris? A-Ada apa?,”

“Aku ingin bicara,” ucap Kris.

“O-Oke,”

“Jadi, selama ini, kau mengkhianatiku?,” tanya Kris.

“E-Eh? Apa maksudmu, Kris? Aku tidak mengerti,” ucap Sooyeon bingung.

“Kau dan lelaki yang tadi—berpacaran, bukan?,” tebak Kris.

Sooyeon terdiam sebentar. Beberapa detik kemudian, tawanya pun meledak. Kris menaikkan alisnya melihat hal itu.

“Apanya yang lucu?,” tanya Kris bingung.

“Aku dan Jongin berpacaran? Yang benar saja,”

“E-Eh?,”

Sooyeon menghentikan tawanya, “Kim Jongin adalah saudara sepupuku yang tinggal di London. Dia mengunjungiku karena kami sudah lama tak bertemu. Bahkan dia hadir di hari pernikahan kita,”

Wajah Kris memerah mendengarnya. Sooyeon kebingungan melihatnya. Wajah Kris memerah, berarti..

“Kau cemburu?,” tanya Sooyeon.

“T-Tidak! Untuk apa?,”

“Lalu, kenapa wajahmu memerah?,” tanya Sooyeon.

“I-Ini, panas. Ya, udaranya disini panas. Aku rasa, aku harus mandi sekarang,” jawab Kris lalu segera pergi ke kamarnya.

“Panas? Bukankah ruangan ini terpasang AC?,” gumam Sooyeon bingung.

***

 

Kris sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di atas meja di sebuah kafe. Ia tengah menunggu seseorang. Seiring berbunyi suara lonceng di pintu kafe tersebut, munculah seorang perempuan berambut pendek dan berparas manis.

“Oppa!,”

“Hai!,”

Perempuan itu menghampiri Kris dan duduk di seberangnya, “Maaf karena terlambat. Tugas kuliahku banyak sekali. Minho oppa juga memberikan sebagian tugas miliknya kepadaku dan pergi berkencan dengan Soojung,”

“Tidak apa-apa. Aku juga baru tiba kok,” jawab Kris.

“Jadi—bagaimana hubunganmu dengan Sooyeon eonni?,” tanya perempuan itu.

Wajah Kris memerah, “A-Aku hampir ketahuan cemburu,” jawabnya.

“Hah? Apa benar? Bukankah itu awal yang bagus?,” tanya perempuan itu senang.

“Awal yang bagus bagaimana? Kau lupa kalau Sooyeon tidak menyetujui pernikahan kami? Itu artinya, dia tak mencintaiku,” ucap Kris.

“Bukankah Sooyeon eonni selalu bersikap ramah dan lembut terhadapmu? Kau saja yang berakting dingin dihadapannya. Bahkan dia cemburu kan saat kau ingin ke rumahku untuk bermain catur saat itu?,”

“Kalau itu, aku tidak yakin dia cemburu atau tidak,” jawab Kris.

“Bagaimana dengan ciuman pura-pura kita? Aku melihat sendiri, oppa. Wajahnya seperti sedih dan marah,”

“Jinri-ya, aku rasa itu tidak mungkin,” ucap Kris.

Jadi, perempuan itu adalah Jinri—saudara sepupu Kris.

“Oppa, kau hanya tidak yakin. Kau harus segera mengungkapkan kebenarannya. Kau mencintainya. Apapun jawaban dari Sooyeon eonni, kau harus bisa menerimanya. Yang penting, kau sudah mengungkapkannya, oppa. Kalian sudah satu rumah selama satu setengah bulan. Itu waktu yang lama, oppa. Bahkan kalian belum membuat anak. Padahal uncle Kevin ingin sekali memiliki cucu,” ucap Jinri.

“A-Aku belum siap, Jinri-ya. Aku terlalu takut,” ucap Kris.

Jinri memegang kedua bahu Kris, “Oppa, kau harus bisa mengungkapkan yang sebenarnya. Percayalah kepadaku. Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

Di luar kafe yang berdinding kaca itu, dua perempuan telah melihat kejadian itu. Salah satu dari perempuan itu berlari dari tempat itu.

“Sooyeon eonni!,” panggil Soojung, namun tak dihiraukan kakaknya itu.

Soojung menatap perempuan yang sedang bersama dengan Kris. Matanya membulat sempurna.

“CHOI JINRI??!!,”

***

 

Kris telah memutuskan. Malam ini, ia harus mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya kepada Sooyeon. Meskipun, ketakutan masih menyelimuti pikiran Kris.

Kris sudah berada di depan kamar Sooyeon. Kris ingin mengetuk pintu tersebut, namun ia tahan. Ketika ia bersiap mengetuk, ia kembali menahannya. Dan ia lakukan hal itu terus menerus hingga pintu itu terbuka sendiri.

“E-Eh?,”

“Kris? Sejak kapan?,”

Kris menggaruk kepalanya, “Ngg—aku—,” ia menghentikan kalimatnya saat melihat mata Sooyeon yang merah dan basah, “K-Kau menangis?,” tanyanya.

Sooyeon menggeleng cepat, “A-Aku hanya kelilipan,” jawabnya.

“Oh,”

Sooyeon kembali teringat kejadian saat ia melihat Kris bersama Jinri, “Sudah selesai berkencan dengan kekasihmu, Kris?,”

Kris tersentak, “A-Apa? Kau melihat—,”

“Ya. Aku melihatnya. Maaf, aku tidak sengaja,” jawab Sooyeon.

“Hm, sebenarnya, ada yang ingin ku jelaskan kepadamu,” ucap Kris.

“Oh, ya? Apa itu?,” tanya Sooyeon penasaran. Oh, mungkin Kris ingin memintaku untuk bercerai dengannya, batinnya.

“Jinri bukan kekasihku,”

Sooyeon tersentak kaget dan syok, “A-Apa?,”

“Jinri adalah saudara sepupuku. Kami memang dekat. Dan yang kau lihat tadi, kami tidak sedang berkencan. Dan soal aku ingin ke rumahnya untuk melanjutkan permainan, itu bukan permainan seperti yang kau kira. Kami hanya melanjutkan permainan catur kami. Dan soal ciuman—,” Sooyeon menunggu Kris melanjutkan perkataannya, “—itu kami hanya berpura-pura. Sama seperti kita berpura-pura ciuman saat di altar,”

Sooyeon sangat syok mendengar hal ini. Ia masih tidak bisa mempercayai perkataan Kris. Ini terlalu sulit untuk dicerna.

“A-Aku tidak bisa mempercayaimu, Kris,”

“Memang. Tapi, inilah faktanya. Inilah kejadian yang sebenarnya. Semua yang ku lakukan selama ini hanyalah akting belaka,” ucap Kris.

“Tapi, untuk apa kau melakukan ini semua? Kau sangat dingin terhadapku,”

Kris menunduk, “K-Karena aku tahu, kau tidak mencintaiku,”

Sooyeon tersentak kaget.

“Dari awal, kau tidak menyetujui pernikahan ini. Jadi, ku anggap kau tidak mencintaiku. Jadi, aku bersikap seolah-olah aku sama denganmu. Padahal, faktanya, aku—aku—,”

“Ya?,”

Kris menarik napas dalam, “Aku sangat mencintaimu,”

Sooyeon terharu biru mendengarnya. Jadi, selama ini, Kris juga mencintainya. Cintanya terbalaskan. Sesuai dengan harapan mantan kekasihnya, Kim Joonmyun. Sooyeon akan bahagia setelah ini. Sooyeon yakin akan hal itu.

Tanpa aba-aba, Sooyeon memeluk Kris erat. Kris tentu saja terperangah. Ia teringat perkataan Jinri tadi sore.

“Aku yakin, Sooyeon eonni juga mencintaimu,”

“Aku juga, Kris. Selama ini, aku juga mencintaimu!,”

Air mata Kris tumpah saat itu juga. Perasaannya terbalaskan. Sesuai dengan harapannya selama ini. Gadis yang ia kagumi sejak ia berumur 10 tahun. Gadis yang ia jumpai saat ia sedang berlibur ke Korea Selatan untuk pertama kalinya.

“Jinri, what’s this place?,” tanya seorang anak laki-laki berdarah China-Kanada.

“This place has be named Han river, oppa.” jawab seorang anak perempuan berambut pendek. “Is beautiful place, isn’t?,”

Baru saja anak laki-laki itu ingin mengangguk, tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang anak perempuan yang sedang mengobrol bersama sepupu laki-lakinya dan seorang perempuan yang lain. Anak laki-laki itu langsung terpesona pada pandangan pertama dengan anak perempuan yang ia lihat itu.

“Yeah. She’s really really beautiful,”

Jinri mengernyit bingung, “She?,” Jinri pun mengikuti arah pandang sepupunya itu. Jinri tersenyum setelah mengetahui jawabannya.

“Her name is Jung Sooyeon. She’s older sister of Minho’s friend, Jung Soojung,” ucap Jinri.

“Beautiful names, beautiful faces. I think I’m fall in love in first time. With her,” gumam anak laki-laki itu sambil tersenyum manis.

Kris membalas pelukan Sooyeon. Tak kalah erat dari Sooyeon. Setelah beberapa detik kemudian, mereka mengakhiri pelukan itu dan saling berpandangan.

Dan untuk yang pertama kalinya, bibir mereka bersentuhan.

END

Selesai. Sorry buat erikapratiwi6 dan ShitygorjessimOet kalo ceritanya gak semuanya mirip dengan summary yang kalian buat. Aku bikin yang kayak begini karena mencampu

rkan summary kalian. Dan sorry kalo mengecewakan. Aku harap sih FF ini bisa kalian terima dan kalian suka ^^

Dan buat readers setiaku, jangan lupa reviewnya, yaks?

Your coment is my spirit \m/

Sacred In The Dust


Title : Sacred In The Dust

Author : Xiao Li/ @dhynakim10

Main Cast :
• SNSD’s Jessica as Jessica Jung
• EXO-K’s Suho as Kim Joonmyun

Support Cast :
• EXO-M’s LuHan as Xiao Lu Han
• EXO-K’s Kai as Kim Jongin
• EXO-K’s Sehun as Oh Sehun
• SNSD’s Taeyeon as Kim Taeyeon
• SNSD’s Yuri as Kwon Yuri
• SNSD’s Seohyun as Seohyun Jo
• SNSD’s YoonA as Im Yoona
• etc

Genre : Angst, Romance, Friendship

Length : Oneshot

Rating : PG17

Note : Terinspirasi dari lagu malaysia, lupa siapa penyanyinya yang pasti judul lagunya ‘Suci dalam debu’ sama dengan arti judul FF ini. Saya jatuh cinta sama liriknya apalagi pas di bawain oleh Alex Rudiart di X-Factor. Keke

    Poster © AzaleaChoi74 @ Graphics Art

>>>

Jessica sedang berjalan menelusuri koridor kampus di iringi ejekan dari para mahasiswa di kampus tersebut yang di tujukan kepadanya. Jessica sudah terbiasa dengan hal ini karena memang setiap hari mereka melakukan hal tersebut kepada Jessica.

Menyakitkan?

Tentu saja. Hingga Jessica harus meng-nonaktifkan pendengarannya. Bahkan Jessica sangat berharap bahwa ia bisa menjadi tunarungu. Namun, inilah pemberian Tuhan untuknya. Kesalahan harus di bayar dengan kesalahan. Kesalahan fatal yang ia buat membuahkan hasil yang sangat menakutkan.

Dan akhirnya.. Jessica sampai di kelasnya—ruang kelas jurusan bisnis manajemen. Jessica duduk di kursinya. Hingga datanglah dosen tampan dan muda masuk di kelas mereka.

“Good morning, everyone!,”

“Good morning, Mr. Kris,” balas semua mahasiswa.

Kris menatap Jessica yang sedang menunduk. Ia tersenyum kecil.

“What’s wrong, Jessica Jung?,” tanya Kris.

Jessica spontan mengangkat kepalanya. Wajah murungnya ia hapus sebisanya. Ia hanya menggelengkan kepalanya.

“If you sick, you must go to clinic!,” ucap Kris.

“No, thanks. I’m very well, sir,” jawab Jessica.

“Mana mungkin Jessica Jung sakit!,” seru Yuri.

“Pasti dia kelelahan karena sudah bercinta dengan banyak pria,” sahut Seohyun.

Seisi kelas menertawakan Jessica, kecuali Kris dan Kim Joonmyun—salah satu mahasiswa di kelas tersebut.

“Silent!,” ucap Kris, setengah berteriak.

Semua mahasiswa mengatup rapat mulut mereka. Jika Kris marah, kelas mereka akan hancur. Kris merupakan dosen muda yang sering sekali emosi. Bahkan para mahasiswa menganggapnya adalah seorang psikopat.

Kelas tersebut memulai pelajaran. Semuanya tampak sedang serius mengisi lembar soal yang di berikan Kris. Termasuk Jessica. Jessica sangat bersungguh-sungguh dengan jurusannya ini. Cita-citanya adalah menjadi seorang pebisnis atas yang ternama. Namun, cita-citanya seperti sekedar bayangan semu karena sedikitpun tak bisa ia capai karena statusnya yang jelek di mata semua orang.

Segumpal kertas tiba-tiba saja muncul di atas mejanya. Jessica mencari-cari sumber yang melemparkan kertas tersebut. Oh, ternyata player nomor 1 di kampusnya—Kim Jongin. Jongin sedang tersenyum kepada Jessica.

Jessica pun membuka kertas tersebut dan membaca isinya.

I want a beautiful night tonight. Please go to Swan Hotel in Busan. Don’t worry, I’ll pay you and I’m not tell anybody. Okay, honey?

Jessica menghela napas kasar. Terlebih lagi Jongin memakai bahasa Inggris yang sangat mudah ia mengerti. Jongin memintanya untuk melayaninya di Hotel Swan di Busan. Dia berjanji akan membayarnya dan tidak memberitahu orang lain.

Namun, segumpal kertas kembali ia dapatkan. Tanpa basa-basi, Jessica langsung membukanya.

WANITA JALANG!

Jessica bisa melihat Yuri yang menatapnya tajam. Oh, Yuri adalah mantan kekasih Jongin yang sampai saat ini masih mengejar Jongin.

Jessica tidak tahu harus berbuat apa. Keadaan memaksa dirinya untuk menyandang status tersebut. Dan seharusnya, Jessica di keluarkan dari kampusnya karena Jessica sudah mencemarkan nama baik kampus tersebut. Hanya saja banyak pihak yang masih tidak percaya dengan isu yang sudah tersebar luas di seluruh Korea Selatan. Jessica merupakan mahasiswa berprestasi. Sangat sulit untuk mempercayai bahwa Jessica adalah seorang wanita jalang.

>>>

Jessica sudah tiba di Hotel Swan. Jongin sudah mengirimkan nomor kamar melalui pesan teks. Setelah menanyakan resepsionis, Jessica segera pergi menuju kamar bernomor 121.

Dan.. Jessica sudah tiba di kamar tersebut. Jongin adalah pelanggan setia Jessica. Mereka sudah sering melakukan seks hingga Jessica mempercayai bahwa Jongin tak akan melaporkan ini kepada siapapun. Jessica sangat mengharapkan itu.

Pintu kamar tersebut terbuka. Jongin dengan keadaan telanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek memasang wajah polosnya. Ia tersenyum melihat Jessica mengenakan dress merah sepaha yang memperlihatkan paha mulus yang tak pernah membosankan seorang Kim Jongin.

“Ayo masuk, sayang. Aku sudah tidak sabar,” ucap Jongin.

Jessica menghela napas kasar. Terkadang dirinya ingin menangis. Ia sudah terjebak di dunia ini. Ia hanyalah debu yang sudah tak suci lagi.

Jongin berjalan hingga ia berada di belakang Jessica. Tangannya melingkari perut Jessica dan berusaha mendorong agar Jessica yang sedari tadi melamun untuk masuk ke dalam kamar yang sudah ia pesan.

>>>

Jessica terbangun dari tidurnya. Ia menemukan dirinya berada di tempat asing. Oh, ia hampir lupa apa yang ia lakukan tadi malam bersama pria yang saat ini masih terlelap di sampingnya. Mereka berdua tak mengenakan busana dan hanya terbalut oleh selimut. Jessica pun segera beranjak dan meraih pakaiannya yang berserakan di lantai. Jessica pergi menuju kamar mandi di kamar tersebut untuk membersihkan diri.

Setelah selesai berpakaian lengkap, Jessica melihat Jongin yang juga sudah berpakaian lengkap berjalan menghampirinya. Jongin memberikan uang dengan angka yang lumayan besar kepada Jessica.

“Tadi malam kau lemas sekali. Harusnya kau membalasku. Aku menginginkan malam seperti malam pertama kita bertemu lain kali. Aku akan membayarmu lebih,” ucap Jongin.

Jessica terkisap dengan pria yang berada di hadapannya. Ia benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Jessica yakin, bukan hanya dirinya yang menjadi partner seks seorang Kim Jongin.

>>>

Jessica dan sahabatnya—Taeyeon—sedang makan siang di sebuah kafe. Hari ini merupakan hari libur untuk kelas mereka. Jadi, mereka bisa bebas tanpa harus penat memikirkan pelajaran.

“Tadi malam kau melayani Jongin lagi?,” tanya Taeyeon.

Jessica mengangguk lemas.

“Dia membayarmu berapa?,” tanya Taeyeon.

“Lima puluh juta won,” jawab Jessica.

Taeyeon sedikit kaget mendengar jumlah yang banyak. Namun ini sudah biasa untuk Jessica karena biasanya ia di bayar lebih oleh pria-pria lain. Namun, sepertinya hanya Kim Jongin yang paling banyak membayar Jessica. Sebelumnya Jongin pernah membayar Jessica sekitar satu milyar won.

“Pasti madam Rose sangat mencintaimu,” ucap Taeyeon.

“Maksudmu?,”

“Kau adalah mesin pencetak uang untuknya. Maka dari itu, sampai saat ini ia tak pernah mengijinkanmu berhenti menjadi pekerjanya. Jika kau melepas pekerjaan ini, maka ia akan melaporkan tentang perbuatanmu selama ini kepada semua orang,” jawab Taeyeon.

Jessica menghela napas berat, “Dia benar-benar mengancamku. Aku ingin sekali berhenti,” ucapnya.

“Kau sudah berada di posisi itu, Sica-ya. Mau tidak mau, kau harus menyelesaikan posisimu hingga akhir,” ucap Taeyeon.

Jessica terdiam. Inilah resikonya. Ia merasa bahwa dirinya adalah manusia yang paling sial di dunia. Ya, ia selalu merasa seperti itu.

>>>

Jessica sedang memeluk sebuah buku tebalnya sambil berjalan menelusuri koridor kampusnya. Saat ia melewati tikungan, tiba-tiba saja ia menabrak seorang mahasiswa. Buku yang Jessica peluk menjadi terjatuh ke lantai.

“M-Maafkan aku. Aku sangat menyesal,” sesal Jessica.

Mahasiswa itu tersenyum lalu meraih buku tebal milik Jessica dan memberikannya pada Jessica.

“Lain kali hati-hati, Jessica-shi,” ucapnya lembut.

Jessica terpana akan senyuman dan suara lembutnya. Siapa yang tak terpana dengan kesempurnaan Kim Joonmyun—mahasiswa tampan dengan kepribadian yang sangat baik. Jessica merasa tidak pantas berteman dengan pria sesuci Kim Joonmyun yang sering berdoa ke gereja dan menyumbang dana yang ia dan keluarganya punya untuk orang-orang yang tidak mampu.

“A-Aku permisi dulu, Joonmyun-shi,” ucap Jessica, seraya membungkuk sopan lalu meninggalkan Joomnyun.

Joonmyun berbalik dan menatap punggung Jessica yang semakin menjauh. Ia mengukir senyuman di bibirnya. Benar-benar gadis yang manis, batinnya.

>>>

Jessica masuk ke dalam kelasnya. Ia melihat Jongin yang sedang bersama teman-temannya tersenyum ke arahnya. Jessica tak mempedulikan pria yang menidurinya kemarin malam itu. Jessica segera duduk di tempatnya.

Seperti biasa, di mejanya penuh dengan gumpalan kertas. Jessica membukanya satu persatu. Semua isinya sama saja. Kertas yang mengatai Jessica adalah seorang pelacur sialan. Jessica memasukkan gumpalan kertas tersebut ke dalam tasnya daripada ia harus melihat keadaan mejanya yang berantakan.

Jessica baru saja ingin mengambil pena miliknya. Tiba-tiba ia teringat sesuatu. Pena miliknya ia letakkan di dalam buku tebalnya. Tetapi, ia sudah mengobrak-abrik setiap halaman buku tersebut dan ia belum mendapatkannya.

“Mencari ini?,”

Jessica mendongakkan kepalanya. Oh, ternyata pria suci—Kim Joonmyun. Jessica mendadak grogi. Selalu saja grogi di setiap ia berjumpa dengan Joonmyun yang selalu ramah pada semua orang. Ia pikir Joonmyun berbeda dengan pria-pria lain yang bajingan.

Jessica perlahan meraih pena yang di pegang oleh Joonmyun, “T-Terima kasih,” ucapnya.

Joonmyun tersenyum, membuat Jessica menelan salivanya kasar. Oh my goodness, senyumannya seperti malaikat, pikir Jessica.

“Aku harap kita bisa berteman,” ucap Joonmyun, lalu kembali ke kursinya.

Jessica terdiam sembari memikirkan kalimat terakhir Joonmyun. Berteman? Apa Joonmyun tidak salah bicara?, pikirnya.

Jessica sangat menyadari bahwa ia seribu kali tidak pantas untuk berteman dengan Joonmyun. Maka dari itu, ia masih tak percaya Joonmyun mengatakan kalimat hangat seperti itu.

>>>

Sudah dua hari berlalu, ia tak mendapatkan pekerjaan. Mungkin saat ini pekerja-pekerja Madam Rose masih sanggup melayani pria-pria brengsek selagi Jessica masih sibuk kuliah.

Tiba-tiba, Tao—mahasiswa satu kelas dengan Jessica—menghampiri Jessica. Jessica sempat kaget. Ia sempat berpikir apakah pria asal China itu ingin di layani olehnya juga seperti Jongin. Karena yang ia tahu, Tao dan Jongin adalah sahabat, juga dengan Sehun dan Chanyeol.

“Jessica-shi, ada kabar buruk,” seru Tao.

Jessica spontan berdiri. Ia melihat wajah panik dari Tao, “Apa yang terjadi?,” tanyanya.

“Sahabatmu—Kim Taeyeon jurusan kelas seni, dia terjatuh dari tangga dan sekarang sedang di rawat di ruang kesehatan,” jawab Tao.

Jessica pun segera berlari keluar dari kelasnya. Melihat itu, Tao tersenyum puas. Ia mulai mengetik pesan melalui ponselnya untuk sahabatnya Sehun.

Mission complete. Sekarang aku tinggal mengurus Jongin dan Chanyeol agar mereka tak mengetahui hal ini.

>>>

Jessica segera berlari menuju ruang kesehatan. Setelah ia sampai, ia segera membuka pintu ruang tersebut.

“Taeyeon-ah?,” panggil Jessica.

Tidak ada seorang pun di ruang kesehatan. Kasur-kasur di ruang tersebut pun tak ada yang menempati.

Tiba-tiba, seorang pria yang muncul di belakang Jessica segera menutup dan mengunci rapat pintu tersebut. Otomatis Jessica berbalik. Jessica pun menjadi syok.

“S-Sehun-shi?,” pekiknya.

Sehun tersenyum sambil berjalan mendekati Jessica. Namun Jessica terus berjalan mundur hingga punggung Jessica menabrak kasur di hadapannya.

“Semakin hari, kau semakin menggoda saja, Jessica-shi,” ucap Sehun.

“Apa maumu?,” tanya Jessica, was-was.

“Mauku?,” tanya Sehun, seraya membuka kancing kemeja yang di kenakan Jessica satu persatu.

Kini Jessica mengerti. Rupanya ada lagi pria brengsek yang mau bermain denganku, batinnya.

“Aku tidak akan memberitahu siapapun. Aku juga akan membayarmu. Tapi, aku meminta satu hal darimu,” ucap Sehun seraya memberikan sentuhan di setiap tubuh Jessica dengan tangannya.

“Apa?,” tanya Jessica.

“Kau harus merahasiakan ini dari partner seksmu, Jongin,” jawab Sehun, lalu mulai melumat bibir tipis Jessica.

Jessica pun hanya pasrah. Ya, apa yang bisa ia lakukan? Jika ia menolak, ia akan tahu apa resikonya. Sehun bisa saja memotret apa yang mereka lakukan dan melaporkannya kepada pihak kampus.

>>>

Jessica berjalan masuk ke dalam rumahnya. Ada sebuah pemandangan yang sangat ia benci. Tepat di ruang tengah, ia melihat Ayahnya dan seorang wanita yang tidak ia kenal sedang melakukan seks di atas sofa.

Jessica naik ke lantai atas tanpa mempedulikan aktivitas Ayahnya. Ia masuk ke dalam kamarnya dengan penuh air mata. Di raihnya sebuah figura yang di dalamnya terdapat foto seorang wanita cantik yang mirip dengannya.

“Mom, andai kau disini. Aku yakin, sampai saat ini pun aku masih perawan. Dan kita semua akan hidup bahagia. Dad tidak akan mabuk-mabukan dan suka berhutang hingga saat Dad tak punya uang, Dad akan menjual puteri tunggalnya sendiri,” ucap Jessica, terisak.

Jessica merebahkan tubuhnya sambil memeluk figura tersebut, “Aku harap kebahagiaan akan datang. Dan kesedihan akan segera berakhir,” gumamnya.

>>>

“Lancang sekali Tao dan Sehun!,” geram Taeyeon.

“Jangan keras-keras,” bisik Jessica.

“Tapi mengapa mereka memakai aku? Sampai mengatakan bahwa aku terjatuh dari tangga,” gerutu Taeyeon.

Jessica tersenyum pahit, “Namanya juga pria. Semuanya brengsek,” ucapnya.

“Tapi tidak dengan pria yang berjalan menuju kemari,” bisik Taeyeon.

Jessica mengernyit bingung. Ia mengikuti arah pandang Taeyeon. Ia begitu kaget saat Joonmyun sudah ada di dekatnya.

“Selamat pagi, Jessica-shi!,” sapa Joonmyun.

Jessica kembali grogi, “S-Selamat pagi,” balasnya.

“Boleh aku duduk disini?,” ijin Joonmyun.

Jessica mengangguk perlahan. Joonmyun tersenyum dan duduk di antara Jessica dan Taeyeon. Jessica menjadi canggung.

“Apa kau adalah Kim Taeyeon?,” tanya Joonmyun.

Taeyeon mengangguk, “Ya, salam kenal,” jawabnya.

Joonmyun membalasnya dengan senyuman. Taeyeon saja yang memiliki kriteria pria di atas rata-rata merasa terpesona pada Joonmyun, apalagi Jessica.

Mereka berada di kantin kampus. Ketiganya mulai melahap sarapan mereka.

“Jessica-shi, rumahmu dimana?,” tanya Joonmyun.

Jessica menggigit bibirnya, “U-Untuk apa kau menanyakan hal itu?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum tipis, “Siapa tahu suatu saat aku ingin berkunjung ke rumahmu,”

Rumahku di kunjungi oleh Joonmyun yang suci?, batinnya tak percaya.

Taeyeon menendang kaki Jessica, membuat Jessica kembali tersadar dalam lamunannya.

“Rumahku di kawasan gangnam,” jawab Jessica.

“Woah! Rupanya rumah kita berdekatan,” seru Joonmyun.

“B-Benarkah?,” tanya Jessica tak percaya.

Joonmyun mengangguk, “Kalau aku mengetahui ini dari awal, aku pasti akan sering bermain ke rumahmu,” jawabnya.

Jessica tersenyum tipis. Ia melihat inisiatif Joonmyun untuk berteman dengannya seperti besar sekali.

Terima kasih karena sudah mau berteman denganku, Kim Joonmyun, gumam Jessica dalam hati.

>>>

Jessica membuka lokernya yang penuh dengan gumpalan kertas. Ia menghela napas berat. Baru ia ingin meraih salah satu dari gumpalan kertas tersebut, tiba-tiba ada yang menari rambutnya kasar.

“Aw!,” rintih Jessica.

“Dasar wanita jalang! Apa kau kurang puas dengan pria-pria yang lain? Sekarang kau mau menodai pria sesuci Joonmyun?,” bentak Seohyun.

“Aku tidak pernah berniat untuk melakukan itu, Seohyun-shi,” ucap Jessica.

“Jangan sok suci. Kau itu hanyalah debu. Kau itu wanita kotor!,” seru Yoona, lalu menampar pipi Jessica.

“Aku tidak pernah menginginkan itu semua,” ucap Jessica, terisak. Akhirnya ia menangis.

“Alasan apa kali ini, Jessica Jung? Kau memang hebat karena semua dosen mempercayaimu. Tapi, kami tidak akan pernah mempercayaimu. Kau sering melakukan seks dengan Jongin, dan dua hari yang lalu bersama Sehun, bukan?,” seru Yuri.

“A-Aku tidak—”

“Jika Jongin mengetahui apa yang kau lakukan dengan Sehun, pasti mereka akan bertengkar hebat,” ucap Yoona.

“Lalu, apa peduli wanita murahan sepertimu? Kau tidak peduli bukan jika persahabatan mereka hancur? Kau hanya menginginkan kenikmatan, bukan?,” tebak Seohyun.

“CUKUP!!!,”

Mereka berempat menoleh ke sumber suara. Dan yang benar saja, Joonmyun lah orangnya. Ia menghampiri empat wanita itu dengan ekspresi yang berbeda dari biasanya. Ia tampak marah.

“Joonmyun-ah, wanita yang akhir-akhir ini dekat denganmu adalah seorang wanita jalang. Benar, kan, Jessica-shi?,” tanya Seohyun, seraya menarik rambut Jessica.

“Hentikan~” pinta Jessica, kesakitan sambil menangis.

“Cukup, Seohyun-shi. Jangan menyakitinya,” ucap Joonmyun.

“Wanita kotor sepertinya pantas untuk—”

PLAK!!

Seohyun memegang pipinya. Ia syok saat pria sebaik Joonmyun menamparnya. Pria yang selama ini ia kagumi telah menamparnya.

“Sebelum kalian memaki orang lain, lebih baik kalian bercermin,” ucap Joonmyun.

“Apa maksudmu?,” tanya Yuri.

“Yuri, kau juga merupakan partner seks Jongin, bukan?,” tebak Joonmyun.

“A-Aku tidak—”

“Aku sudah tahu belang kalian seperti apa. Dan Yoona, kau juga sering ke Hotel bersama pria-pria, bukan?,”

Yoona menelan salivanya kasar, “A-Aku—”

“Dan kau—Seohyun—saat kita mengerjakan tugas di kediaman Jongin, kau dan Chanyeol dan Tao melakukan seks ganda,” seru Joonmyun.

“Darimana kau tahu itu semua?,” tanya Seohyun.

“Soalmu, Sehun merekamnya melalui pentilasi di pintu kamar mandi milik Jongin. Sedangkan momen seks Yuri dan Jongin di abadikan oleh Jongin sendiri di kamera video miliknya. Dan soal Yoona, aku pernah melihatnya sendiri,” jawab Joonmyun.

Jessica menatap ketiga wanita yang menyiksanya tadi dengan tatapan tak percaya. Ternyata mereka juga melakukan hal yang sama seperti yang aku lakukan, batinnya.

“Tapi, Jessica lebih parah. Dia sudah bermain dengan banyak pria,” seru Yuri.

“Tapi kenyataannya Jessica tak memiliki niat untuk melakukan hal tersebut. Ia melakukannya karena terpaksa,” ucap Joonmyun.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya. Darimana Joonmyun mengetahui hal itu?, pikirnya.

“Sedangkan kalian—kalian menikmatinya dan menganggap itu bukan dosa besar. Setidaknya, Jessica lebih baik daripada kalian,” ucap Joonmyun, lalu menarik lengan Jessica dan pergi meninggalkan ketiga wanita itu.

>>>

Jessica berada di belakang kampusnya bersama Joonmyun. Mereka duduk di kursi sambil memandangi danau di hadapan mereka.

Jessica mengusap air matanya, “Darimana kau mengetahui identitasku?,” tanyanya.

Joonmyun tersenyum, “Madam Rose,” jawabnya.

Jessica menatap Joonmyun tak percaya, “K-Kalian saling mengenal?,” tanyanya.

“Mungkin kau tak akan percaya. Tetapi, aku akan mengatakan fakta bahwa aku adalah anak kandung dari wanita yang kau anggap bos-mu itu,” jawab Joonmyun.

Jessica menggeleng cepat, “Tidak mungkin,” gumamnya.

Joonmyun terkekeh, “Sudah ku bilang, kau tak akan percaya. Eomma adalah wanita yang baik dan selamanya menjadi yang terbaik. Namun, suatu hari beliau di jebak oleh seorang ahjussi. Mereka di dapati berada dalam satu kamar di hotel tanpa mengenakan busana apapun. Saat itu umurku masih 3 tahun dan saat itulah eomma dan appa bercerai dan appa menikah lagi dengan seorang wanita yang ayahnya adalah seorang pendeta di gereja,”

“Maka dari itu kau sangat suka berdoa disana?,” tanya Jessica.

Joonmyun mengangguk, “Aku senang punya eomma seperti dia. Tapi, aku tetap menyayangi eomma kandungku. Aku sering mengunjunginya dan beliau bercerita banyak tentangmu dan keluargamu. Aku saja yang berpura-pura tidak mengenalmu,” jawabnya.

Jessica menunduk. Ia memikirkan apakah bisa dengan pertolongan Joonmyun, ia meninggalkan profesi buruknya itu, pikirnya.

“Eomma sangat menyayangimu maka dari itu beliau tak ingin kau berhenti bekerja dengannya. Bukan karena beliau menginginkan uang penghasilanmu,” ucap Joonmyun.

Jessica menoleh ke arah Joonmyun.

“Tapi, cara eomma salah. Eomma sadar bahwa eomma telah membuatmu ternodai. Aku terus membujuk beliau untuk mengijinkanmu berhenti. Akhirnya beliau mau asalkan kau memang berniat untuk berhenti,” ucap Joonmyun, seraya menatap Jessica.

“Madam Rose mengijinkanku berhenti?,” tanya Jessica, dengan mata yang berbinar-binar.

Joonmyun mengangguk. Hal itu membuat Jessica hampir memeluknya. Namun, Jessica ingat bahwa Joonmyun adalah pria yang suci. Ia tak mungkin menodai seorang Kim Joonmyun, cucu tiri dari seorang pendeta.

“Tidak apa jika kau ingin memelukku,” ucap Joonmyun.

Jessica hanya tersenyum tipis mendengarnya. Ia mendongak ke langit di angkasa.

Akhirnya, kebahagiaan datang, mom, batinnya.

>>>

Jessica keluar dari ruang ujian dengan perasaan lega. Ia tak sabar menunggu hasil ujiannya. Apakah ia lulus atau tidak.

“Kau pasti lulus, Sica-ya,”

Jessica tersenyum pada pemilik suara hangat tersebut. Semenjak hari itu, persahabatan Jessica dan Joonmyun semakin dekat. Jessica juga tak lagi melayani pria-pria terutama Jongin maupun Sehun. Pernah suatu hari mereka berdua mengancam akan melaporkan apa profesi Jessica selama ini jika Jessica tidak melayani mereka. Namun, tampaknya Joonmyun berhasil menghandel masalah tersebut dengan ancaman akan menyebarkan video mesum Jongin dan Yuri, juga akan melaporkan pada Jongin bahwa Sehun sudah mengkhianati persahabatan mereka. Akhirnya, Jessica bebas dari tangan Jongin dan Sehun.

Namun, yang sampai saat ini masih Jessica sedihkan adalah Ayahnya yang tidak mau berubah. Masih saja senang berjudi dan melakukan seks dengan wanita-wanita lain.

“Jessica Jung~” panggil seorang dosen.

“Ya, Kang songsaenim?,” balas Jessica.

Dosen Kang memberikan sebuah amplop pada Jessica. Jessica meraihnya dan membungkuk sopan. Setelah dosen Kang pergi, Jessica segera duduk di sebuah kursi di ikuti Joonmyun.

“Haruskah ku buka sekarang?,” tanya Jessica ragu.

“Bukalah,” jawab Joonmyun.

Jessica perlahan membuka isi amplop tersebut. Dengan penuh perasaan takut, ia membaca isi surat tersebut.

“LULUS?,” pekik Jessica, tak percaya.

“Benar. Kau lulus, Sica-ya,” ucap Joonmyun.

Jessica terlalu senang hingga ia memeluk Joonmyun untuk yang pertama kalinya. Namun, dengan cepat ia melepaskan pelukan tersebut dan menunduk. Semburat merah menghiasi wajahnya.

“Maafkan aku,” ucap Jessica menyesal.

Joonmyun mengacak rambut Jessica, “Kau memang wanita yang lucu, Sica-ya. Tidak apa kok. Kita kan sahabat,”

Jessica mengangguk. Yeah, sahabat. Apakah selamanya kami akan menjadi sahabat? Ugh, jangan berharap lebih, Jessica. Kau itu bekas wanita kotor dan berdebu. Mana mungkin kau akan menikah dengan pria sesuci Kim Joonmyun, pikirnya.

>>>

Jessica merapikan map yang ada di mejanya. Ya, sekarang Jessica telah berhasil menggapai cita-citanya meskipun ia hanya menjadi sekretaris seorang pebisnis besar di Beijing, yaitu Xiao Lu Han. Jessica bekerja di sebuah perusahaan besar di Beijing, China. Pekerjaan ini membuatnya harus terpisah dengan sahabatnya, Joonmyun. Namun Joonmyun dan Jessica sering mengirim email dan seminggu sekali Joonmyun mengunjungi Jessica.

Jessica masih tak menyangka ternyata Tuhan memberikannya kesempatan untuk memperbaiki jalannya. Ini semua juga berkat Joonmyun yang selalu setia bersamanya. Bahkan Jessica sangat terkenal di negara Korea Selatan dan China berkat kecerdasan otaknya, ia berhasil membuat eksperimen untuk mendamaikan dua negara yang terlibat perseteruan dua tahun silam. Nama jeleknya di mata orang-orang yang mengatainya wanita kotor sepertinya sudah bersih kembali.

Tiba-tiba, telepon berdering di mejanya. Jessica mengangkat telepon tersebut.

“Nihao~”

“Jessica Jung, bisakah kau antarkan berkas hasil rapat kemarin ke ruanganku? Ini Luhan,”

Jessica mengangguk, “Baiklah. Saya akan segera kesana,” jawabnya.

Jessica segera menutup teleponnya. Ia membawa map hasil rapat dan segera keluar dari ruangannya menuju ruangan direktur, Luhan.

Jessica mengetuk pintu ruangan atasannya tersebut. Setelah mendengar suara mempersilakan masuk, Jessica pun membuka pintunya dan masuk dan tak lupa menutup pintu tersebut. Jessica menghampiri Luhan dengan map di tangannya.

Luhan melihat penampilan Jessica saat ini. Ia menyeringai. Betapa seksinya sekertarisnya itu. Jessica mengenakan seragam ketat dengan rok sepaha. Sebenarnya Jessica mempunyai seragam yang baru, tetapi karena belum kering, Jessica harus mengenakan seragam yang lama dan sudah mengecil.

“Maafkan aku karena seragamku—”

“Tidak apa. Aku lebih suka kau mengenakan seragam ini,” ucap Luhan, seraya bangkit dari kursinya.

Jessica mendadak takut saat Luhan menariknya untuk duduk bersama di sofa yang ada di ruangannya.

“J-Jadi—”

Luhan tersenyum misterius, “Apa kau lajang?,” tanyanya.

Jessica mengangguk pelan. Bagus, pikir Luhan.

Luhan pun menyergap Jessica dalam dekapannya. Jessica terbaring di atas sofa dengan Luhan di atasnya.

“Apa yang kau lakukan, tuan?,” tanya Jessica, takut.

Luhan mendekatkan bibirnya ke telinga Jessica, “Diam dan nikmatilah,” bisiknya, lalu mulai menghisap leher milik Jessica.

>>>

Jessica menangis dengan keadaan telanjang sambil duduk di lantai. Seragamnya sudah sobek akibat ulah direkturnya. Luhan pun dalam keadaan yang sama dengan Jessica namun Luhan masih terbaring lemah di atas sofa.

“Jangan menangis, sayang,” ucap Luhan.

Jessica tak mempedulikan perkataan Luhan. Jessica terus menangis. Ia tak menyangka ia kembali ternodai. Padahal ia sangat senang sudah berhasil melewati hari-harinya tanpa seks. Ia merasa ketakutan dan sepertinya..ia trauma.

“Aku akan bertanggung jawab jika kau hamil. Tenang saja,” ucap Luhan.

Tidak, bukan itu yang aku inginkan, pikir Jessica. Jessica mencintai Joonmyun, bukan Luhan. Tapi, sepertinya Jessica memang lebih pantas menikah dengan Luhan daripada dengan Joonmyun yang terlalu suci untuk Jessica.

>>>

Luhan dan Jessica pergi ke dokter kandungan untuk mengecek apa yang Jessica alami. Apakah hamil atau tidak.

“Saya tidak tahu harus berkata apa,” ucap dokter kandungan itu.

“A-Ada apa, dokter?,” tanya Jessica takut. Ia menggenggam erat tangan Luhan.

“Nona Jessica mengalami kanker rahim,”

Jessica merasa petir yang sangat dahsyat menghantam hatinya. Hancur sudah masa depannya memiliki seorang momongan. Air mata Jessica berlinang deras.

“T-Tidak mungkin, dokter. Coba kau periksa sekali lagi,” pinta Luhan.

“Penyakit ini sudah stadium 4. Dan hal ini menyebabkan nona Jessica takkan memiliki anak bahkan bisa menyebabkan kematian,”

Jessica mendadak lemas mendengarnya. Pandangan Jessica mulai kabur hingga gelap.

>>>

Jessica membuka matanya perlahan. Ia kaget saat seorang pria tertidur di atas tangannya. Rambutnya berwarna hitam. Sudah pasti bukan Luhan, pikirnya.

Pria itu bangun dan bangkit. Jessica merasakan sesak pada pernafasannya. Ternyata pria itu adalah Kim Joonmyun—orang yang ia cintai.

“Kau sudah sadar,” ucap Joonmyun sambil tersenyum.

“Bagaimana kau bisa ada disini?,” tanya Jessica.

“Bosmu yang menghubungiku,” jawab Joonmyun.

“D-Dimana dia sekarang?,” tanya Jessica.

“Dia berada di Beijing,” jawab Joonmyun.

“J-Jadi, aku berada di—”

“Rumah sakit Mary. Seoul, Korea Selatan,” jawab Joonmyun seraya mengusap pipi Jessica.

“J-Joonmyun-ah, aku—nyawaku—”

“Sshh!,” seru Joonmyun, “Jangan berbicara yang aneh-aneh. Kau akan tetap hidup,”

“Tapi, aku takkan punya anak. Seandainya aku memeriksa kandunganku dari saat kita kuliah. Penyakitku pasti takkan separah ini,” ucap Jessica, sambil menangis, “Tak akan ada pria yang mau menikah denganku,” tambahnya.

“Aku mau kok,” ucap Joonmyun sambil tersenyum hangat.

Jessica menggeleng, “Aku bukan wanita yang pantas untukmu, Kim Joonmyun,”

“Lalu wanita seperti apa yang pantas untukku? Aku tak pernah mempedulikan bagaimanapun bentuknya, rupanya, statusnya. Asal dia bisa menerimaku apa adanya, aku siap untuknya,” ucap Joonmyun.

“J-Joonmyun-ah—”

“Tidak ada yang sempurna di dunia ini, Sica-ah. Kecuali Tuhan,” ucap Joonmyun.

Jessica tersenyum mendengarnya. Ia senang bisa bertemu dengan Joonmyun. Memori pertama kali mereka bertemu muncul di benak Jessica.

“Aku mencintaimu, Kim Joonmyun,” ucap Jessica.

Joonmyun mengecup punggung tangan Jessica, “Aku juga mencintaimu, Jessica Jung,”

Kalimat yang selalu di harapkan Jessica akhirnya dapat Jessica dengar. Meskipun kalimat itu hadir di detik-detik terakhirnya.

Jessica memejamkan matanya perlahan. Senyuman khas di bibirnya mulai memudar. Mesin perekam jantung terlihat datar dan mulai mengeluarkan suara tanpa henti.

Wajah Joonmyun memucat. Ia tak menyangka Jessica akan meninggalkannya secepat ini. Air matanya mulai merembes saat itu juga.

“JESSICA!!!!,”

>>>

Joonmyun menaburi bunga di atas makam seorang wanita yang sangat ia cintai. Hari ini memperingati hari ke-100 setelah kepergian kekasih hatinya. Ia menyesal karena ia tak mengungkapkan perasaannya dari awal. Tapi, Joonmyun bahagia karena wanitanya berhasil mencapai cita-citanya dan berkat perjuangannya selamai ini, namanya selalu di kenang oleh dua negara yang sempat bersekutu, Korea Selatan dan China.

“Bagaimana keadaanmu sekarang? Aku disini baik-baik saja. Jika kau menanyakan aku sudah punya pacar atau belum, aku katakan padamu bahwa dari dulu sampai sekarang aku belum punya pacar apalagi istri,” ucap Joonmyun.

Joonmyun menghela napas berat.

“Aku tak menginginkan pernikahan di dunia. Aku ingin kita bertemu di surga dan menikah. Asal disana kau jangan mencari pacar, ya?,”

“Lucu sekali, Joonmyun-shi,”

Joonmyun menoleh ke sumber suara. Ternyata suara itu berasal dari Luhan. Ia jadi teringat saat dirinya menghajar Luhan setelah tahu apa yang Luhan lakukan pada wanitanya di ruangannya.

“Jessica, ini aku calon suamimu. Apa kau masih ingat?,” tanya Luhan pada nisan.

Joonmyun mendesis, “Calon suami? In your dream,” cibirnya.

Luhan memicingkan matanya, “Aku adalah ayah dari bayi yang di kandung Jessica,”

“Apa kau sudah gila? Tidak ada bayi dalam kandungan Jessica,” ucap Joonmyun sedikit kesal.

Tiba-tiba, dua wanita berpakaian seperti perawat menghampiri Luhan dan memegang lengan kanan dan kirinya.

“Ayo kembali, tuan Luhan. Kita harus pulang ke rumah sakit,”

“Tidak mau. Aku mau ikut jika calon istriku juga ikut,” ucap Luhan, “Oh, ya, mana anakku?,” tanyanya.

Perawat itu menyerahkan boneka bayi pada Luhan. Luhan menimangnya dengan sayang.

“Joonmyun-shi, lihat. Ini buktinya. Aku dan Jessica punya bayi,” ucap Luhan, sambil tertawa.

Kedua perawat itu pun segera menyeret paksa Luhan dan pergi meninggalkan Joonmyun. Joonmyun hanya bisa melongo.

“Luhan ternyata memang gila. Aku rasa dia seperti itu karena merasa bersalah denganmu,” ucap Joonmyun, sambil kembali menaburi bunga di makam Jessica.

    END!

Fiuh! Akhirnya selesai juga. Pasti gaje, kan? Luhan di bikin gila. Pasti nanti pas pulang gue di jewer sama Luhan di rumah.
Minta reviewnya, ya? Ini request-an dari temen ku yang ngepens banget sama Suho-Sica. Semoga FF ini memuaskan, ya.

(Drabble) Time Control


Gambar

Time Control

Kris – Jessica – Suho

 

Kris memegang dadanya yang terasa perih. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Ia akui, ini yang pertama kalinya ia menangis. Maksudnya menangis karena cinta.

Ia sadar, bahwa ia tidak sempurna. Jika waktu dapat berputar, ia ingin melakukan hal yang tidak seharusnya ia lakukan sebelumnya.

“Kris, ada apa ingin menemuiku? Bukankah kau ada jam kelas hari ini?” tanya seorang wanita yang lebih tua satu tahun darinya.

 

“Jessica noona, sebelumnya aku minta maaf. Aku harus mengatakan ini.” ucap Kris tegas.

 

Jessica mengerutkan keningnya,

“Mengatakan apa?”

 

Kris menghela nafas berat,

“Kita akhiri hubungan konyol ini.”

 

Mata Jessica membesar,

“Akhiri?”

“Kita bertemu karena kencan buta. Tak ada rasa cinta maupun sayang di antara kita. Meskipun kita sudah menjalani hubungan ini selama satu bulan, tapi aku tak merasa adanya rasa cinta. Maaf!”

 

Jessica tersenyum pahit,

“Tidak apa-apa, Kris. Kau benar. Selama ini kita hanya berkencan dalam diam, makan dalam diam, semuanya kita lalui dalam diam. Aku rasa, keputusanmu adalah yang terbaik. Aku setuju jika kita akhiri hubungan ini.” jawabnya.

 

Kris mengangguk,

“Ku antar pulang, ya?”

 

Jessica menggeleng,

“Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.” jawabnya.

 

Kris mengacak-acak rambutnya prustasi. Kenapa ia baru merasakan sakit sekarang?

“Kris, hubunganmu dengan Jessica noona sudah berakhir?” tanya Suho.

 

“Sudah sejak satu bulan yang lalu.” jawab Kris.

 

“Kenapa kalian mengakhiri hubungan kalian?” tanya Suho.

 

“Tak ada perasaan cinta di antara kami.” jawab Kris.

 

Suho menggeleng,

“Mungkin itu kau, Tapi tidak dengan Jessica noona.”

 

Kris memandang Suho,

“Maksudmu?”

 

Suho beranjak berdiri,

“Jessica noona selalu menangis sepanjang malam. Bahkan aku pernah menemukannya sedang tertidur dengan mata yang bengkak sambil memeluk fotomu.”

 

Kris terdiam. Mungkinkah?, batinnya.

 

Kris merasa waktunya terhenti. Ia merasakan sesak didadanya. Bagaikan kiamat tiba, suasana terasa hampa. Ia merasakan tak ada oksigen yang dapat ia hirup, dan tak ada karbon dioksida yang dapat ia keluarkan. Seorang wanita berhasil membuatnya ingin mati.

“Penyesalan selalu datang belakangan, Kris.”

 

“Maafkan aku, Jessica noona. Aku sadar. Aku tak bisa hidup tanpamu.” ucap Kris dengan raut wajah sedihnya.

 

“Aku juga merasakannya. Tapi.. kau sudah terlambat.”

 

Kris membelalakan matanya,

“T-Terlambat?”

 

Jessica memperlihatkan cincin di jari manisnya,

“Aku sudah bertunangan.”

 

Kris merasakan sesak yang amat dalam di dadanya.

 

“D-Dengan siapa?”

 

“Temanmu.. Kim Su Ho.”

 

“Maafkan aku, Kris.”

Kris menoleh ke sumber suara. Ia segera menghapus air matanya.

“Ada apa kau kemari?” tanya Kris dingin.

“Maaf. Aku harus jujur padamu kalau aku juga mencintai Jessica noona. Aku tak tahan melihatnya terus menangisimu, Kris.” jawab Suho.

Kris beranjak berdiri,

“Aku takkan melepaskannya. Dia milikku dan dia adalah pengatur waktuku.” ucapnya lalu pergi meninggalkan Suho sendirian.

“Dia juga pengatur waktu ku, Kris. Tanpanya hidupku terasa hampa.” gumam Suho.

 >>>

Jangan lupa ninggalin jejak!